BAB II KAJIAN PUSTAKA. lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang

dokumen-dokumen yang mirip
Penggolongan Biaya. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.

BAB II BIAYA MUTU. kemampuan suatu produk untuk memenuhi atau melebihi harapan. konsumen ( Hansen and Mowen, 2000, hal: 30 )

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II ANALISIS BIAYA MUTU. meningkatkan permintaan pelanggan dan mengurangi biaya. Mutu merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA

1. Pengertian Biaya Pemasaran 2. Penggolongan Biaya Pemasaran

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat tercapai. Untuk itu pencapaian tujuan ini perlu ditunjang oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sumber daya ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menetapkan pilihan yang mengucurkan laba incremental terbesar. Laba

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

BAB II BIAYA MUTU. kebendaan sangat umum sehingga tidak menawarkan makna oprasional. Secara oprasional

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tuntutan konsumen yaitu produk dengan harga yang murah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II BIAYA OVERHEAD PABRIK Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya. Untuk itu suatu perusahaan menyelenggarakan akuntansi, guna memperoleh

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII di Jln. Sindang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Biaya Pemasaran

QUALITY COST OF PRODUCT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas)

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas

BAB II BAHAN RUJUKAN

Klasifikasi Biaya. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB II LANDASAN TEORITIS

Manajemen Keuangan Agribisnis: KLASIFIKASI BIAYA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK BIAYA, PENGERTIAN BIAYA, PENGGOLONGAN BIAYA, DAN ALIRAN BIAYA DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran yang baik maka penjualan dan laba akan meningkat secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu mempertahankan eksistensinya. Untuk mengatasi persaingan yang

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat

Pekerjaan. diukur dari biayanya. Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. Pemeriksaan Operasional merupakan suatu pemeriksaan atas kegiatan

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BIAYA KUALITAS

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi pengertian sistem dalam buku Sistem Akuntansi. yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.

Bab I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini telah secara praktis mengubah wajah dunia kearah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya Definisi mengenai biaya dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan. Mulyadi (2001:7), mendefinisikan biaya dalam arti luas sebagai pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi tersebut yaitu : 1) biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, 2) diukur dalam satuan uang, 3) yang terjadi atau secara potensial akan terjadi, 4) pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut harga pokok. Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya adalah barang yang dijual dan jasa-jasa pada periode dimana penghasilan diakui. Untuk menyajikan informasi biaya yang akan digunakan untuk berbagai tujuan, dalam penggolongan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari informasi biaya yang akan disajikan. Menurut Supriyono, (1999:18), biaya dapat digolongkan sebagai berikut. 10

1) Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan atau aktivitas perusahaan (cost classied to the function of business activity). Fungsi pokok perusahaan terdiri dari fungsi pokok produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum, serta fungsi keuangan. Biaya dalam fungsi pokok ini dapat dikelompokkan menjadi : a) Biaya produksi, yaitu biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi digolongkan ke dalam : 1) biaya bahan baku, 2) biaya tenaga kerja langsung, dan 3) biaya overhead produk selesai. b) Biaya pemasaran, yaitu biaya dalam rangka penjualan produk selesai sampai pengumpulan piutang menjadi kas. Biaya ini meliputi : 1) fungsi penjualan, 2) fungsi penggudangan produk selesai, 3) fungsi pengepakan dan pengiriman, 4) fungsi advertasi, 5) fungsi pemberian kredit dan pengumpulan piutang, 6) fungsi pembuatan faktur administrasi penjualan. c) Biaya administrasi dan umum, yaitu yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum. Termasuk biaya ini : gaji pimpinan tertinggi perusahaan, personalia, sekretariat, akuntansi, hubungan masyarakat, keamanan. d) Biaya keuangan, yaitu semua biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keuangan seperti biaya bunga. 11

2) Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau kegiatan atau volume. Biaya ini dikelompokkan menjadi : a) Biaya Tetap (fixed cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. b) Biaya Variabel (variabel cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan. c) Biaya Semi Variabel (semi variabel cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, tetapi perubahannya tidak sebanding. 3) Penggolongan biaya sesuai dengan periode dimana biaya dibebankan. Biaya ini di golongkan menjadi dua, yaitu. a) Pengeluaran Modal (Capital Expenditur), adalah pengeluaran yang dapat memberikan manfaat pada beberapa periode akuntansi, seperti pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. b) Pengeluaran penghasilan (Revenue Expenditure), adalah pengeluaran yang dapat memberikan manfaat pada beberapa periode akuntansi, seperti pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. 12

4) Penggolangan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan. a) Biaya Relevan (Relevan Cost), yaitu biaya yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan. b) Biaya Tidak Relevan (Inrelevan Cost), yaitu biaya yang tidak mempengaruhi pengambilan keputusan. 5) Penggolongan biaya sesuai dengan obyek atau pusat biaya yang dibiayai. Biaya ini dapat dibagi menjadi : a) Biaya Langsung (Direct Cost), yaitu biaya yang terjadi atau manfaatnya dapat diidentifikasi pada obyek atau pusat biaya tertentu. b) Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost), yaitu biaya yang terjadi tidak dapat diidentifikasikan pada obyek atau pusat biaya tertentu. 6) Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya. a) Biaya Terkendali (Controllable Cost), yaitu biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seseorang pimpinan dalam jangka waktu tertentu. b) Biaya Tak Terkendali (Uncontrollable Cost), yaitu biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan dalam jangka waktu tertentu. 2.2 Pengertian Kualitas / Mutu Kualitas adalah kemampuan untuk memenuhi atau melampaui harapan-harapan para pelanggan. Aspek-aspek kualitas mencakup (Hansen,dkk. 2000 : 963). 13

1) Kinerja (performance), yaitu menunjukkan bagaimana konsisten dan baiknya suatu produk. 2) Estetika (Esthetics), yaitu berkaitan dengan penampilan produkproduk yang berwujud (misalnya: gaya, cantik, dan indah). 3) Kemampuan memberikan jasa (Serviceability), adalah berkaitan dengan kemudahan pemeliharaan produk atau perbaikan suatu produk. 4) Bentuk (Featres) menunjuk ke karakteristik suatu produk yang membedakan produk yang sejenis. 5) Kemampuan untuk diandalkan (Reliability), adalah probabilitas suatu produk atau jasa dalam melakukan fungsinya untuk jangka waktu tertentu. 6) Daya tahan (Durability), adalah jangka waktu berfungsinya suatu produk. 7) Kesesuaian (Conformance), adalah tolak ukur mengenai bagaimana suatu produk memenuhi spesifikasi. 8) Kecocokan dengan kegunaan (Fitness for use) adalah kesesuaian suatu produk dengan fungsinya-fungsinya seperti yang diiklankan. Menurut Supriyono (1999 : 377), konsep kualitas yang diakui ada dua yaitu: 1) Kualitas Rancangan (Quality of design), merupakan suatu fungsi berbagai suatu produk. Suatu produk, meskipun memiliki fungsi yang sama tetapi apabila spesifikasi desainnya berbeda akan memiliki kualitas desain yang berbeda pula. Kualitas rancangan yang tinggi akan 14

ditunjukkan dengan tingginya biaya pemanufakturan dan harga jual yang tinggi. Sebagai contoh mobil suzuki dan mobil BMW mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai alat transportasi namun keduanya mempunyai mutu rancangan yang berbeda. 2) Kualitas Kesesuaian (Quality of Conformance), merupakan suatu ukuran bagaimana suatu produk memenuhi berbagai persyaratan atau spesifikasi. Jika produk memenuhi spesifikasi rancangan, produk tersebut cocok digunakan. Sebagai contoh : jam tangan yang tepat waktu mempunyai kualitas yang lebih tinggi dari pada jam tangan yang secara konsisten menyimpang 20 menit setiap dari seterusnya. 2.3 Pengertian Biaya Kualitas / Mutu Pengertian biaya kualitas banyak dikemukakan oleh para ahli. Supriyono (1999:220), mendefinisikan biaya kualitas sebagai biaya yang terjadi atau akan terjadi untuk mencegah kualitas yang jelek, menilai kualitas dan mengatasi terjadinya kualitas yang jelek. Hansen,dkk. (1999:908), mendefinisikan biaya kualitas sebagai biaya-biaya yang timbul karena kualitas buruk mungkin dan memang ada. Dari definisi diatas dapat disimpulkan biaya kualitas adalah biaya yang bersangkutan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan produk cacat yang dikeluarkan karena adanya kualitas yang rendah. 15

2.4 Pengklasifikasian Biaya Kualitas / Mutu Seiring dengan persaingan yang semakin ketat, kualitas suatu produk harus menjadi perhatian yang serius. Perusahaan dapat menghasilkan produk berkualitas melalui pengerjaan yang benar dari awal dan dapat mengeliminasi biaya-biaya yang berhubungan dengan kualitas produk yang rendah. Kualitas produk yang rendah bisa disebabkan oleh banyak hal antara lain : kelalaian karyawan, bahan baku tidak sesuai standar, kerusakan mesin, dan lain-lain. Untuk mengurangi produk yang berkualitas rendah perusahaan melakukan usaha-usaha, perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk memerlukan biaya. Menurut Hansen,dkk. (2000:966), biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi : 1) Biaya Pencegahan Biaya pencegahan adalah biaya yang muncul untuk mencegah terjadinya kualitas buruk dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Contoh : biaya rekayasa kualitas, program pelatihan kualitas, perencanaan kualitas, pelaporan kualitas, penilaian pemasok, pemeriksaan kualitas (quality audit), gugus kendala kualitas (quality circle), dan penelaahan terhadap desain produk dan lain-lain. 2) Biaya Penilaian Biaya penilaian atau biaya pendeteksian adalah biaya untuk menilai apakah kualitas sesuai dengan persyaratan pelanggan atau spesifikasi mereka. Contoh : biaya pengujian bahan baku, biaya inspeksi 16

pembungkusan, biaya aktivitas pengawasan, rencana uji dan kaji ulang depresiasi equipment, pengujian dan lain-lain. 3) Biaya Kegagalan Internal Biaya kegagalan internal adalah biaya untuk mengatasi terjadinya kualitas yang tidak sesuai dengan persyaratan pelanggan dan terdeteksi sebelum produk diserahkan kepada konsumen. Contoh : Biaya sisa bahan (scrap), biaya pengerjaan kembali, biaya mesin berhenti (karena produk rusak), biaya inspeksi kembali, biaya pengetesan kembali, dan biaya perubahan desain. 4) Biaya Kegagalan Eksternal Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk dan jasa gagal memenuhi persyaratan atau memenuhi kebutuhan pelanggan. Contoh : penjualan retur, retur dan rabat penjualan, biaya jaminan, biaya perbaikan, biaya penanganan keluhan konsumen, dan lain-lain. Hansen,dkk (2001:667) menjelaskan contoh dari masing-masing jenis biaya kualitas adalah : 1) Biaya Pencegahan Contoh : perekayasaan kualitas, pelatihan kualitas, perencanaan kualitas, audit kualitas, analis desain, riset pemasaran. 2) Biaya Penilaian Contoh : inspeksi bahan, inspeksi pengemasan, penerimaan produk, penerimaan proses, pengujian lapangan, verifikasi pemasok. 17

3) Biaya kegagalan internal Contoh : sisa bahan, pengerjaan kembali, down time (berhubungan dengan kerusakan), inspeksi kembali, pengujian kembali, perubahan rancangan. 4) Biaya kegagalan eksternal Contoh: kehilangan penjualan (berhubungan dengan kinerja), kembalian atau cadangan, jaminan atau garansi, penggantian produk, penyesuaian keluhan. 2.5 Jenis-jenis Laporan Biaya Kualitas Menurut Supriyono (1999:402) laporan biaya kualitas dibedakan menjadi empat yaitu : 1) Laporan kinerja kualitas sementara (Intern Quality Performance Report). Laporan ini dibuat untuk menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan standar atau sasaran periode sekarang. Perusahaan harus menyusun laporan mengenai standar kualitas sementara pada tiap tahun dan membuat rencana-rencana untuk mencapai tingkat yang ditargetkan. 2) Laporan Trend Satu Periode (One Year/Periode Performance Report). Laporan ini menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan kinerja kualitas tahun terakhir. Laporan ini berisi perbandingan antara besarnya biaya kualitas pada tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. 18

3) Laporan Trend Beberapa Periode (Multiple Periode Quality Trend Report). Laporan ini menyediakan informasi sehubungan dengan perubahan biaya kualitas untuk beberapa periode juga untuk menunjukkan kemajuan sejak awal mula program penyempurnaan kualitas. 4) Laporan Kinerja Kualitas Jangka Panjang (Long Quality Performance Report). Laporan ini menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan standar atau sasaran jangka panjang. Laporan ini penting untuk membantu manajer dalam mempertahankan target kualitas utama perusahaan, sekaligus menunjukkan bahwa ada kemajuan yang masih sangat besar bagi manajer untuk melakukan perbaikan dan perencanaan fasilitas untuk periode berikutnya. 2.6 Distribusi Optimal Biaya Kualitas / Mutu Perusahaan akan berusaha mencapai tingkat kualitas tertentu dengan biaya yang lebih efisien. Dalam hal ini manajer bertanggungjawab untuk mencapai tingkat optimal kualitas dan untuk menentukan jumlah relatif yang harus dikeluarkan untuk setiap kelompok dari biaya kualitas tersebut. Terdapat dua pandangan mengenai kualitas yang optimal yaitu : (1) pandangan tradisional didasarkan pada Aceeptable Quality Level (AQL) dan (2) pandangan kontemporer yang didasarkan pada Total Quality Control (TQL). Setiap pandangan memperlihatkan bagaimana seharusnya biaya kualitas diatur (Hansen,dkk 2000:971). 19

2.7 Pengukuran dan Pelaporan Biaya Kualitas / Mutu Pengukuran biaya kualitas menekankan pada elemen apa yang harus diukur. Dasar pengukurannya adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan, penilaian dan perbaikan produk yang rusak. Data-data yang tersedia mungkin tidak sama antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, namun pada dasarnya data yang dipakai harus menunjukkan adanya biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan. Untuk mendapatkan data-data yang menunjukkan adanya biaya kualitas itu, dapat dilakukan langkah sebagai berikut: 1) Hitung biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan fungsi kualitas (Quality Function). 2) Identifikasi tanggungjawab atas fungsi kualitas namun merupakan bagian dari biaya kualitas total perusahaan. 3) Identifikasi biaya kerusakan internal untuk tiap-tiap alokasi anggaran atau kerusakan yang dapat diterima. 4) Identifikasi biaya kerusakan internal untuk kerusakan yang tidak dapat diduga. 5) Identifikasi biaya kerusakan setelah dikirim ke konsumen. Setelah semua data mengenai biaya kualitas didapatkan, maka disusun sebuah laporan mengenai biaya kualitas. Tujuan utama dari pelaporan ini adalah untuk meningkatkan dan memungkinkan perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan manajerial. Dengan disusunnya laporan biaya kualitas, manajemen dapat mengetahui berapa 20

besarnya biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mencegah dan memperbaiki produk yang berkualitas rendah sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan peningkatan kualitas. Laporan mengenai biaya kualitas disusun dengan cara memisahkan tiap-tiap biaya kualitas ke dalam klasifikasinya, yaitu dengan biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Sebagai contoh berikut ini adalah laporan biaya kualitas secara lengkap: 21

Tabel 2.1 Contoh Laporan Biaya Kualitas PT. Cintanusa Laporan Biaya Kualitas Tahun 1993 Kelompok Biaya Kualitas % dari Biaya % dari penjualan Biaya Pencegahan Pelatihan Karyawan Rekayasa Kualitas Rp 90.000,- Rp 120.000,- Jumlah Rp 210.000,- 35% 4,3% Biaya Penilaiaan Inspeksi bahan Penerimaan produk Penerimaan proses Rp 40.000,- Rp 60.000,- Rp 20.000,- Jumlah Rp 120.000,- 20% 2,4% Biaya Keunggulan Internal Sisa Pengerjaan ulang Rp 90.000,- Rp 60.000,- Jumlah Rp 150.000,- 25% 3% Biaya Kegagalan Eksternal Keluhan Pelanggan Jaminan (garansi) Reparasi Rp 50.000,- Rp 40.000,- Rp 30.000,- Jumlah Rp 120.000,- 20% 2,4% Jumlah Biaya Kualitas Rp 600.000,- 100% 12% Keterangan : Penjualan sesungguhnya = Rp 5.000.000,- Persentase biaya kualitas di perusahaan = Rp 600.000,- : Rp 5.000.000,- = 12% Sumber : Supriyono (2000 : 383) Dalam melakukan analisis terhadap biaya kualitas ada beberapa analisis yang dapat dilakukan, yaitu (Supriyono, 2000:22) : 1) Analisis total biaya kualitas terhadap dasar pengukuran, misal : penjualan. 2) Analisis biaya kualitas persial terhadap total biaya kualitas. 3) Analisis biaya kualitas pengendalian terhadap total biaya kualitas. 22

4) Analisis biaya kualitas kegagalan terhadap total biaya kualitas. 5) Analisis biaya kualitas pengendalian terhadap dasar pengukuran. 6) Analisis biaya kualitas kegagalan terhadap dasar pengukuran. Perusahaan menginginkan biaya kualitas turun, namun dapat mencapai kualitas total yang lebih tinggi, setidak-tidaknya sampai titik tertentu. Perusahaan yang memiliki program pengolahan kualitas yang baik akan menekankan biaya kualitasnya kurang lebih hanya 2,5% dari total penjualan (Supriyono, 2000:385). Akhyar,dkk (2000:144) juga menyatakan bahwa standar kualitas yang baik kurang lebih hanya 2,5% dari penjualan. Sebuah perusahaan dengan program manajemen kualitas akan berjalan dengan baik apabila dapat mencapai biaya kualitas sekitar 2,5% dari penjualan (Hansen,dkk 2000:983), standar 2,5% mencakup biaya kualitas total. Biaya untuk sekelompok atau elemen secara individu, misal biaya pelatihan kualitas atau biaya inspeksi bahan, lebih kecil dari jumlah tersebut. Anggaran dapat digunakan untuk menentukan besarnya standar biaya kualitas setiap elemen secara individual sehingga biaya kualitas yang dianggarkan tidak lebih 2,5% dari penjualan. 2.8 Manfaat Informasi Biaya Kualitas Menurut Gorrison,dkk diterjemahkan oleh Totok Budi Santoso (2001:853), informasi yang diberikan oleh laporan biaya kualitas digunakan oleh para manajer karena memberikan manfaat sebagai berikut : 23

1) Informasi biaya kualitas membantu para manajer melihat arti finansial dari cacat. Para manajer biasanya tidak sadar dengan besarnya biaya kualitas mereka, maka dari itu ketika pertama kali disajikan dengan laporan biaya kualitas, para manajer seringkali terkejut dengan jumlah yang diakibatkan oleh kualitas buruk. 2) Informasi biaya kualitas membantu para manajer mengidentifikasikan pentingnya masalah-masalah kualitas yang dihadapi perusahaan. Dengan adanya informasi ini, para manajer mempunyai ide dimana harus memfokuskan usahanya. 3) Informasi biaya kualitas membantu para manajer melihat apakah biayabiaya kualitas perusahaan mereka telah didistribusikan dengan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa biaya kualitas dapat dipakai untuk mengembangkan pengendalian dan biaya dalam kaitannya dengan kualitas produk. Melalui pengukuran kualitas manajemen dapat dilakukan analisis terhadap biaya kualitas. Pengukuran biaya kualitas juga dapat memberikan manfaat bagi manajemen untuk mengidentifikasikan peluang-peluang penjualan produk. 2.9 Pengukuran Efisiensi Pengertian efisiensi jika dijelaskan dengan konsep output-input maka suatu kegiatan dapat dikatakan telah dikerjakan secara efisien, jika pelaksanaan kegiatan tersebut telah mencapai sasaran (output) dengan pengorbanan biaya (input) yang terendah, atau dengan pengorbanan biaya 24

(input) yang minimal diperoleh hasil (output) yang diinginkan (Anthony, Dearden, Bedford, 1997:200). Berdasarkan uraian diatas, suatu kegiatan perusahaan dikatakan efisien jika perusahaan menghasilkan produk yang berkualitas yang memenuhi spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya-biaya yang minimal. Struktur biaya kualitas sangat dipengaruhi oleh interaksi antara biaya kualitas, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal (Juran, 1995:20). Untuk itu diperlukan pengelolaan biaya kualitas yang baik, yang meliputi perencanaan untuk pengimplementasian (penerapan dalam produk), dan pengukuran kinerja harus dilaksanakan secara kontinyu oleh perusahaan, sehingga biaya yang dikeluarkan efisien. Suatu kegiatan dikatakan efisien jika pelaksanaan kegiatan tersebut telah mencapai sasaran (output) dengan pengorbanan (input) yang rendah atau sebaliknya dengan pengorbanan biaya (input) yang minimal dicapai hasil (output) yang diinginkan. Jadi efisien berhubungan dengan penentuan apakah tujuan tersebut dicapai dengan menggunakan sumberdaya yang optimal dan dilaksanakan dengan cara terbaik tanpa memerlukan tambahan biaya. Efisiensi biaya kualitas dapat dilihat dari dua segi yaitu, internal dan eksternal. Tetapi dalam menentukan efisiensi biaya kualitas baik di sisi internal maupun eksternal, harus pula diperhatikan kualitas produk 25

yang dihasilkan oleh perusahaan. Jadi diharapkan setelah terjadi efisiensi biaya kualitas tidak menyebabkan perubahan atau penurunan kualitas produk, sehingga jumlah produk rusak berkurang. Efisiensi biaya kualitas dari segi internal dapat terjadi dengan asumsi : 1) Kenaikan biaya pencegahan dan biaya penilaian lebih kecil daripada penurunan pada biaya kegagalan internal. 2) Penurunan pada biaya pencegahan dan biaya penilaian lebih besar daripada peningkatan biaya kegagalan internal. 3) Terjadinya penurunan pada biaya pencegahan dan biaya penilaian tidak menyebabkan peningkatan biaya kegagalan internal. 4) Terjadinya penurunan pada biaya pencegahan dan biaya penilaian diikuti dengan penurunan biaya kegagalan internal. Efisiensi biaya kualitas dari segi eksternal dapat terjadi dengan asumsi : 1) Kenaikan pada biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan internal lebih kecil daripada peningkatan biaya kegagalan eksternal. 2) Penurunan pada biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan internal lebih besar daripada peningkatan biaya eksternal. 3) Terjadinya penurunan biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan internal tidak menyebabkan peningkatan biaya kegagalan eksternal. 26

4) Terjadinya penurunan biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan internal diikuti dengan penurunan biaya kegagalan eksternal. 2.10 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Chatarina Sjending (2000) dengan judul Pengukuran dan Pengendalian Biaya Kualitas Untuk Meningkatkan Efisiensi pada PT. Coca Cola Amatil Indonesia Unit Bali. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana jenis, pengukuran, dan pengendalian biaya kualitas pada masa dalam usaha peningkatan kualitas dan efisiensi serta untuk mengetahui hubungan biaya kualitas yang dikeluarkan dengan produk rusak yang dihasilkan pada PT. Coca Cola Amatil Indonesia Unit Bali. Hasil pengukuran biaya kualitas menunjukkan bahwa kegiatan pencegahan dan penilaian yang dilakukan perusahaan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kegagalan yang terjadi. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama menghitung besarnya biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan. Perbedaannya adalah terletak pada objek penelitian dan jenis kegiatan yang dilakukan perusahaan. Penelitian sebelumnya dilakukan pada perusahaan yang bergerak pada bidang produksi minuman berkarbonasi, sedangkan penelitian ini dilakukan pada PT. Pengambengan Raya, yang bergerak pada bidang industri pengalengan ikan. 27

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Crisna (2005), dengan judul Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Laba Pada Perusahaan Daerah Propinsi Bali Unit Sayur Mayur Di Desa Candi Kuning Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. Objek penelitian pada penelitian ini adalah data-data yang berhubungan dengan kualitas produk yang dihasilkan dari tahun 2000 sampai 2004. variabel yang diteliti adalah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal, dan laba dari periode 2000 sampai 2004. teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian dari penelitian ini adalah biaya kualitas berpengaruh nyata terhadap laba yang diperoleh dari t-hitung 7,21 lebih besar dari t-tabel 3,812. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama menganalisis laporan biaya kualitas perusahaan sedangkan perbedaanya terdapat pada objek penelitiannya. Pada penelitian sebelumnya objek penelitiannya adalah pada Perusahaan Daerah Propinsi Bali Unit Sayur Mayur yang bergerak di bidang Agrobisnis dan penelitian ini dilakukan pada PT. Pengambengan Raya yang bergerak di bidang industri pengalengan ikan. 28