PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG.

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2011

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2016


TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017



BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2016 adalah 515,40 ribu atau 7,98 persen dari total penduduk.

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 SEBANYAK 227,12 RIBU ORANG.

BPS PROVINSI SUMATERA UTARA PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

BPS KABUPATEN MALINAU

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2017 adalah 514,62 ribu jiwa atau 7,78 persen dari total penduduk.

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2015

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

Transkripsi:

No. 04/01/13/Th. XX/3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 Garis Kemiskinan (GK) mengalami peningkatan 3,04 persen, menjadi Rp 438.075 per kapita per bulan dari Rp 425.141 per kapita per bulan pada Maret 2016. Komponen terbesar pembentuk Garis Kemiskinan adalah Garis Kemiskinan Makanan dengan kontribusi 76,32 persen, sedangkan Garis Kemiskinan Non Makanan memberikan kontribusi sebesar 23,68 persen. Secara persentase, penduduk miskin naik sebesar 0.05 poin dari periode ke periode yaitu dari 7,09 persen menjadi 7,14 persen. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada adalah 376.510 jiwa, naik sebanyak 4.955 jiwa dibanding. Menurut wilayahnya, perkotaan naik sebanyak 548 jiwa, dan jumlah penduduk miskin perdesaan mengalami peningkatan sebanyak 4.407 jiwa. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik 0,026 poin, dari 1,096 pada menjadi 1,122 pada. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami kenaikan sebesar 0,036 poin, dari 0,242 pada menjadi 0,278 pada. 1. Perubahan Garis Kemiskinan Perubahan jumlah dan persentase penduduk miskin tidak akan terlepas dari perubahan nilai garis kemiskinan. Garis kemiskinan (GK) merupakan rata-rata pengeluaran per kapita perbulan yang digunakan untuk mengklasifikasikan penduduk kedalam golongan miskin atau tidak miskin. Garis kemiskinan yang digunakan untuk menghitung penduduk miskin adalah Rp.438.075 (kapita/bulan). Peran komoditi makanan terhadap garis kemiskinan makanan jauh lebih besar dibandingkan komoditi non makanan. Pada bulan September 2016, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 76,32 persen. Jika dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan maka sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan di perdesaan sebesar 80,33 persen, lebih besar dibandingkan daerah perkotaan yang hanya 70,86 persen. Komposisi tersebut tidak jauh berbeda dangan kondisi. Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017 1

Jika dibandingkan antara dengan, maka garis kemiskinan daerah perkotaan meningkat sebesar 2,98 persen. Sedangkan di daerah perdesaan meningkat 2,83 persen. Jika dilihat menurut komponennya maka terjadi perbedaan antara perkotaan dan perdesaan. Di daerah perdesaan garis kemiskinan non makanan mengalami perubahan yang lebih besar daripada garis kemiskinan makanan. Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2014 Daerah/ Tahun Perkotaan Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Non Makanan Total Jumlah penduduk miskin Persentase penduduk miskin (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Maret 2014 269 473 105 495 374 968 108 076 5,43 282 276 288 410 301 356 108 587 117 925 121 984 390 862 406 335 423 339 108 532 118 034 118 480 5,41 Pedesaan 312 154 322 168 129 369 132 506 441 523 454 674 118 962 119 510 5,54 5,52 Maret 2014 268 291 65 220 333 511 271 120 8,68 279 289 293 768 313 294 70 535 75 985 77 884 349 824 369 753 391 178 246 206 261 575 231 050 7,84 8,35 7,35 332 415 341 816 81 375 83 703 413 790 425 520 252 593 257 000 8,16 8,27 Kota + Desa Maret 2014 268 751 80 904 349 656 379 196 7,41 280 453 291 641 308 554 326 993 334 358 85 374 92 637 95 393 98 148 103 717 365 827 384 277 403 947 425 141 438 075 354 738 379 609 349 530 371 555 376 510 6,89 7,31 6,71 7,09 7,14 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat, Maret 2016 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada adalah 376.510 jiwa mengalami peningkatan 1,33 persen dibandingkan kondisi. Lebih dari dua per tiga, tepatnya 68,26 persen, penduduk miskin tinggal di daerah Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017 2

perdesaan. Jadi sekitar 31,74 persen penduduk miskin tinggal di perkotaan. Tabel 2, menunjukkan bahwa 5,52 persen penduduk perkotaan dikategorikan sebagai penduduk miskin, sementara itu, di daerah perdesaan sekitar 8,27 persen. Secara keseluruhan persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan dari 7,09 persen pada menjadi 7,14 persen pada. Dilihat perkembangan menurut perdesaan dan perkotaan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan mengalami perubahan relatif lebih tinggi dari daerah perkotaan. Penduduk miskin daerah perkotaan turun dari 5,54 persen pada menjadi 5,52 persen pada. Di daerah perdesaan, persentase penduduk miskinnya mengalami peningkatan dari 8,16 persen menjadi 8,27 persen. Perkembangan perubahan persentase dan jumlah penduduk miskin menurut daerah perdesaan dan perkotaan berturut-turut dapat dilihat pada Grafik 1 dan Grafik 2. Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat Menurut Daerah, Maret 2014 Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Persentase Penduduk Miskin (%) Perkotaan Perdesaan Jumlah Perkotaan Perdesaan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Maret 2014 108 076 271 120 379 196 5,43 8,68 7,41 108 532 118 034 118 481 118 962 119 510 246 206 261 575 231 048 252 593 257 000 354 738 379 609 349 529 371 555 376 510 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 5,41 5,54 5,52 7,84 8,35 7,35 8,16 8,27 6,89 7,31 6,71 7,09 7,14 Grafik 1. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat Menurut Daerah, Maret 2014 11 10 9 8 8,68 7,84 8,35 7,35 8,16 8,27 7 6 7,41 6,89 7,31 6,71 7,09 7,14 5 4 5,43 5,41 5,54 5,52 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Kota Desa Kota+Desa Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017 3

Grafik 2. Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat Menurut Daerah, Maret 2014 500.000 450.000 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 379.196 379.609 354.738 349.529 371.550 376.510 271.120 261.575 246.206 231.048 252.590 257.000 108.076 108.532 118.034 118.481 118.960 119.510 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Kota Desa Kota+Desa 3. Perkembangan Penduduk Miskin Informasi kemiskinan yang disajikan merupakan keadaan kemiskinan pada bulan Maret 2016 dan bulan. Dari ke jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 548 jiwa, walaupun dari besarnya persentase turun sebesar 0,43 persen. Sedangkan untuk jumlah penduduk miskin perdesaan mengalami peningkatan sebanyak 4.407 jiwa. Perubahan tersebut mengakibatkan jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan sebanyak 4.955 jiwa dari ke. 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Dimensi lain yang perlu juga mendapatkan perhatian selain jumlah dan persentase penduduk miskin adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Upaya pengentasan kemiskinan bukan hanya ditujukan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin namun juga mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukan bahwa penduduk miskin di perdesaaan memiliki rata-rata (gap) pengeluaran dengan garis kemiskinan yang lebih besar dibandingkan penduduk miskin perkotaan. Namun, jika dibandingkan data, penduduk miskin di perkotaan terlihat semakin terpuruk dengan indeks kedalaman yang makin tinggi. Sedangkan kondisi penduduk miskin di perdesaan sedikit mengalami perbaikan. Secara umum, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan dari ke. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengindikasikan kondisi yang sama, bahwa terjadi perbaikan pada penduduk miskin perdesaan dan sebaliknya terjadi pada penduduk miskin perkotaan. Namun ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin perdesaan masih lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin perkotaan. Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017 4

Tabel 3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), Maret 2014 Tahun Kota Desa Kota + Desa P1 Maret 2014 0,654 1,122 0,940 0,536 0,785 1,056 0,752 1,038 0,888 1,104 1,392 1,334 1,180 0,751 0,977 1,259 1,096 1,122 P2 Maret 2014 0.125 0.278 0,219 0,096 0,181 0,148 0,161 0,224 0,211 0,245 0,320 0,290 0,153 0,249 0,304 0,299 0,242 0,278 Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017 5

5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Indeks/P1), yaitu kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, dan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Indeks/P2), yaitu ketimpangan diantara penduduk miskin. c. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. d. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padipadian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). e. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan. f. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan. Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017 6

Ir. Dody Herlando, M.Econ Kepala BPS Provinsi Sumatera Barat Telepon : 0751-442158-59 Email : bps1300@bps.go.id Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017 7