BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Menurut Rusdin (2005:68-74),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ang (1997: 24), Price earning ratio merupakan perbandingan antara harga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh faktor ekonomi makro dan faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemegang saham maupun calon investor sangat berkepentingan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan,

BAB II URAIAN TEORITIS. Sunarto (2001) yang berjudul Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu aktivitas pengerahan dana jangka panjang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB II LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini dikarenakan dalam pasar modal, perusahaan emiten dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Saham

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23

BAB I PENDAHULUAN. laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990). Kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. industri ini akan memilki prospek yang baik. Dengan pertimbangan tersebut,

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kalah baik dari pelaku usaha pendahulunya. Hal ini mendorong para pelaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Economic Value Added (EVA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham 1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Menurut Rusdin (2005:68-74), Saham merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Saham merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang go public dalam rangka memenuhi kebutuhan modalnya secara murah melalui mekanisme yang disebut pasar modal untuk menambah modal disetor perusahan tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk membayar bunga. Sebagai imbalannya manajemen perusahaan akan berusaha sekuat tenaga menjaga agar harga saham yang diperdagangkan melalui pasar bursa tetap tinggi agar investor mendapatkan gain ataupun dividen. Saham juga memiliki risiko yaitu tidak dibayarkan dividen atau mengalami capital loss. Dividen dibayarkan apabila perusahaan mendapatkan laba bersih. Perusahaan yang tidak membayarkan dividen selama tiga tahun berturut- 7

turut akan mendapat sanksi dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), yaitu sahamnya akan di-delist atau dikeluarkan dari pencatatan bursa efek. Saham yang di-delist tidak dapat diperdagangkan dibursa tetapi dapat diperdagangkan diluar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas. Risiko lain dari saham yaitu apabila saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Hal ini membuat investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya dilakukan apabila saham mengalami lonjakan harga atau apabila terdapat isu bahwa perusahaan di pailitkan oleh kreditornya dan akan dicabut apabila perusahaan telah memberikan konfirmasi sehingga saham dapat diperdagangkan dilantai bursa. 1.2 Jenis-Jenis Saham Menurut Rusdin (2005:68-74), saham dapat dibagi berdasarkan atas cara peralihan yaitu saham atas unjuk (bearer stock) dan saham atas nama (registered stock). a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stock) Adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. b. Saham Atas Nama (Registered Stock) Adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu yaitu dengan dokumen peralihan dan 8

kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan khusus membuat daftar nama pemegang saham. Apabila terjadi kehilangan, pemegang saham tersebut dengan mudah mendapat penggantiannya. Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, maka saham dibedakan atas: c. Saham Preferen (Preferen Stock) Adalah saham yang berbentuk gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biaya. Jenis saham ini sering disebut dengan sekuritas campuran. Saham preferen memiliki preferensi tertentu diatas saham biasa dalam pembagian dividen dan pembagian kekayaan apabila perusahaan dibubarkan. Saham preferen ini hampir sama dengan obligasi karena biasanya memberikan dividen yang tetap setiap tahunnya. Saham ini tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili kepemilikan modal, memiliki klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki hak tebus, dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Dibandingkan dengan saham biasa, maka saham preferen memiliki keunggulan yaitu pendapatan yang tinggi, dapat diprediksi, memiliki keamanan, dan biaya per unit yang rendah. Disamping memiliki keuntungan, saham preferen juga memiliki kelemahan yaitu rentan terhadap inflasi dan suku bunga yang tinggi, serta sangat kurang berpotensi untuk peralihan modal. Saham preferen dapat dibedakan dalam 2 jenis. Cummulative Preferred Stock, dimana saham ini memberikan kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang sifatnya kumulatif dalam suatu 9

persentase atas jumlah tertentu. Apabila pada tahun tertentu dividen yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali maka diperhitungkan pada tahun berikutnya. Non Cummulative Preferred Stock, dimana saham ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif, seperti saham preferen. d. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis saham yang paling populer di pasar modal dan memiliki karakteristik sebagai berikut: 1). Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di likuidasi. 2). Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 3). Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam RUPS. 4). Hak tanggung jawab yang terbatas. 5). Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat. 1.3 Analisis dan Penilaian Saham Menurut Jogiyanto (2003:89) terdapat dua macam analisis saham yang banyak digunakan oleh para analis untuk menentukan nilai sebenarnya dari suatu 10

saham yakni analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) dan analisis teknis (technical analysis). Analisis fundamental menggunakan data fundamental yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain-lain). Sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi perusahaan) untuk menentukan nilai dari saham. Analisis fundamental banyak digunakan oleh akademisi sedangkan analisis teknis banyak digunakan oleh para praktisi. Investor bisa melakukan investasi pada berbagai jenis aset baik aset rill maupun aset finansial. Salah satu jenis aset finansial yang bisa dipilih investor adalah saham. Agar keputusannya tidak salah, maka investor perlu melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap saham-saham yang akan dipilihnya, untuk selanjutnya menentukan apakah saham tersebut memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang diharapkan. Penilaian saham dikenal ada tiga jenis nilai yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik saham (Tandelilin, 2001:183). Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai interinsik atau dikenal dengan nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi. Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam 11

membeli dan menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis fundamental yakni pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan rasio harga terhadap earning (price earning ratio/ PER). a. Pendekatan Nilai Sekarang Perhitungan nilai saham dilakukan dengan mendiskontokan semua aliran kas yang diharapkan di masa datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang disyaratkan investor. Dalam hal ini nilai intrinsik suatu saham nantinya akan sama dengan nilai diskonto semua aliran kas yang akan diterima investor di masa datang. Dengan demikian proses penilaian suatu saham meliputi: 1). Estimasi aliran kas saham di masa depan. 2). Estimasi tingkat return yang disyaratkan. 3). Mendiskontokan setiap aliran kas dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang disyaratkan. 4). Nilai sekarang setiap aliran kas tersebut dijumlahkan, sehingga diperoleh nilai intrinsik saham bersangkutan. 12

Dimana: Vo = nilai sekarang dari suatu saham CF = aliran kas yang diharapkan pada periode K = return yang disyaratkan pada periode n = jumlah periode aliran kas b. Pendekatan Price Earning Ratio/ PER Pendekatan PER merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai di kalangan analis saham dan para praktisi. Dalam pendekatan PER, investor akan menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Secara matematis PER dirumuskan sebagai berikut: Dimana: Price = harga per lembar saham Earning = laba per lembar saham 13

2. Analisis Rasio Keuangan 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang di masa yang akan datang. Menurut Harahap (2008:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Analisis rasio keuangan menurut Kuswandi (2004:187) adalah cara analisa dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca maupun laporan laba rugi. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. 2.2 Tujuan Analisis Rasio Keuangan Tujuan dari analisis rasio keuangan adalah untuk membantu manajer dalam memahami apa yang perlu dilakukan perusahan sehubungan dengan informasi yang berasal dari keuangan yang sifatnya terbatas. Dengan menggunakan rasio-rasio tertentu manajer akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan dibidang keuangan. Dari informasi 14

tersebut, manajer dapat membuat keputusan-keputusan penting dimasa yang akan datang. Bagi pihak eksternal, analisis rasio keuangan dapat diketahui adanya kelemahan-kelemahan dari tahun-tahun sebelumnya. Manfaat lain adalah dapat memberikan informasi apakah perusahaan dalam aspek keuangan tertentu berada diatas rata-rata, pada rata-rata atau dibawah rata-rata. Apabila diketahui bahwa perusahaan dibawah rata-rata maka pimpinan perusahaan akan mencari faktorfaktor yang menyebabkannya untuk kemudian diambil kebijakan keuangan sehingga dapat meningkatkan rasio keuangan. 2.3 Pengelompokan Rasio Keuangan Rasio keuangan dapat dibagi kedalam empat bentuk umum yang sering dipergunakan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas. a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek yang berupa hutang-hutang jangka pendek (short time debt). Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah: 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar, yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rumusnya sebagai berikut: 15

2. Rasio Cepat (Quick Test Ratio) Rasio cepat, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid. Rumusnya sebagai berikut: 3. Rasio Modal Kerja Bersih (Net Working Capital Ratio) Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban lancar. Rumusnya sebagai berikut: 4. Rasio Lambat (Cash Ratio) Rasio lambat merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di bank. Rumusnya sebagai berikut: 16

b. Rasio Solvabilitas Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (bank). Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah: 1. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Rasio ini merupakan perbandingan antara kewajiban-kewajiban dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rumusnya sebagai berikut: 2. Rasio Hutang terhadap Total Aktiva (Debt to Assets Ratio) Rasio ini merupakan perbandingan antara kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rumusnya sebagai berikut: 17

3. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Long Term Debt to Equity Ratio) Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban jangka panjang dengan jumlah modal sendiri. Rumusnya sebagai berikut: c. Rasio Profitabilitas Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah: 1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Merupakan perbandingan antara penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rumusnya sebagai berikut: 18

2. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. Rumusnya sebagai berikut: 3. Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets) Tingkat pengembalian aset atau ROA menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap aset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rumusnya sebagai berikut: 4. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun preferen. Rumusnya sebagai berikut: 19

3. Price Earning Ratio (PER) 3.1 Pengertian Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio atau PER dikenal sebagai salah satu indikator terpenting di pasar modal. Rasio ini sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham. Price earning ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmaji, 2001:139). Sedangkan menurut Tandelilin (2001:191) price earning ratio merupakan menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian price earning ratio adalah rasio yang membandingkan antara harga saham per lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham. 3.2 Kegunaan dan Manfaat Price Earning Ratio Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya. Price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai price 20

earning ratio yang rendah pula. Semakin rendah price earning ratio suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. Price earning ratio menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi semakin kecil nilai price earning ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut. Rumus untuk menghitung PER adalah: 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio 4.1 Leverage (Rasio Hutang) Menurut Warsono (2003:204), Leverage adalah setiap penggunaan aset dan dana yang membawa konsekuensinya biaya dan beban tetap. Beban tetap ini dapat berupa bunga pinjaman jika perusahaan menggunakan sumber pembiayaan dari luar (modal asing), sedang apabila perusahaan menggunakan mesin-mesin, akan menanggung beban tetap berupa biaya penyusutan mesin-mesin (depresiasi). Menurut Warsono (2003:204), Tujuan perusahaan menggunakan leverage adalah untuk meningkatkan hasil pengembalian (return) bagi para pemegang saham biasa. Disisi lain, dengan adanya harapan terhadap peningkatan pengembalian sebagai dampak atas penggunaan asset maupun dana yang 21

membawa konsekuensi biaya dan beban tetap, maka kenaikan leverage ini akan meningkatkan risiko arus pendapatan bagi pemegang saham biasa. Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham. a. Operating Leverage Perusahaan dalam beroperasi memiliki beban tetap. Hingga sejauh mana beban tetap yang digunakan di dalam operasi perusahaan mampu memberikan hasil yang lebih besar dari beban tetapnya. Untuk mengukur sejauh mana penggunaan leverage operasi itu menguntungkan dapat digunakan analisis pulang pokok (break even analysis). b. Financial Leverage Leverage keuangan (financial leverage) merupakan penggunaan utang untuk peningkatan laba. Penggunaan financial leverage yang makin tinggi mengakibatkan biaya modal tetapnya tinggi dan perusahaan harus berusaha agar memperoleh tambahan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang lebih tinggi daripada biaya tetapnya. Hal ini dapat meningkatkan risiko financial. 22

4.2 Earning Growth (Pertumbuhan Laba) Earning growth atau pertumbuhan laba adalah rasio profitabilitas yang digunakan oleh investor dalam melakukan analisis fundamental untuk pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi price earning ratio (PER) suatu perusahaan. Rumusnya sebagai berikut: 4.3 Return On Assets (ROA) Return on assets atau ROA adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas. ROA berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh perusahaan untuk beroperasi sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan tersebut memiliki tingkat pengembalian yang semakin tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa, ROA adalah suatu alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba berdasarkan penggunaan aktiva perusahaan. Rumusnya sebagai berikut: 23

4.4 Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Rumus dari Earning Per Share (EPS) adalah sebagai berikut: 4.5 Liquidity (Rasio Likuiditas) Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas merupakan kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan memperoleh kas. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari diskon atau kesempatan mendapatkan keuntungan yang juga berarti pembatasan kesempatan dan tindakan manajemen. Rasio-rasio likuiditas meliputi rasio lancar (current ratio) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar dan rasio cepat (quick test ratio) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar. Menurut Wild et. al (2005:38) rasio likuiditas yang terpenting adalah rasio lancar yaitu ketersediaan aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban lancar. Rumus dari rasio lancar adalah sebagai berikut: 24

4.6 Economic Value Added (EVA) Istilah Economic Value Added (EVA) pertama kali dipopulerkan tahun 1989 oleh Stern Steward Management Service, yaitu sebuah perusahaan konsultan manajemen keuangan di Amerika Serikat. Model EVA merupakan salah satu pengukur kinerja yang mengukur nilai tambah (added value) yang dihasilkan perusahaan kepada investor. Pengertian EVA menurut Young (2001:17) adalah pengukuran kinerja yang didasarkan pada keuntungan ekonomis yang menyatakan, bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal. Pengertian EVA juga dikemukakan oleh Hansen dan Mowen (2001:829) yang menyatakan bahwa Nilai tambah ekonomis (Economic Value Added) merupakan laba operasi setelah pajak dikurang total biaya modal tahunan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa EVA adalah alat ukur kinerja perusahaan berdasarkan kontribusi nilai tambah dari keuntungan yang didapat dengan cara melihat laba yang diperoleh setelah dikurangi dengan biaya seluruh modal dalam penciptaan laba tersebut. Rumus dari EVA adalah sebagai berikut : Dimana : NOPAT = 25

Capital Charges = WACC = [(D x rd) (1-tax) + (E x re)] Tingkat Modal (D) = Cost of Debt (rd) = Ekuitas (E) = Cost of Equity (re) = Invested Capital = (Total Hutang + Ekuitas) Hutang Jangka Pendek B. Tinjauan Peneliti Terdahulu Sardjananto (2002) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi PER saham Perusahaan Industri Barang-barang Konsumsi pada Bursa Efek Jakarta dengan tahun laporan keuangan periode 1999-2000. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian adalah dividend payout ratio, return on equity, dan net assets per share. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan dari ketiga variabel independen, variabel ROE dan variabel NAPS tidak berpengaruh signifikan terhadap PER, sedangkan variabel DPR berpengaruh secara signifikan terhadap PER. Sedangkan pengujian secara simultan variabel DPR, ROE, dan NAPS secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap PER. Marthinova (2007) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio (PER) Perusahaan Manufaktur tbk yang terdaftar di Bursa Efek 26

Jakarta dengan tahun laporan keuangan periode 2002-2005. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah leverage, dividend payout, size, earning growth, country risk dan liquidity. Hasil analisis menemukan bahwa secara parsial faktor leverage, country risk, dan liquidity mempengaruhi PER secara signifikan negatif. Dividend payout, size, dan earning growth secara signifikan positif berpengaruh terhadap PER. Sedangkan secara simultan (bersama-sama), faktor leverage, dividend payout, size, earning growth, risk, dan liquidity secara bersama berpengaruh signifikan positif terhadap PER. Estiana (2010) melakukan penelitian atas faktor-faktor yang mempengaruhi PER pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan tahun laporan keuangan periode 2004-2007. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian adalah pertumbuhan earning per share, earning growth, dan return on equity (ROE). Dari hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa secara parsial variabel pertumbuhan earning per share mempengaruhi PER secara signifikan negatif, sedangkan variabel earning growth dan return on equity (ROE) mempengaruhi PER secara signifikan positif. Dari hasil analisis secara simultan (bersama-sama) didapatkan kesimpulan bahwa variabel pertumbuhan earning per share, earning growth, dan return on equity secara bersama berpengaruh signifikan positif terhadap PER. Meyrna Puspita Ratih (2010) juga melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi PER pada Perusahaan Manufaktur dengan tahun laporan keuangan periode 2003-2007. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian adalah price book value, leverage, earning growth, return on equity, dividend payout 27

ratio, dan size. Dari hasil analisis secara parsial bahwa variabel PBV, leverage, ROE, dan Size tidak berpengaruh signifikan terhadap PER. Sedangkan variabel earning growth, dan dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap PER. Dari hasil analisis secara simultan diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel independen penelitian yaitu PBV, leverage, earning growth, ROE, DPR, dan size berpengaruh signifikan terhadap PER. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Peneliti (Tahun Penelitian) Variabel Penelitian 1. Sardjananto (2002) Variabel Independen: Dividend payout ratio, return on equity, net assets per share. Variabel Dependen: Price earning ratio. 2. Marthinova (2007) Variabel Independen: Leverage, dividend payout, size, earning growth, country risk, dan liquidity. Variabel Dependen: Price earning ratio. 3. Estiana (2010) Variabel Independen: Pertumbuhan earning per share, earning growth, dan return on Hasil Penelitian Secara parsial ROE dan NAPS tidak berpengaruh signifikan terhadap PER, dan dividend payout ratio berpengaruh secara signifikan terhadap PER. Sedangkan secara simultan semua variabel independen berpengaruh terhadap PER. Secara parsial leverage, country risk dan liquidity mempengaruhi PER secara signifikan negatif, dan dividend payout, size, earning growth mempengaruhi PER secara signifikan positif. Sedangkan secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan positif terhadap PER. Secara parsial variabel pertumbuhan earning per share mempengaruhi PER secara signifikan 28

equity (ROE). Variabel Dependen: Price earning ratio. 4. Meyrna (2010) Variabel Independen: Price book value, leverage, earning growth, return on equity, dividend payout ratio, dan size. Variabel Dependen: Price earning ratio. negatif dan earning growth, return on equity mempengaruhi PER secara signifikan positif. Sedangkan secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap PER. Secara parsial variabel PBV, leverage, ROE, dan size tidak berpengaruh signifikan terhadap PER, dan earning growth, dividend payout ratio berpengaruh secara signifikan terhadap PER. C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian Setiap pihak yang memiliki hubungan dengan perusahaan sangat berkepentingan dengan kinerja perusahaan. Perusahaan yang dinilai memiliki kinerja yang baik akan menarik investor untuk berinvestasi saham. Pentingnya pengukuran kinerja perusahaan dapat dijelaskan dengan dua teori yaitu teori keagenan (agency theory) dan teori pensignalan (signalling theory). Pada teori keagenan dijelaskan bahwa pada sebuah perusahaan terdapat dua pihak yang saling berinteraksi. Pihak-pihak tersebut adalah pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajemen perusahaan. Teori signal membahas bagaimana seharusnya signal-signal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (principal). Teori signal menjelaskan bahwa pemberian signal dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi informasi asimetris. 29

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka, dan hasil penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut: H7 Variabel Independen: Variabel Dependen: Leverage (X1) H1 Earning Growth (X2) H2 Return on Assets (X3) Earning Per Share (X4) Liquidity (X5) H3 H4 H5 PER (Y) Economic Value Added (X6) H6 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Menurut Sugiyono (2004:15) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Sedangkan menurut Erlina (2007:41) hipotesis adalah hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris. 30

1. Leverage terhadap PER Menurut warsono (2003:217) dalam financial leverage, penggunaan sumber dana tetap memiliki beban tetap seperti hutang jangka panjang dan modal saham dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Financial leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan potensial biaya-biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba perlembar saham. Semakin besar dana yang berasal dari luar yang disertai dengan beban keuangan tetap seperti obligasi, hipotek dan dividen saham preferen maka akan semakin besar pula beban keuangan yang akan digunakan untuk menentukan seberapa besar pengaruh perubahan EBIT terhadap perubahan laba per lembar saham (EPS). Dana keuangan tetap yang semakin besar dan EBIT perusahaan yang meningkat dapat memperkecil laba bersih perusahaan sehingga hal itu dapat mengurangi nilai perusahaan. Jika hal itu terjadi harga saham perusahaan akan menurun dan itu akan menurunkan PER. Berdasarkan penjelasan, maka hipotesis yang diajukan: H1 = Terdapat pengaruh leverage terhadap PER. 2. Earning Growth terhadap PER Pertumbuhan laba perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan yaitu manajemen maupun pihak eksternal perusahaan seperti investor dan kreditor. Pertumbuhan ini 31

diharapkan dapat memberikan aspek yang positif bagi perusahaan. Prospek perusahaan yang bertumbuh bagi investor merupakan suatu prospek yang menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan oleh perusahaan diharapkan akan memberikan return yang tinggi kepada investor. Namun perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan laba yang tinggi cenderung membutuhkan pendanaan yang cukup besar untuk mendanai investasi-investasi yang dilakukan perusahaan tersebut. Menurut hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Marthinova (2007), Estiana (2010) dan Meyrna (2010) menyatakan bahwa earning growth berpengaruh signifikan terhadap PER. Berdasarkan penjelasan dan hasil dari penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan: H2 = Terdapat pengaruh earning growth terhadap PER. 3. Return On Assets terhadap PER Dalam menentukan nilai suatu perusahaan para investor masih menggunakan indikator rasio keuangan untuk melihat tingkat pengembalian yang dapat diberikan oleh perusahaan kepada investor. Para investor menggunakan profitability ratio untuk dapat mengukur pengembalian yang ada. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan untuk beroperasi mampu memberikan laba kepada perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan, perusahaan mengalami kerugian. Sehingga jika 32

suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi yang positif maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri. Hasil regresi secara parsial yang dilakukan oleh Nurul (2010) menyatakan bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap PER. Ini menunjukkan semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula keputusan saham. Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan: H3 = Terdapat pengaruh return on assets terhadap PER. 4. Earning per Share terhadap PER Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau EPS. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaaan. EPS akan sangat membantu investor karena informasi EPS bisa menggambarkan prospek earning suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Karena EPS menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan, maka semakin besar EPS akan menarik investor untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan, maka hipotesis yang diajukan: H4 = Terdapat pengaruh earning per share terhadap PER. 33

5. Liquidity terhadap PER Rasio likuiditas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang mampu membayar kewajiban jangka pendeknya tepat waktu berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran berupa aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio lancar (current ratio). Likuiditas jangka pendek ini penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan bangkrut. Berdasarkan penjelasan, maka hipotesis yang diajukan: H5 = Terdapat pengaruh liquidity terhadap PER. 6. Economic Value Added terhadap PER EVA sebagai salah satu metode pengukuran kinerja keuangan perusahaan membantu mendorong jenis perilaku yang benar dari para manajer bahwa pendapatan operasional jangka pendek tidaklah cukup, namun lebih kepada bagaimana menjaga kepentingan share holders salah satunya melalui tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. EVA sebagai metode pengukur kinerja perusahaan diakui dapat memberi nilai tambah bagi para pemegang sahamnya. Penilaian kinerja sebuah perusahaan tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, dengan kata lain baik faktor internal maupun eksternal perusahaan akan menjadi indikator baik-buruknya kinerja suatu perusahaan. Adanya keyakinan bahwa pendekatan EVA ini sangat baik 34

untuk mengukur kinerja perusahaan menjadi salah satu indikator yang mempengaruhi PER. Berdasarkan penjelasan, maka hipotesis yang diajukan: H6 = Terdapat pengaruh economic value added terhadap PER. 7. Leverage, Earning Growth, Return On Assets, Earning Per Share, Liquidity, dan Economic Value Added terhadap PER Berdasarkan penjelasan dan hasil dari penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan: H7 = Terdapat pengaruh leverage, earning growth, return on assets, earning per share, liquidity dan economic value added secara simultan terhadap PER. 35