BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di dunia termasuk pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperbaiki kesehatan Ibutelah menjadi prioritas utama dari pemerintah. AKI juga

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

BAB I PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, diperkirakan ibu meninggal karena komplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Bersatu II, yaitu Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

INTERVIEW GUIDE. 1. Apa saja Program Dinkes Untuk Menurunkan AKI dan AKB? 2. Kapan terbentuknya program Rindu KIA, ANC, Kelas Ibu Hamil dan

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB I PENDAHULUAN. maternal (maternal mortality). Menurut definisi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada Hari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA BIDAN DESA TENTANG PELAYANAN ANTENATAL DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

Menurut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2014 menyebutkan bahwa Angka kematian ibu (AKI) sebesar per kelahiran hidup, dibanding tahun 2013 sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, Afrika Utara jiwa dan Asia Tenggara jiwa. AKI di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. care yang kemudian diubah sedikit oleh WHO Expert Commitee on. apapun dan kemudian dapat merawat bayinya dengan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupannya. Angka statistik yang tinggi ini meminta perhatian untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. menangani kasus risiko tinggi secara memadai. (2) pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya, kesejahteraan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan puerperium (Patricia W. Ladewig, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Dwi Anggun Nugraeni, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat sangat diperlukan. seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikandungnya. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian...

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di dunia termasuk pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dunia. Dengan berakhirnya MDGs ditahun 2015 pembangunan terus berlanjut dengan indikator pencapaian dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, untuk pembangunan bidang kesehatan terdapat pada tujuan 3 dari 17 tujuan yang ada di SDGs 2030, untuk kesehatan ibu indikator keberhasilan berporos pada Angka Kematian Ibu (AKI), pada tahun 2030 key point lebih ketat berada pada angka kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015). Abortus adalah salah satu penyumbang AKI tersebut karena efek komplikasinya serta pelaksanaan abortus yang tidak aman (unsafe abortion). Abortus yaitu pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Nurahmawati. 2011). Abortus saat ini telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, terdapat 40-50% kasus abortus dari seluruh wanita hamil, 60-70% dari kasus abortus tersebut diketahui terjadi pada usia kurang dari 12 minggu, dan hanya 1% kejadian abortus terjadi setelah usia 12 minggu. Di kawasan Asia, Asia Tenggaralah yang memiliki kasus abortus tertinggi dengan jumlah kasus 39/1000 Wanita Usia Subur (WHO, 2008). Penelitian sebelumnya oleh Jones.R (2014) di New York tentang peningkatan kasus abortus menjelaskan bahwa peningkatan jumlah abortus disebabkan karena adanya budaya seks bebas serta aspek legalitas yang mendukung pelaksanaan aborsi di Negara tersebut (VOA Indonesia, 2014). Indonesia sebagai negara berkembang memiliki 5% kejadian abortus (Profil Kesehatan Indonesia, 2014), dengan beragam penyebab abortus seperti faktor janin, faktor

maternal, faktor eksternal. Tiyagita (2011) dalam penelitiannya di Semarang tentang hubungan faktor maternal dengan kejadian abortus menemukan bahwa paritas menjadi faktor risiko paling dominan untuk terjadinya abortus, sedangkan Kusniati (2007) di Banyumas dalam penelitiannya tentang faktor ibu dengan kejadian abortus spontan menjelaskan bahwa usia ibu adalah faktor yang paling dominan penyebab munculnya abortus. Di Indonesia selain faktor maternal yang belum dapat dikendalikan sebagai penyebab abortus, faktor lainnya seperti frekwensi pelaksanaan Ante Natal Care (ANC) yang tidak teratur sebagaimana yang ditemukan oleh Latifah (2012) dalam penelitiannya tentang hubungan frekwensi pelaksanaan ANC dengan kejadian kematian janin menjelaskan bahwa ibu yang tidak teratur melakukan ANC memiliki risiko 2,6 kali peluang untuk kehilangan janinnya. Kasus abortus di Sumatera Barat tercatat 5,8% (Riskesdas, 2013), penelitian sebelumnya oleh FX Sri Sadewo (2015) tentang kejadian keguguran dan kehamilan yang tidak diinginkan di Indonesia menjelaskan bahwa kehamilan tidak diinginkan menjadi penyebab utama abortus di Sumatera Barat, karena status ibu yang tidak bekerja yang hanya menggantungkan penghasilan dari pendapatan suami. Di Kabupaten Agam kasus abortus mengalami peningkatan tiap tahunnya dimana tahun 2012 kasus abortus hanya 3.15% kasus, tahun 2013 meningkat 3,27%, tahun 2014 meningkat lagi menjadi 3,59% kasus, dan di tahun 2015 kasus abortus mencapai 3,92%, dan Kecamatan IV Koto sampai September 2015 tercatat sebagai Kecamatan dengan kasus abortus tertinggi di Kabupaten Agam dengan 7,14% atau 26 kasus dari 364 ibu hamil (Dinas Kesehatan Kabupaten Agam, 2015). Abortus merupakan cerminan dari rendahnya derajat kualitas kesehatan ibu hamil di Kecamatan IV Koto, juga merupakan output dari perjalanan sistem manajemen pelayanan kesehatan yang kurang optimal. Blum (1974) mengatakan bahwa kesehatan individu,

kelompok, masyarakat dipengaruhi oleh genetik, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan (Maulana, 2009). Hasil observasi pendahuluan tanggal 2 November 2015, analisis dilakukan menggunakan teori Blum ditemukan bahwa faktor lingkungan, berupa lingkungan fisik seperti ada budaya turun menurun ibu rumah tangga atau ibu hamil turut membantu suami mencari nafkah. Fasilitas kesehatan sudah ada di setiap Nagari di seluruh Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan IV Koto, dan jarak terjauh rumah penduduk mencapai 2 sampai 3 kilometer dari Puskesmas Pembantu (Pustu) atau Pos Kesehatan Nagari (Poskesri) yang ada di Nagari terdekat, dengan kondisi geografis dilereng gunung Singgalang yang sulit ditempuh warga dimusim hujan. Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat berikutnya adalah perilaku, L.Green (1980) dalam Notoadmodjo (2007) menjelaskan ada 3 faktor utama yang dapat mempengaruhi perilaku manusia yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi), faktor pemungkin (ketersediaan sarana dan prasarana, kebijakan), dan faktor penguat (Sikap dan perilaku petugas). Hasil wawancara dengan beberapa orang suami dari ibu hamil diperoleh informasi tentang perilaku tidak siaga dari suami, perilaku tidak mendukung dari suami menjadi faktor pencetus kurangnya dorongan bagi ibu dalam menjaga kehamilannya, hal ini bisa terjadi karena kurang terpaparnya suami dengan informasi kehamilan istrinya yang menyebabkan rendahnya pengetahuan suami tentang perawatan ibu hamil, sehingga terjadi abortus. Berdasarkan hasil penelitian terkait kejadian abortus di Jawa Tengah menjelaskan ada hubungan antara peran suami terhadap perilaku ibu hamil untuk datang ke pelayanan kesehatan melakukan ANC (Hafidz, 2007). Penelitian di Uganda juga menjelaskan bahwa terdapat 40,5% ibu hamil berkeinginan datang bersama suami ke tempat pelayanan kesehatan, sebagai bentuk keinginan suami

memiliki kehamilan istrinya (Ivan.K, Kaye.K, Florence.N, 2013). Di Ethiopia keterlambatan suami istri dalam mengambil keputusan yang cepat dan tepat untuk melakukan ANC mempengaruhi suami dalam menjaga kehamilan istrinya (Chemir, 2014). Analisis dari wawancara kepada beberapa ibu hamil, bahwa ibu hamil sudah memiliki kesadaran dan keyakinan untuk menggunakan pelayanan ANC untuk kesehatan kehamilannya. Namun beban pikiran ibu tentang faktor ekonomi terus membebani, memicu ibu menghadapi tekanan psikologis secara terus menerus. Tingkat pendidikan yang rendah juga menyulitkan ibu untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lebih baik, dan merawat kehamilannya dengan baik pula walaupun bidan telah memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu. Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil juga menjadi faktor penentu derajat kesehatan masyarakat, peneliti melihat ketersediaan tenaga kesehatan bila dibandingkan dengan rasio penduduk masih kurang terutama untuk tenaga bidan dan perawat, bila menggunakan rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk (Kemenkes.RI, 2013). Selain jumlah tenaga kesehatan, peran petugas juga dituntut selama kehamilan ibu, di Kecamatan IV Koto terlihat bidan telah berperan dalam pelaksanaan ANC, pemberian pendidikan kesehatan, melakukan rujukan bagi ibu yang terdeteksi memiliki faktor risiko, sedangkan untuk kunjungan rumah, pemasangan stiker Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dan kerjasama dengan kader bila ditemukan ibu hamil masih belum seluruhnya. Input berikutnya adalah sumber dana untuk pelayanan kesehatan ibu hamil berasal dari Pemerintah pusat dan daerah dan dana tersebut digunakan sesuai rencana kegiatan diawal tahun. Peneliti melihat untuk metode petunjuk teknis dimasing-masing pelayanan sudah ada seperti alur dan Standar Operasional Prosedur (SOP) terstandar yang dikenal dengan 10T (timbang berat badan, tinggi badan, tekanan darah, status gizi, tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, tetanus toxoid, tata laksana kasus, konseling, dan P4K). Berikutnya adalah

material seperti bahan habis pakai ada tersedia dan cukup, termasuk untuk pengukuran laboratorium sederhana, dan mesin pada pelayanan kesehatan sudah tersedia dan mencukupi untuk pelayanan ANC seperti timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, spignomanometer, stetoskop, dopler, midline, Hb sahli, Glukocek, dan alat pengukur protein urine, serta kebebasan profesi dalam melakukan pelayanan kesehatan sesuai batasan dengan teknologi mutahir. Semua sarana dan prasarana di atas sebagai input telah mencukupi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil di Kecamatan IV Koto. Pada proses standar pelayanan sudah ada, tetapi pada pelaksanaan pelayanan kepada ibu hamil ada bidan yang tampak tidak melaksanakan 10T, namun hanya mengukur tinggi badan diawal pemeriksaan, pengukuran berat badan setiap kali datang ANC, pengukuran tekanan darah setiap kali datang pelayanan ANC, pengukuran tinggi fundus uteri, dan pemeriksaan persentasi janin dan denyut jantung janin, dan ada beberapa pelayanan yang tidak dikerjakan oleh bidan. Menurut keterangan salah satu bidan metode 10T tidak selalu semuanya dilakukan tergantung kondisi pasien terutama bila ibu hamil normal saja, dan dilakukan pencatatan pada buku kohort ibu. Penelitian terdahulu oleh Sistriani (2010) tentang hubungan antara faktor maternal dan kualitas ANC dengan kejadian abortus di Banyumas menjelaskan bahwa pelayanan ANC yang kurang berkualitas berisiko terhadap kejadian abortus. Hasil wawancara dengan beberapa ibu hamil yang mengalami abortus menemukan bahwa kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilannya sudah ada, ini terlihat dengan jumlah Kunjungan Pertama Kehamilan (K-1) sudah 97,2% dari 100% target di tahun 2015, namun untuk perawatan kehamilan di rumah memang terlihat masih rendah, terutama pada peran dan dukungan suami yang terlihat masih kurang dalam merawat kehamilan istri, dengan alasan suami merawat kehamilan adalah tugas istri, dan istri harus bisa merawat kehamilannya tersebut, dan keguguran yang dialami istri dianggap suami adalah takdir dan

belum rezkinya untuk memiliki anak saat ini. Berdasarkan latar belakang di atas, hal ini menjadi menarik untuk diteliti apakah faktor risiko paling dominan yang dapat menyebabkan kejadian abortus dan apakah faktor lebih dalam yang menjadi penyebab kejadian abortus menurut pihak terkait di Wilayah Kerja. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah faktor risiko paling dominan yang dapat menyebabkan kejadian abortus dan apakah faktor lebih dalam yang menjadi penyebab kejadian abortus menurut pihak terkait di Wilayah Kerja. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya faktor risiko paling dominan dan faktor lain penyebab kejadian abortus di Wilayah Kerja 1.3.2 Tujuan Khusus Kuantitatif a. Diketahui distribusi frekuensi usia ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan IV Koto tahun 2015 b. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu hamil di Wilayah Kerja c. Diketahui distribusi frekuensi pekerjaan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan IV Koto tahun 2015 d. Diketahui distribusi frekuensi status ekonomi keluarga ibu hamil di Wilayah Kerja

e. Diketahui distribusi frekuensi kondisi psikologis ibu hamil di Wilayah Kerja f. Diketahui distribusi frekuensi jumlah paritas ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan IV Koto tahun 2015 g. Diketahui distribusi frekuensi peran suami dari ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan IV Koto tahun 2015 h. Diketahui distribusi frekuensi kualitas pelayanan ANC yang diterima ibu hamil di Wilayah Kerja i. Diketahui distribusi frekuensi kejadian abortus ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan IV Koto tahun 2015 j. Diketahui hubungan usia ibu hamil terhadap kejadian abortus di Wilayah Kerja k. Diketahui hubungan tingkat pendidikan ibu hamil terhadap kejadian abortus di Wilayah Kerja l. Diketahui hubungan pekerjaan ibu hamil terhadap kejadian abortus di Wilayah Kerja m. Diketahui hubungan status ekonomi keluarga ibu hamil terhadap kejadian abortus di Wilayah Kerja n. Diketahui hubungan kondisi psikologis ibu hamil terhadap kejadian abortus di Wilayah Kerja o. Diketahui hubungan jumlah paritas ibu hamil terhadap kejadian abortus di Wilayah Kerja p. Diketahui hubungan peran suami dari ibu hamil terhadap kejadian abortus di Wilayah Kerja

q. Diketahui hubungan kualitas pelayanan ANC yang diterima ibu hamil terhadap kejadian abortus di Wilayah Kerja r. Diketahui faktor paling dominan penyebab kejadian abortus di Wilayah Kerja 1.3.3 Tujuan Khusus Kualitatif Diketahui lebih dalam penyebab abortus menurut pihak terkait di Wilayah Kerja 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Pemerintah Daerah Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam Sebagai masukan untuk Pemerintah Daerah dalam mengambil kebijakan mengenai kualitas pelayanan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya ibu hamil. 1.4.2 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan dalam pengelolaan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya ibu hamil. 1.4.3 Bagi Puskesmas Kecamatan IV Koto Sebagai masukan bagi Puskesmas Kecamatan IV Koto dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya ibu hamil. 1.4.4 Instansi Pendidikan Sebagai masukan bagi institusi pendidikan agar penelitian ini menjadi bahan pembelajaran. 1.4.5 Peneliti Selanjunya Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya