Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

dokumen-dokumen yang mirip
Bab IV Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

ANALISIS KUALITAS UDARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK KIMIA PAPARAN PARTIKULAT TERESPIRASI. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

PENCEMARAN PUSARPEDAL, DEPUTI VII KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

Pencemaran Timbel (Pb) di Udara dan Kadar Timbel pada Darah Anak2: Studi Kasus di Bandung

I. PENDAHULUAN. dilepaskan bebas ke atmosfir akan bercampur dengan udara segar. Dalam gas

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. terkontaminasinya udara, baik dalam ruangan (indoor) maupun luar ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan unsur lingkungan hidup lainnya (SNI ).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara. Eko Hartini

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. The United Nation Environment Programme memperkirakan 1.1 juta orang per

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002

Tabel 2.1. Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara Ambient Jalan Raya. Provinsi Jawa Barat

POLA SEBARAN OZON SEBAGAI POLUTAN SEKUNDER DI UDARA AMBIEN KAWASAN GAYA MOTOR JAKARTA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANTAUAN UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

STUDI KARAKTERISTIK KIMIA PAPARAN PARTIKULAT TERESPIRASI (Studi Kasus: Kota Bandung) TESIS

Bab V Hasil dan Pembahasan

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

Pemantauan kualitas udara. Kendala 25/10/2015. Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Udara ambien Bagian 6: Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

Makalah Baku Mutu Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

Page 1 KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG

I. PENDAHULUAN. bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pencemaran udara didefinisikan sebagai hadirnya satu atau lebih substansi/ polutan di atmosfer (ambien) dalam jumlah tertentu yang dapat membahayakan atau mengganggu kesehatan dan kesejahteraan manusia, hewan, serta tumbuhan (Cooper et al., 1994). Masalah pencemaran udara mencakup tiga komponen dasar yaitu: sumber yang mengemisikan polutan ke udara/ atmosfer, adanya reaksi dan transformasi unsur kimia dari polutan tersebut di atmosfer, serta dampak terhadap reseptor (tumbuhan, hewan, manusia, dan konstruksi bangunan). Bagan alir masalah pencemaran udara tersebut ditunjukkan pada Gambar I.1. Sumber emisi Polutan Atmosfer Reaksi kimia Reseptor Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986) National Ambient Air Quality Standards (NAAQS s) Amerika Serikat menyebutkan, ada enam kriteria polutan dalam udara yang terdiri dari lima kriteria polutan udara primer (yang diemisikan langsung) dan satu kategori polutan udara sekunder (dibentuk di atmosfer terendah oleh reaksi kimiawi diantara polutan primer). Berikut ini termasuk ke dalam lima kriteria polutan primer, yaitu: particulate matter (PM) yang mempunyai diameter kurang dari 10μm, SO 2, NO 2, CO, dan partikulat timbal (Cooper et al., 1994). Ozon dikategorikan sebagai polutan udara sekunder karena merupakan produk dari reaksi komplek antara hidrokarbon dan nitrogen yang dioksidasi di bawah pengaruh sinar matahari (Cooper et al., 1994., Soedomo, 1999). Unsur partikulat dapat mempengaruhi kesehatan manusia sebagai reseptor terutama menyebabkan gangguan pada sistem respirasi. Penyebab masuknya

partikulat ke dalam sistem respirasi manusia adalah ukuran partikulat tersebut. Ukuran yang dapat masuk ke dalam sistem respirasi adalah partikulat berukuran kurang dari 10 μm dengan spesifikasi sebagai berikut (Soemirat, 2003): - Ukuran 5-10 μm akan mudah tersaring secara fisik oleh rambutrambut halus dalam rongga hidung - Ukuran 2-5 μm akan terendapkan di alveoli - Ukuran < 2 μm akan mudah masuk ke dalam saluran respirasi dan akan mudah keluar kembali bersama udara ekspirasi. Beberapa penelitian sebelumnya telah menghubungkan antara paparan polutan partikulat terespirasi dengan beberapa kejadian penyakit saluran pernafasan dan kardiovaskular. Seperti yang dilakukan oleh Mutius et al. (1995) di Jerman Timur, bahwa peningkatan konsentrasi partikulat, SO 2, NO x, serta kombinasi antara ketiganya di udara ambien berhubungan dengan peningkatan resiko anakanak mengidap penyakit saluran pernafasan bagian atas dan asma. Janssen et al. (2005) menyebutkan bahwa ada korelasi kuat antara PM 2,5 di udara luar ruangan yang memapari orang dewasa dengan kejadian penyakit kardiovaskular di Amsterdam dan Helsinki. Penelitian yang dilakukan Liu et al, (2003) menunjukkan bahwa rata-rata paparan PM 2,5 perseorangan dengan personal sampler pada subpopulasi di Seattle relatif sama dengan konsentrasi PM 2,5 di luar ruangan dan lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi PM 2,5 di dalam ruangan. Anak-anak penderita asma relatif terpapar PM 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa penderita penyakit chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan chronic heart disease (CHD), dengan kata lain ada korelasi yang lebih kuat antara PM 2,5 dengan kejadian penyakit asma dibandingkan pada penyakit COPD dan COD (Liu et al., 2003). Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi setiap tahunnya. Aktifitas penduduk Kota Bandung beragam mulai dari sektor pertanian, perkebunan, pendidikan, hingga sektor industri dan transportasi. Aktifitas-aktifitas tersebut menghasilkan polutan termasuk emisi polutan ke udara yang menimbulkan pencemaran udara, dan pada

akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan manusia serta menimbulkan penyakitpenyakit yang berhubungan dengan saluran pernafasan. Penelitian mengenai pencemaran partikulat udara di Kota Bandung yang dilakukan oleh Santoso et al. (2006) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata konsentrasi tahunan PM 10 dan PM 2,5 selama tahun 2004-2005. Hasil pengukuran pada periode tahun 2002-2005 yang dilakukan oleh BPLH Kota Bandung menunjukkan bahwa pada beberapa lokasi di Kota Bandung, ambang batas baku mutu harian untuk PM 10 telah dilampaui, baik di lokasi perumahan, perkantoran dan perdagangan, ruang terbuka hijau, dan terminal (Bappenas, 2006). Fitriani (2006) menyebutkan bahwa PM 10 dan TSP di beberapa lokasi di Kota Bandung mengandung logam berat Pb dan Hg. Profil kesehatan Kota Bandung pada tahun 2004 menyebutkan bahwa lebih dari dua pertiga bayi menderita gangguan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) (Bappenas, 2006). Rata-rata konsentrasi timbal dalam darah anak-anak dari 40 Sekolah Dasar yang tersebar di 25 kecamatan di Kota Bandung adalah sebesar 14,13 μg/dl. Angka tersebut telah melebihi ambang batas konsentrasi timbal dalam darah yaitu sebesar 10 μg/dl. Kondisi tersebut menunjukkan tingkat pencemaran timbal yang berbahaya di Kota Bandung (Bappenas, 2006). Merujuk pada hasil-hasil penelitian tersebut di atas maka perlu dilakukan analisis paparan partikulat terespirasi terhadap masyarakat sebagai reseptor dari pencemaran udara. Analisis unsur-unsur kimia yang terkandung pada partikulat terespirasi perlu dilakukan mengingat setiap unsur kimia tersebut mempunyai potensi bahaya yang beragam bagi fungsi fisiologis tubuh. Informasi mengenai karakteristik partikulat terespirasi yang memapari masyarakat sebagai reseptor, khususnya untuk pemantauan perorangan belum banyak dilakukan. Sistem monitoring kualitas udara pada umumnya dilakukan dengan mengukur pencemaran udara ambien. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi data paparan pencemaran udara pada manusia dan menjadi dasar studi epidemiologi dalam kaitannya dengan kondisi kesehatan masyarakat, sehingga dapat menjadi

masukan bagi pengambil keputusan untuk kesehatan lingkungan dan masyarakat, khususnya di Kota Bandung. I.2 Perumusan Masalah Kecenderungan meningkatnya pencemaran udara di Kota Bandung dapat berdampak terhadap kesehatan masyarakat Kota Bandung. Angka kejadian penyakit saluran pernafasan yang relatif meningkat dari tahun ke tahun, serta kadar timbal dalam darah anak-anak usia sekolah dasar di seputar Kota Bandung yang telah melebihi ambang batas, merupakan salah satu indikasi adanya masalah pada kualitas udara di Kota Bandung. Sehingga perlu dilakukan kajian terhadap paparan partikulat terespirasi pada masyarakat Kota Bandung. I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah pengetahuan tentang karakteristik paparan polutan partikulat terespirasi pada masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah: - Pengetahuan tentang unsur-unsur kimia yang terkandung dalam paparan partikulat terespirasi - Evaluasi pengaruh kondisi lahan terhadap karakterisasi dan identifikasi polutan partikulat terespirasi - Analisis awal studi paparan partikulat terespirasi terhadap manusia sebagai reseptor I.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup beberapa bagian, yaitu: Wilayah penelitian Penelitian ini dilakukan di empat lokasi dengan peruntukkan lahan yang berbeda yaitu kompleks perumahan Aria Graha sebagai kawasan pemukiman, Cisaranten

Wetan sebagai kawasan industri, Tegalega sebagai kawasan padat transportasi, dan Dago Pakar sebagai kontrol mewakili kawasan bersih. Parameter penelitian Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposisi dan konsentrasi unsur-unsur kimia dalam partikulat terespirasi. Waktu penelitian Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2007. Analisis laboratorium dilakukan pada bulan Mei hingga September 2007. I.5 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah: - Memperkaya data monitoring pencemaran udara khususnya mengenai paparan partikulat terespirasi terhadap manusia sebagai reseptor. - Studi awal mengenai paparan partikulat terespirasi terhadap manusia sebagai reseptor yang merupakan dasar dari penelitian epidemiologi untuk menghubungkan pencemaran udara dengan kejadian penyakit saluran pernafasan. I.6 Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri atas empat tahap, yaitu survei lapangan, pengumpulan data primer dan sekunder, analisis partikulat, serta analisis potensi paparan unsur-unsur kimia. Survei lapangan dilakukan untuk menunjang dalam observasi lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pemgambilan sampel partikulat terespirasi dari paparan perseorangan yang kemudian dikarakterisasi dan diidentifikasi. Proses karakterisasi dan identifikasi unsur-unsur kimia dalam partikulat menggunakan teknik INAA, AAS, dan reflektansi cahaya. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dengan mengkaitkan

data-data sekunder yaitu data pencemaran udara, data tingkat emisi, serta data meteorologi Kota Bandung untuk memprediksikan sumber pencemar. Analisis potensi paparan partikulat terespirasi serta unsur-unsur kimia yang terkandung didalamnya dilakukan dengan perhitungan nilai IEC (Inhalation Exposure Concentration). Hasil dari perhitungan IEC merupakan gambaran estimasi ratarata paparan polutan partikulat terespirasi pada masyarakat selama kurun waktu tertentu. 1.7. Sistematika Penulisan Tesis Sistematika penulisan tesis ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, gambaran umum lokasi, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran. Bab 1 Pendahuluan Dalam bab pendahuluan ini terdiri atas latar belakang penelitian, tujuan, ruang lingkup, metode yang digunakan, serta sistematika penulisan tesis. Bab II Tinjauan Pustaka Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari literatur-literatur yang dapat menunjang penelitian tentang paparan partikulat terespirasi. Pustaka tersebut membahas secara singkat mengenai parameter pencemaran udara termasuk partikulat terespirasi serta efeknya terhadap kesehatan. Selain itu juga diuraikan secara singkat baku mutu kualitas udara ambien yang ditetapkan pemerintah Indonesia, juga baku mutu paparan partikulat terespirasi terhadap manusia di lingkungan kerja. Bab III Gambaran Umum Wilayah Studi Berisikan mengenai deskripsi yang menjadi gambaran umum dari lokasi penelitian, termasuk diantaranya gambaran umum Kota Bandung ditinjau dari topografi, meteorologi, kondisi pencemaran lingkungan, dan kondisi kesehatan masyarakat.

Bab IV Metodologi Penelitian Dalam metodologi penelitian diuraikan mengenai pendekatan-pendekatan prosedur pengambilan sampel partikulat terespirasi, proses analisis sampel, serta alur penelitian yang dilakukan. Bab V Hasil dan Pembahasan Bab ini menjelaskan hasil-hasil yang diperoleh dari penelitan, yaitu konsentrasi paparan partikulat terespirasi pada masing-masing lokasi, unsur-unsur yang diidentifikasi dari kandungan partikulat terespirasi tersebut, perbandingan dengan baku mutu, serta studi paparan yang diterima penduduk. Unsur-unsur yang terkandung di dalam partikulat terespirasi dianalisis dengan analisis faktor untuk mengetahui kemungkinan faktor-faktor yang dapat berkontribusi sebagai sumber pencemar. Studi paparan dilakukan dengan menghitung nilai inhalation exposure concentration. Selain itu, pembahasan dilakukan dengan mengaitkan hasil yang diperoleh dengan data-data sekunder yang ada seperti data kejadian penyakit ISPA, data pencemaran udara, serta emisi polutan di Kota Bandung. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang dapat memberikan gambaran mengenai pencemaran udara serta kaitannya dengan masyarakat sebagai reseptor. Bab VI Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil analisis data yang diperoleh, serta saran-saran yang dianggap perlu diperhatikan dalam pengembangan penelitan ini.