BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

dokumen-dokumen yang mirip
Handy Wijaya, Stefanus Ariyanto Universitas Bina Nusantara

30 Juni 31 Desember

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali)

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

30 September 31 Desember Catatan

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Proses Bisnis Asuransi Kerugian Proses Bisnis Asuransi Kerugian Secara Umum

ED PSAK 62 KONTRAK ASURANSI

01. Tujuan Pernyataan ini adalah melengkapi pengaturan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi.

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

IMPLEMENTASI PSAK NO. 62 MENGENAI KONTRAK ASURANSI DAN PSAK NO.

JUMLAH ASET LANCAR

PT GARUDA METALINDO Tbk

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto

Catatan 31 Maret Maret 2010

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PT Asuransi Takaful Umum Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 2011 (dalam Rupiah)

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

, , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

I. PENDAHULUAN. masyarakat bawah. Sarana lembaga keuangan non bank yang mampu memenuhi

Daftar Pertanyaan Wawancara

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan III 2016 dan Per Tahun 2015

Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Rin cian , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau Bank

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Triwulan IV , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan II 2016 dan Per Tahun 2015

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan I 2016 dan Per Tahun 2015

2009 Catatan Kas dan bank 11,667,651,139 2c,4,31 11,381,632,142

Rin cian , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g,

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIIITahun 2017

PT Argo Pantes Tbk dan Anak Perusahaan Neraca Konsolidasi Per tanggal 31 Desember 2007, 2006, dan

Kas 2c, 2g Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h,

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

PT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA


TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK PERIODE TAHUN

PT CATUR SENTOSA ADIPRANA Tbk DAN ENTITAS ANAK. Laporan Keuangan Konsolidasian 31 Maret 2012 (Tidak Diaudit)

PT SKYBEE Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

ANALISIS PROSPEKTIF LAPORAN KEUANGAN PT. GUDANG GARAM Tbk. Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE COMMON SIZE PADA PT. HOLCIM INDONESIA Tbk.

ANALISIS KOMPARATIF KEBIJAKAN AKUNTANSI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN GLOBAL

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA

LAPORAN KEUANGAN PT ULTRAJAYA MILK TBK AKTIVA AKTIVA LANCAR

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA


PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Rifka Hendrawan Savitri NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dra. Retno Suwiyanti., MM

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG

PT MINNA PADI INVESTAMA Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK PERIODE 6 BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 30 JUNI 2013 DAN 2012 (UNAUDITED)

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2013/ Triwulan IV Tahun 2013 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

ASET Catatan 31 Maret Desember 2012

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2014/ Triwulan I Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

P.T. VICTORIA INSURANCE DAFTAR ISI LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN 1

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 Juni 2014/ Triwulan II Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

ANALISIS PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI PSAK HASIL ADOPSI IFRS PADA PT. MARTINA BERTO, TBK TAHUN

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 September 2014/ Triwulan III Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Seperti yang kita ketahui sebelumnya konvergensi IFRS hanya terdapat dua Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi, yaitu PSAK 28 (1996): Akuntansi asuransi kerugian dan PSAK 36 (1996) : Akuntansi asuransi jiwa. Selanjutnya pada tahun 2011 terdapat tiga PSAK yang mengatur industri asuransi yaitu PSAK 62 : Kontrak asuransi yang diadopsi dari IFRS 4 Insurance Contract (tahap pertama) serta PSAK 28 (2011) : Akuntansi kontrak asuransi kerugian dan PSAK 36 (2011) : Akuntansi kontrak asuransi jiwa yang melengkapi pengaturan di PSAK 62. Ketiga PSAK tersebut berlaku efektif 1 Januari 2012. Hal hal berikut yang ada dalam PSAK 36.17 yang mengatur apa saja yang harus diungkapkan di dalam laporan keuangan perusahaan asuransi. Tabel 4.1 Tabel Pengungkapan Laporan Keuangan Halhal yang diungkapkan Ada Tidak ada Pengakuan Pendapatan premi dan penentuan liabilitas manfaat polis masa depan serta premi yang belum merupakan pendapatan. Transaksi reasuransi termasuk sifat, tujuan, dan efek transaksi reasuransi tersebut terhadap operasi perusahaan. Pengakuan beban klaim dan penentuan estimasi klaim tanggungan sendiri. 2t&v,15a&c 2m,32 2v&s,15b 32

Kebijakan akuntansi lain yang penting sebagaimana ditentukan dalam SAK yang relevan. Pendapatan premi bruto : pendapatan premi tahun pertama dan premi tahun lanjutan secara terperinci berdasarkan kelompok perorangan dan kumpulan serta jenis asuransi. 2e 2v,22 Klaim dan manfaat : jenis, jumlah, dan penyebab kenaikan klaim dan manfaat yang signifikan. 2v,26 Sumber : PSAK 36 tahun 2012 IV.2. Pemisahan Komponen Deposit Komponen deposit adalah komponen kontraktual yang tidak dicatat sebagai derivatif sesuai PSAK 55: Instrumen keuangan: Pengakuan dan pengukuran dan termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55 jika komponen terebut merupakan suatu instrumen terpisah. Pemisahan adalah pencatatan komponen kontrak seolaholah kontrak tersebut merupakan kontrak terpisah. Jadi dapat disimpulkan pemisahan komponen deposit adalah pencatatan komponen kontraktual dalam laporan keuangan yang dilakukan secara terpisah yang membedakan antara komponen deposit dengan komponen lainnya dalam laporan keuangan. Beberapa kontrak asuransi mengandung baik komponen asuransi maupun komponen deposit. Dalam beberapa kasus asuradur disyaratkan atau diijinkan untuk memisahkan komponen deposit tersebut bila : 33

Tabel 4.2 Tabel Pengungkapan dan Penyajian Pemisahan Komponen Deposit Kondisi yang mensyaratkan Ada Tidak Ada Asuradur dapat mengukur komponen deposit (termasuk opsi penyerahan melekat) secara terpisah (yaitu tanpa mempertimbangkan komponen asuransi). Kebijakan akuntansi asuradur tidak mensyaratkan untuk mengakui seluruh hak dan kewajiban yang timbul dari komponen deposit tersebut. 2h,8a 2e Sumber : PSAK 36 tahun 2012 IV. 3. Tes Kecukupan Liabilitas Tes kecukupan liabilitas adalah penilaian apakah jumlah tercatat atas suatu liabilitas asuransi jiwa perlu ditingkatkan (atau jumlah tercatat dari biaya akuisisi tangguhan atau aset tidak berwujud terkait menurun), berdasarkan kajian atas arus kas masa depan. Hal tersebut digunakan untuk memastikan apakah pengungkapan liabilitas dalam laporan keuangan telah secara cukup, harus dinaikkan, atau diturunkan dalam mencukupi pengungkapan yang telah disyaratkan. Jika asuradur menerapkan tes kecukupan liabilitas yang memenuhi syarat minimum yang telah ditentukan, maka pernyataan ini tidak mewajibkan persyaratan tambahan lagi. Persyaratan minimum tersebut adalah sebagai berikut : 34

Tabel 4.3 Tabel Pengungkapan dan Penyajian Tes Kecukupan Liabilitas Syarat Minimum Ada Tidak Ada Tes mempertimbangkan estimasi sekarang atas seluruh arus kas kontraktual, dan arus kas terkait misalnya biaya pengurusan klaim, serta arus kas yang dihasilkan dari opsi dan jaminan melekat. Jika tes menunjukan bahwa liabilitas tidak mencukupi, maka seluruh kekurangan tersebut diakui dalam laba rugi. 2u,15d 2u IV.4. Estimasti Liabilitas Klaim Estimasi liabilitas klaim adalah klaim yang belum diputuskan baik jumlahnya dan/atau haknya, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan (PSAK 2012:36.4). Estimasi liabilitas klaim harus diungkapkan dalam laporan keuangan yang nilainya diperhitungkan dan diperkirakan akan habis dalam satu tahun dengan harus memperhitungkan nilai sekarang. Tabel 4.4 Tabel Pengungkapan dan Penyajian Liabilitas Klaim Syarat Minimum Ada Tidak Ada Estimasi liabilitas klaim atas kontrak jangka pendek, dinyatakan sebesar jumlah estimasi berdasarkan perhitungan teknis asuransi (PSAK 2012:36.15). 2s,15b 35

IV.5. Gross Premium Reserve Implikasi konvergensi standar akuntansi keuangan di Indonesia ke Internasional Financial Reporting Stnasabahrds (IFRS), perusahaan asuransi mengalami beberapa perubahan perlakuan akuntansi. Salah satunya terkait dengan liabilitas manfaat polis masa depan dihitung berdasarkan perhitungan aktuaria dan harus mencerminkan nilai sekarang estimasi pembayaran seluruh manfaat yang diperjanjikan, estimasi seluruh biaya yang akan dikeluarkan dan penerimaan premi di masa yang akan datang. Prinsip tersebut diambil dari ED IFRS 4 tahap kedua paragraf 17. Berlakunya PSAK 36 (2011) di 1 Januari 2012 menyebabkan pula entitas asuransi jiwa harus mengubah metode liabilitas manfaat polis masa depan dari Net Level Premium Method (NLPM) ke Gross Premium Reserve (GPR). Net Level Premium Method mencerminkan nilai sekarang estimasi pembayaran manfaat masa depan yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dikurangi dengan nilai sekarang estimasi penerimaan premi neto masa depan. Sementara Gross Premium Reserve (GPR) semua estimasi nilai sekarang kas masuk dan keluar (premi, klaim atau manfaat dan biaya) diperhitungkan. Gross premium reserve (GPR) mencerminkan nilai sekarang estimasi pembayaran seluruh manfaat yang diperjanjikan, termasuk seluruh opsi yang disediakan, dan nilai sekarang estimasi seluruh biaya yang akan dikeluarkan serta mempertimbangkan penerimaan premi di masa yang akan datang. Premi bruto yang dikenakan kepada pemegang polis pada umumnya merupakan suatu jumlah yang diperkirakan secara objektif dan akumulatif, akan dapat mencukupi membayar semua klaim dan manfaat yang diperjanjikan secara kontraktual (baik manfaat yang jumlahnya sudah ditetapkan di awal maupun yang 36

akan diterapkan kemudian), biaya yang diperlukan dalam rangka penutupan dan penerbitan kontrak asurnasi. Biaya yang diperlukan untuk melakukan pemeliharaan kontrak maupun pemenuhan kewajiban kontrak dan berkontribusi dalam pemenuhan biaya umum (overhead), serta suatu tingkat keuntungan tertentu. Penerapan GPR ini menimbulkan masalah bagi sebagian perusahaan asuransi karena mengalami kendala yang disebabkan data yang tersedia tidak cukup memadai untuk digunakan dalam menghitung liabilitas manfaat polis masa depan yang disyaratkan oleh PSAK 36 (2011). Selain itu banyak perusahaan yang menghadapi kondisi bahwa liabilitas asuransi yang harus dicatat akan lebih besar dari pada yang dicadangkan saat ini, sehingga banyak perusahaan yang khawatir akan mengalami defisit. Dampak ini mungkin akan berbeda antara satu dengan perusahaan lainnya. Bagi perusahaan tertentu dampak perubahan dari NLPM ke GPR mungkin tidak terlalu besar, karena data yang tersedia di perusahaan dapat digunakan untuk menghitung GPR serta ditambah dengan kondisi permodalan yang lebih kuat apabila dibandingkan dengan perusahaan asuransi lainnya. Di sisi lain perusahaan asuransi ada yang merasa sangat keberatan, karena perusahaan tersebut memiliki data tetapi data yang tersedia tidak cukup memadai untuk digunakan dalam menghitung GPR dan ditambah dengan kondisi permodalan yang tidak kuat. Oleh karena itu bagi perusahaan yang sampai akhir tahun 2012 belum dapat menghitung liabilitas manfaat polis masa depan yang mencerminkan nilai sekarang estimasi arus kas masa depan diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam memasuki tahun 2013. 37

Berikut ini penulis menyajikan perbandingan laporan keuangan tahun 2011 dari perusahaan PT Panin Financial Tbk, sehingga dapat dilihat perbedaan setelah dan sesudah penerapan dari PSAK 36 dan 62 yang efektif 1 Januari 2012. Tabel 4.5 Tabel Perbandingan Laporan Laba rugi 2011 Laporan Laba rugi Komprehensif konsolidasian Setelah Sebelum Pendapatan bersih 2.518.935 Beban pokok pendapatan (2.391.683) Pendapatan lainlain bersih 875.068 Premi bruto 2.449.227 Premi reasuransi (49.577) Penurunan (kenaikan) premi yang belum merupakan pendapatan 1.232 Hasil investasi bersih 90.326 Laba penjualan efek bersih 14.204 Laba yang belum direalisasi dari penilaian investasi (efek) Bagian laba bersih dari perusahaan Asosiasi 18.405 842.684 Pendapatan lainlain bersih 27.502 Klaim dan manfaat bruto (1.503.996) Klaim reasuransi 25.701 Kenaikan (penurunan) liabilitas (779.268) 38

2011 Laporan Laba rugi Komprehensif konsolidasian manfaat polis masa depan dan dan estimasi liabilitas klaim Setelah Sebelum Akuisisi (128.980) Pemasaran (9.362) (4.222) Umum & admin (72.945) (72.945) Kenaikan provisi yang timbul dari tes kecukupan liabilitas Kenaikan liabilitas asuransi yang disesikan kepada asuradur (42.038) 4.506 Laba tahun berjalan 887.621 925.153 (4,23)% Laba bersih per saham 36,71 38,26 (4,22)% Sumber : Laporan Keuangan PT Panin Financial Tbk tahun 2011 Dari tabel diatas kita dapat melihat adanya perbedaan sebelum dan setelah penerapan PSAK 36 dan 62 yang berlaku efektif tanggal 1 januari 2012. Perbedaan tersebut terjadi pada penyajian laporan laba rugi, dari tabel setelah terdapat akunakun berbeda sebelum berlakunya PSAK yang efektif 2012. Bila kita lihat lagi penyajian dari laporan laba rugi tersebut lebih baik setelah, karena setelah pengungkapan laporan keuangan menjadi lebih rinci dalam mengungkapkan halhal apa saja yang terkait dengan akunakun pendapatan dan halhal apa saja yang terkait dengan beban perusahaan. Dari pengungkapan tersebut kita juga bisa menilai lebih rinci pendapatan mana yang paling menghasilkan dan beban mana yang paling besar yang nantinya 39

berpengaruh dengan laba rugi perusahaan. Dari data tersebut pihak perusahaan juga dapat melakukan perencanaan, penentuan strategi, serta penentuan kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan pendapatan perusahaan. Akunakun yang ada sebelum dan dijabarkan setelah di. Akun tersebut terdiri dari pendapatan bersih yang dijabarkan di catatan atas laporan keuangan dan diperoleh dari premi bruto, premi reasuransi, penurunan (kenaikan) premi yang belum merupakan pendapatan dan pendapatan investasi sedangkan setelah pendapatan tersebut langsung dijabarkan di laporan laba rugi dan dijelaskan lebih terperinci di catatan atas laporan keuangan. Untuk pengungkapan setelah terdapat penjabaran lagi sumbersumber premi, investasi yang menjadi pendapatan (PSAK 2012: 23.33) Akun lainnya yang ada sebelum dan tidak ada tetapi dijabarkan setelah di seperti beban pokok pendapatan, sebelum akun tersebut terdiri dari beban klaim dan manfaat, klaim reasuransi, kenaikan liabilitas manfaat polis masa depan dan estimasi klaim, biaya akuisisi, biaya kontes keagenan setelah direklasfikasi beban tersebut dijabarkan secara langsung dalam laporan laba rugi (PSAK 2012: 1.80). Hal tersebut memberikan dampak positif bagi para pengguna laporan keuangan, karena sumbersumber pendapatan dan biaya yang mendukung nilai pendapatan dan biaya bersih secara jelas dan lengkap diungkapkan sehingga pengguna laporan keuangan mengetahui faktor apa saja yang menjadi pembentuk nilai pendapatan dan biaya. Akunakun yang tidak ada sebelum di dan ada setelah di seperti akun kenaikan provisi yang timbul dari tes kecukupan liabilitas (PSAK 2012:62.15). Dengan penambahan akun ini memberikan dampak positif bagi 40

para pengguna, karena para pengguna laporan keuangan dapat mengetahui kecukupan liabilitas yang diungkapkan oleh pihak perusahaan. Akun kenaikan liabilitas asuransi yang disesikan kepada reasuradur, dan biaya akuisisi merupakam akun yang sebelum di diungkapkan di catatan atas laporan keungan dan setelah di diungkapkan secara terperinci di laporan keungan. Dengan demikian memberikan dampak positif bagi pengguna dalam memahami faktor pembentuk nilai beban secara rinci. Ada pula akun yang sama namanya namun berbeda nilainya, seperti akun pendapatan lainlain bersih sebelum yang terdiri dari laba (rugi) selisih kurs, pendapatan bunga, laba (rugi) penjualan investasi, bagian laba bersih perusahaan asosiasi. Sedangkan setelah terdapat pendapatan lainlain bersih yang tidak ada pengungkapan lebih lanjut, tetapi berdasarkan penerapan PSAK 36 2012 pendapatan lainlain hanya terdiri dari komisi reasuransi, dan komisi keuntungan reasuransi (PSAK 2012:36.7), untuk pendapatan bunga, laba (rugi) penjualan investasi, laba (rugi) selisih kurs dikelompokan menjadi hasil investasi bersih. Hal tersebut memberikan dampak positif bagi para pengguna laporan keuangan karena adanya pengungkapan pendapatan dari nonoperasional perusahaan yang dikelompokan secara rinci berdasarkan sumber pendapatannya. Ada pula akun yang memilki nama dan nilai yang sama seperti akun biaya umum dan administrasi, dan premi bruto walaupun dengan perhitungan yang berbeda tetapi tidak tidak mengalami perubahan nilai dikarenakan tidak terkena dampak dari perubahan yang terjadi.. Dari perbedaan akunakun sebelum dan sesudah yang akun tertentu tidak ada sebelum kemudian ada setelah di, akun 41

tertentu ada di sebelum kemudian tidak ada tetapi dijabarkan di, dan akun yang sama atau tetap tetapi memilki nilai yang berbeda karena adanya perbedaan perlakuan tertentu. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan dari laba tahun berjalan di tahun 2011 antara sebelum dan sesudah. Di tahun 2011 sebelum laba tahun berjalan memilki nilai 925.153 sedangkan di tahun 2011 setelah sebesar 887.621. Selisih laba tahun berjalan di tahun yang sama sebesar 37.532 yang diperoleh dari akun kenaikan provisi yang timbul dari tes kecukupan liabilitas (PSAK 2012:62.15), dan akun kenaikan liabilitas asuransi yang disesikan kepada asuradur. Perbedaan nilai laba bersih per saham dari 38,26 menjadi 36,71 yang memiliki selisih 1,55 dikarenakan adanya penurun laba tahun berjalan yang diperoleh. Dampak dari penurunan laba tahun berjalan dan laba bersih per saham bagi para pengguna laporan adalah mempengaruhi penilaian tingkat pengembalian perusahaan serta kinerja perusahaan dalam memperoleh laba yang penting terutama bagi para investor dan kreditor dalam menanamkan modal atau memberikan pinjaman ke perusahaan. Perbedaan akunakun laporan keuangan dari dampak penerapan PSAK 36 & 62 dalam laporan laba rugi tahun 2011 yang efektif 1 januari 2012 yang mempengaruhi laporan keuangan perusahaan. IV.6. Analisis Pengaruh Penerapan PSAK terhadap Laporan Posisi Keuangan Tabel 4.6 Tabel Perbandingan Laporan Posisi Keuangan 42

2011 Laporan posisi keuangan konsolidasian Setelah Sebelum Aset Kas dan Setara kas 1.592.539 72.634 Investasi Jangka pendek Pihak ketiga Pihak berelasi Piutang usaha Pihak ketiga Pihak berelasi Piutang lainlain Pihak ketiga Pihak berelasi Investasi Jangka Panjang Pihak ketiga Pihak berelasi Aset lainlain Pihak ketiga Pihak berelasi 7.830 3.781.783 7.861 22.220 118 21.012 675 142 6.583.757 6.473 1.216 Piutang hasil investasi 9.500 Piutang asuransi Piutang premi Piutang reasuransi Aset keuangan 8.182 14.156 43

2011 Laporan posisi keuangan konsolidasian Pinjaman dan piutang Deposito berjangka Pinjaman polis Piutang lainlain Setelah 223.182 16.357 12.187 Sebelum Aset reasuransi 12.143 Efek reksadana yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. 1.597.246 Efek yang tersedia untuk dijual 432.955 Biaya akuisisi yang ditangguhkanbersih Investasi pada perusahaan asosiasi 6.586.640 Biaya dibayar di muka 2.400 2.400 Aset tetap bersih 7.734 7.734 Aset pajak tangguhan 3.072 3.072 Total aset 10.526.123 10.511.097 0,14% Liabilitas Hutang usaha 37.004 Hutang pajak 1.341 1.341 Beban masih harus dibayar Pihak ketiga 29.952 44

2011 Laporan posisi keuangan konsolidasian Setelah Sebelum Pihak berelasi 603 Liabilitas kepada pemegang polis yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun. 1.745.187 Liabilitas jangka pendek lainnya 21.063 Liabilitas diestimasi atas imbalan pasca Kerja karyawan 10.708 Liabilitas kepada pemaegang polis setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun 1.468.461 Hutang asuransi Hutang reasuransi Hutang komisi Pihak berelasi Pihak ketiga Hutang klaim Hutang dagang lainlain Titipan premi Beban masih harus dibayar Hutang lainlain Liabilitas asuransi 17.854 603 20.297 19.150 6.507 9.655 8.465 3.193.201 Liabilitas manfaat polis masa depan 13.577 45

2011 Laporan posisi keuangan konsolidasian Estimasi liabilitas klaim Premi yang belum merupakan pendapatan Provisi yang timbul dari tes kecukupan Setelah 6.870 Sebelum liabilitas 42.056 Liabilitas diestimasi atas imbalan kerja karyawan 10.708 Total liabilitas 3.350.284 3.314.319 1,07% Akumulasi dana tabarru Ekuitas Modal ditempatkan dan disetor penuh 6.073 tahun 2009, 2010 dan 2011 3.504.513 3.504.513 Tambahan modal disetor bersih (611.462) 92.157 Modal saham yang diperoleh kembali (9.754) (9.754) Saldo laba telah ditentukan penggunaannya belum ditentukan penggunaannya 24.692 4.270.262 24.692 4.300.157 Selisih nilai transaksi (703.619) 46

2011 Laporan posisi keuangan konsolidasian Restrukturisasi perusahaan sepengendali Setelah Sebelum Komponen ekuitas lainnya (8.485) (11.368) Total Ekuitas 7.169.766 7.196.778 (0,38)% Total Liabilitas dan ekuitas 10.526.123 10.511.097 0.14% Sumber : Laporan Keuangan PT Panin Financial Tbk tahun 2011 Dari tabel laporan posisi keuangan tahun 2011 kita dapat melihat perbandingan dari dampak penerapan PSAK 36 & 62 yang effektif 1 januari 2012 sebelum dan sesudah. Dampak tersebut mencakup seluruh aset dan liabilitas yang berpengaruh pada total aset dan liabilitas. Perbedaan sebelum dan sesudah secara umum terlihat berbeda dalam pengungkapan dan penyajian aset maupun liabilitas seperti pembagian kelompok aset menjadi 2 kelompok utama sebelum menjadi aset lancar dan tidak lancar, liabilitas jangka pendek dan jangka panjang, sedangkan setelah tidak ada pembagian kelompok (PSAK 2012: 1.58 dan BAPEPAM No. KEP347/BL/2012). Dari pengelompokan tersebut dapat membantu perhitungan rasio likuiditas yang ada dalam laporan tahunan perusahaan. Hal tersebut memberikan dampak negatif bagi para pengguna laporan keuangan, karena akan memberikan kesulitan bagi para investor dalam melakukan analisa likuiditas dengan tidak adanya pengelompokan lancar dan tidak lancar jangka pendek dan jangka panjang dari aset maupun liabilitas pada laporan keuangan tetapi memilki rasio likuiditas pada laporan tahunan. 47

Selain pengelompokan ada pula perbedaan akunakun dalam laporan posisi keuangan yang ada sebelum dan tidak ada (digantikan) setelah di, akun yang tidak ada sebelum di dan ada setelah di, akun yang memilki nama sama tetapi memilki nilai yang berbeda, dan akun yang sama baik nama dan nilainya (tidak berubah). Akunakun yang ada sebelum dan tidak ada setelah seperti investasi jangka pendek, investasi jangka panjang, piutang lainlain, serta pengelompokan berdasarkan pihak ketiga dan pihak berelasi (PSAK 2012:1.58, 7.18 dan BAPEPAM No. KEP347/BL/2012). Hal in memberikan dampak negatif bagi para pengguna laporan keuangan karena akan menyulitkan dalam mengenali aset yang lancar dan yang tidak lancar, yang jangka pendek dan yang jangka panjang, serta jenis aset atau liabilitas yang memilki hubungan relasi atau pihak ketiga. Akunakun yang tidak ada sebelum dan ada setelah seperti piutang hasil investasi, aset keuangan, efek yang tesedia untuk dijual, efek dan reksa dana diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, aset reasuransi, investasi pada perusahaan asosiasi, dan pengelompokan piutang berdasarkan premi dan reasuransi (PSAK 2012:1.55). Hal tersebut memberikan dampak positif bagi pengguna laporan keuangan, karena dengan demikian kita dapat mengetahui dengan jelas jenisjenis aset tersebut dan nilainya berapa. Hal itu juga membantu penilaiaan terhadap aset yang dapat memenuhi kewajiban, memberikan kontribusi, serta mengetahui hasil pendanaan. Selain itu ada akun yang samasama muncul tetapi memilki nilai yang berbeda seperti kas, pajak dibayar di muka, aset lainlain, yang memilki nilai yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya dampak dari perubahan penyajian dan pengungkapan yang berdampak pada laba tahun berjalan yang juga secara tidak 48

langsung mempengaruhi nilainilai aset tersebut. Hal ini memberikan dampak bagi pengguna laporan keuangan yang bisa positif atau negatif, karena tergantung dengan jumlah perubahan yang terjadi. Dampak positif bila nilai tersebut dapat meningkatkan likuiditas, solvabilitas perusahaan, sedangkan bila nilai tersebut mengurangi nilai likuiditas, solvabilitas maka nilai kelangsungan perusahaan akan menurun. Tetapi ada juga akunakun yang memilki nama dan nilai yang sama seperti baban atau biaya dibayar dimuka, aset tetap bersih, aset pajak tangguhan. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengaruh dari penerapan PSAK yang baru serta tidak memberikan dampak apapun terhadap pengguna laporan keuangan. Seperti yang kita ketahui bahwa pada umumnya posisi keuangan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu aset dan liabilitas. Di bagian liabilitas termasuk kelompok ekuitas yang menunjukan sumber modal utama perusahaan. Di bagian liabilitas ada beberapa perbedaan yang sama seperti di bagian aset seperti penyajian, pengungkapan. Pada saat sebelum terdapat pengelompokan liabilitas menjadi 2 kelompok besar yaitu liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang. Sama seperti aset pada bagian liabilitas ada beberapa akun sebelum ada dan setelah tidak ada (digantikan), akun sebelum tidak ada dan setelah ada, dan ada akun yang sama tetapi berbeda nilainya dan akun yang sama baik nama dan nilainya. Akunakun yang ada sebelum dan tidak ada setelah hutang jangka pendek lainnya, liabilitas kepada pemegang polis yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun, liabilitas diestimasi atas imbalan pasca kerja karyawan, 49

liabilitas kepada pemegang polis setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun (PSAK 2012:1.55&58). Hal tersebut memberikan dampak negatif bagi para pengguna laporan keuangan, karena menyulitkan dalam memperhitungkan analisis likuiditas perusahaan, serta mengukur nilai kewajiban yang memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun yang dalam jangka pendek harus dilunaskan. Akunakun yang sebelumnya tidak ada sebelum dan ada setelah di seperti hutang asuransi (PSAK 2012:1.55), premi yang belum merupakan pendapatan (PSAK 2012:36.16), dan provisi yang timbul dari tes kecukupan liabilitas (PSAK 2012:62.15). Hal ini berdampak positif bagi para pengguna laporan keuangan, karena kita dapat memahami hutang berdasarkan jenis dan sumbernya dan dapat menilai hutang yang berdampak besar bagi posisi keuangan perusahaan. Untuk tes kecukupan liabilitas kita dapat mengetahui apakah pengungkapan liabilitas telah mencukupi. Akunakun yang sama tetapi memilki nilai yang berbeda seperti beban yang masih harus dibayar, merupakan dampak dari penerapan PSAK yang baru (PSAK 2012:36, 50, 60, 62) sehingga mempengaruhi nilai beban yang masih harus dibayar. Hal ini memberikan dampak yang mungkin positif atau negatif bagi pengguna laporan keuangan, karena tergantung pada jenis perubahannya. Jika terjadi kenaikan maka akan memberikan dampak negatif, karena muncul kenaikan kewajiban bagi perusahaan yang harus dipenuhi, sedangkan jika terjadi penurunan maka memberikan dampak positif, karena mengurangi jumlah kewajiban yang harus dipenuhi. 50

Akun yang sama dan tidak berubah nilainya seperti hutang pajak. Hal ini tidak berdampak dari penerapan PSAK yang baru dan tidak memberikan dampak apapun bagi pengguna laporan keuangan. Pada bagian ekuitas dalam posisi keuangan tidak terlalu banyak mengalami perubahan seperti akun yang ada sebelum dan tidak ada setelah di, akun yang sama namanya namun berbeda nilai, dan akun yang sama baik nama dan nilainya. Akun yang ada sebelum dan tidak ada setelah seperti selisih nilai transaksi restrukturisasi perusahaan sepengendali. Hal ini terjadi karena akun tersebut dikelompokan menjadi faktor pengurang tambahan modal disetorbersih (PSAK 2012:1.76). Perubahan tersebut memberikan dampak negatif bagi para pengguna laporan keuangan karena menyebabkan menimbulkan pertanyaan bagi pengguna mengapa terdapat nilai negatif pada modal saham yang diperoleh kembali, sehingga dapat menimbulkan asumsi adanya penarikan modal atau yang lainnya yang menimbulkan pertanyaan mengenai kondisi perusahaan. Akun akun yang namanya sama namun berbeda nilainya seperti tambahan modal disetor bersih, saldo laba (dampak penerapan PSAK) dan komponen ekuitas lainnya. Hal ini merupakan dampak penerapan PSAK baru (PSAK 2012:36, 50, 60, 62) yang mempengaruhi nilai saldo laba tahun berjalan sehingga memberikan dampak bisa positif atau negatif. Dampak positif jika terjadi kenaikan saldo laba tahun berjalan atau tahuntahun sebelumnya yang dapat meningkatkan nilai ekuitas perusahaan, dan dampak negatif jika terjadi penurunan saldo laba tahun berjalan atau tahuntahun sebelumnya yang dapat mengurangi nilai ekuitas atau permodalan. Akunakun yang sama nama dan nilainya seperti modal disetor penuh tahun 2009 2011, modal saham yang diperoleh kembali. Hal tersebut tidak memberikan 51

dampak apapun karena tidak adanya perubahan yang terjadi dari dampak penerapan PSAK yang baru. Dari adanya perbedaaan nama, nilai maka akan mempengaruhi jumlah nilai aset dan liabilitas serta ekuitas di tahun yang sama dikarenakan adanya dampak penerpan PSAK 36 & 62 tahun 2012. Pada tahun 2011 nilai aset sebelum sebesar 10.511.097 dan setelah di menjadi 10.526.123 sehingga timbul selisih sebesar 15.026 yang diperoleh dari akun aset reasuransi (PSAK 2012: Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.57), selisih akun aset lainlain, dan selisih akun investasi jangka panjang dengan investasi pada perusahaan asosiasi (PSAK 2012: 1.55), untuk liabilitas pada tahun 2011 totalnya sebesar 3.314.319 sebelum dan 3.350.284 setelah di dengan selisih 35.965 yang diperoleh dari akun provisi yang timbul dari tes kecukupan liabilitas (PSAK 2012:62.15)., akun selisih beban masih harus dibayar dengan hutang dagang lainlain (PSAK 2012: 1.55), selisih akun hutang klaim dengan liabilitas jangka pendek lainnya (PSAK 2012: 1.55), selisih hutang usaha dengan hutang asuransi (PSAK 2012: 1.52) dan untuk ekuitas sebelum sebesar 7.196.778 dan setelah 7.169.766 dengan selisih 27.012 yang diperoleh dari selisih akun komponen ekuitas lainnya dan selisih akun saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya. IV.7. Pengungkapan Manajemen resiko Resiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Ketidak pastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah 52

peluang (Opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah resiko (Risk). Pengelolaan resiko disebut juga manajemen resiko. Manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia seperti penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan pengurangan nilai resiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Dalam industri asuransi jiwa, resiko dibagi menjadi dua kelompok umum yaitu resiko asuransi, dan resiko keuangan. Resiko yang ada sebagian dapat dicegah atau dikelola dan sebagian lagi tidak dapat di kelola. Dalam usaha industri asuransi jiwa itu sendiri sebenarnya adalah pengelolaan resiko kematian seseorang yang di bagi resikonya ke jumlah orang yang sangat banyak, sehingga resiko kematian seseorang dapat dibagikan ke orang lain yang merupakan nasabah dari perusahaan tersebut. Resiko tersebut bisa disebut resiko bawaan atau resiko bisnis. Seiring berlalunya waktu muncul resikoresiko lain yang ikut serta mempengaruhi industri asuransi jiwa yang juga memiliki perkembangan baik dari segi produk, maupun perkembangan usaha. Resiko lain yang ikut serta mempengaruhi industri asuransi jiwa seperti tingkat suku bunga, tingkat nilai tukar mata uang asing, dan likuiditas. Hal tersebut diatur pengungkapannya dalam PSAK 60 tahun 2012. Resikoresiko tersebut dikarenakan beberapa faktor seperti perusahaan yang berkembang menjadi perusahaan global, produk yang memilki nilai investasi atau 53

faktor lainnya. Dengan demikian pengelolaan resiko sangat penting bagi perusahaan baik untuk kelangsungan perusahaan maupun meningkatkan keuntungan perusahaan. Pengungkapan Manajemen resiko pada perusahaan Panin Financial Tbk, telah terjadi perubahan pada tahun 2012 dari sebelumnya tahun 2011. Hal ini terjadi dikarenakan adanya penerapan PSAK 60 tahun 2012 yang mensyaratkan pengungkapan resiko yang memfokuskan pada resiko keuangan. Resiko kredit pada pengungkapan Manajemen resiko terdapat perbedaan yang sangat baik karena pengungkapan menjadi lebih terperinci. Pengungkapan pada tahun 2011 hanya mengungkapkan berdasarakan kelompok instrumen keuangan (eksposur maksimum perusahaan dan perusahaan anak atas kredit), sedangkan pada pengungkapan tahun 2012 terdapat tambahan pengungkapan yaitu tabel aset keuangan yang melewati jatuh tempo atau mengalami penurunan nilai (resiko yang diklasifikasikan berdasarkan kualitas kredit pada setiap klasifikasi aset keuangan) (PSAK 2012: 60.3941). Resiko likuiditas pada laporan keuangan tahun 2012 terdapat penambahan pengungkapan, pengungkapan tersebut mengenai tabel liabilitas keuangan yang diklasifikasikan berdasarkan sisa jatuh tempo (PSAK 2012: 60.42). Resiko pasar pada laporan keuangan tahun 2012 terdapat beberapa perubahan yang pada tahun 2012 ini resiko pasar meliputi resiko nilai tukar mata uang asing, analisis sensitivitas, resiko suku bunga, dan resiko harga. Di tahun 2011 resikoresiko tersebut memiliki kelompok masingmasing namun pada tahun 2012 menjadi bagian dari resiko pasar. Pada bagian resiko harga dan suku bunga di tahun 2012 terdapat tabel penguungkapan tingkat sensitivitas bunga, yang memberikan dampak ke laba rugi dan ekuitas (PSAK 2012:60.4344). 54

Dari adanya perbedaan pengungkapan dari tahun 2011 ke tahun 2012 yang pengungkapannya dilakukan lebih terperinci dan jelas, memberikan dampak positif bagi para pengguna pelaporan keuangan dalam melakukan evaluasi sifat dan luas resiko yang timbul dari instrumen keuangan. Serta penyajian laporan keuangan perusahaan yang lebih relevan dengan jenis operasi perusahaan, sehingga pengguna laporan keuangan memperoleh informasi dari laporan keuangan dan dapat memahaminya dengan baik. 55