BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan ditetapkannya UU No. 22 Tahun 1999 (revisi menjadi UU No. 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 (revisi menjadi UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.otonomi

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia pasca reformasi tahun 1998 telah menimbulkan tuntutan yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya flypaper effect pada

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I. Kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia, yang dikukuhkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan pemberian Otonomi Daerah kepada Daerah atas dasar. desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam mewujudkan pemerataan pembangunan di setiap daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah saat ini sedang mengupayakan peningkatan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. dewan melainkan juga dipengaruhi latar belakang pendidikan dewan,

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. Sejak big bang decentralization yang menandai era baru pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya desentralisasi atau pemberian kewenangan. pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus sendiri daerahnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. UU otonomi daerah tersebut kemudian

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 LATARBELAKANG. adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

I. PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perubahan yang cukup besar sejalan runtuhnya rezim Orde

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar, secara umum pemberlakuan otonomi daerah pada. hakekatnya memberikan mandat kepada pemerintah daerah untuk dapat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan proses yang sangat strategis

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I LATAR BELAKANG. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia saat ini semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process

BAB I PENDAHULUAN. tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dimana Pemerintah Daerah mempunyai wewenang untuk mengatur daerahnya sendiri baik dari sektor keuangan maupun dari sektor non keuangan. Pemerintah melakukan reformasi di bidang Pemerintah Daerah dan Pengelolaan Keuangan pada tahun 1999. Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan ditetapkannya UU No. 22 Tahun 1999 (revisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004) dan UU No. 25 Tahun 1999 (revisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004). Dalam UU No. 32 Tahun 2004 dijelaskan mengenai pembagian dan pembentukan daerah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersifat otonom menjadi asas desentralisasi. Otonomi daerah menurut Undang-undang No 32 Tahun 2004 adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 juga menyatakan bahwa kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan 1

2 keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, serta agama. Selanjutnya disebutkan pula bahwa otonomi yang bertanggungjawab adalah berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Daerah menyusun anggaran yang kemudian dijadikan pedoman dalam menjalankan berbagai aktivitasnya. Anggaran pemerintah adalah jenis rencana yang menggambarkan rangkaian tindakan atau kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka rupiah untuk suatu jangka waktu tertentu (Ghozali, 1993). Anggaran dalam Pemerintah Daerah biasa disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Seluruh penerimaan dan pengeluaran Pemerintahan Daerah baik dalam bentuk uang, barang dan/jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harus dianggarkan dalam APBD (Kawedar dkk, 2008). APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah (Darise, 2008). Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam organisasi sektor publik adalah mengenai pengalokasian anggaran. Pengalokasian anggaran merupakan jumlah alokasi dana untuk masingmasing program. Dengan sumber daya yang terbatas, Pemerintah Daerah harus dapat mengalokasikan penerimaan yang diperoleh untuk belanja daerah yang bersifat produktif. Belanja daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh

3 kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum (Kawedar dkk, 2008). Pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah. Demikian salah satu kesimpulan Bank Dunia yang dilaporkan dalam World Development Report 2004 dan hasil penelitian Governance and Desentralization Survey (GDS) 2002 (Dwiyanto & Kusumasari, 2003). Peningkatan kualitas pelayanan publik dapat diperbaiki melalui perbaikan manajemen kualitas jasa (service quality management), yakni upaya meminimalisasi kesenjangan (gap) antara tingkat layanan dengan dengan harapan konsumen (Bastian, 2006). Dengan demikian, Pemerintah Daerah harus mampu mengalokasikan anggaran belanja modal, belanja barang dan jasa, dan belanja pegawai dengan baik karena belanja modal, belanja barang dan jasa, dan belanja pegawai salah satu langkah bagi Pemerintah Daerah untuk memberikan pelayanan kepada publik. Dinas Kesehatan merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang memiliki program-program pelayanan publik, diantaranya adalah puskesmas. Puskesmas merupakan salah satu bagian dari Dinas Kesehatan untuk melakukan pelayanan publik secara langsung kepada masyarakat. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah, dan merata. Dengan adanya program tersebut diharapkan akan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dan optimal. Meskipun sasaran akhir dari

4 pembangunan kesehatan adalah seluruh lapisan masyarakat, namun secara operasional dilpilih menurut golongan secara bertahap. Hal ini dilakukan meningkatnya kepentingan yang mendesak sesuai prioritas dan ketersediaan dana, sarana dan prasarana. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial ekonomi (Departemen kesehatan RI, 1998:11).sedangkan menurut sudarti dkk umumnya masyarakat awam mengartikan sehat sebagai keadaan tubuh yang enak, nyaman, gembira, dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Kesehatan merupakan modal utama bagi manusia untuk dapat menikmati kehidupan, dan merupakan suatu investasi kualitas manusia baik fisik maupun intelektual.untuk itu berbagai usaha dilakukan agar manusia dapat berkarya dan menikmati kehidupan secara optimal. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke dr Stefanus Osok, M.Kes dalam dialognya bersama harian Bintang Umum pada tanggal 06 Maret 2012 mengakui, mutu pelayanan kesehatan Puskesmas, khususnya di daerah terpencil masih rendah. Selain sarana dan prasarana yang masih kurang memadai, salah satu faktor pemicu rendahnya mutu pelayanan kesehatan tersebut karena masih ada terdapat petugas yang malas melaksanakan tugas pengabdianya melayani masyarakat di tempat tugas. Visi Kota Sukabumi adalah sebagai pusat pelayanan jasa terpadu dibidang pendidikan, kesehatan, dan perdagangan, maka Pemerintah Kota Sukabumi

5 menaruh perhatian khusus pada pembangunan sarana dan prasarana kesehatan. Salah satunya dengan membangun berbagai sarana pelayanan kesehatan antara lain 15 Puskesmas Induk dan 20 Puskesmas Pembantu. Adapun hasil penelitian Tesis karya Johan Yustisianto (2009) dengan Analisis Kualitas Pelayanan Kesehatan (Studi Kasus Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Gambir Jakarta Pusat simpulan dimana rata-rata tingkat pencapaian kepuasan pelayanan terhadap kualitas pelayanan Puskesmas Kecamatan Gambir mencapai di atas tujuh puluh lima persen atau sudah baik. Ini menunjukkan keberhasilan dari pihak manajemen dalam menerjemahkan apa yang menjadi harapan dari pengguna layanan terhadap kualitas layanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas Kecamatan Gambir meskipun belum dapat mencapai seluruh harapan pengguna layanan. Sehingga dapat dikatakan manajemen mengerti dan mengetahui apa yang diinginkan para pengguna layanan. Tugas Akhir karya Arlando Putra Avrianto (2011) dengan judul : Pengaruh Kualitas Belanja Pelayanan Publik Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Survei pada Badan Pelayanan Perizin mengungkapkan simpulan dimana kualitas belanja pelayanan publik, tidak berpengaruh positif terhadap kualitas pelayanan publik dan hanya memiliki tingkat pengaruh sebesar 4%, dengan kata lain kualitas belanja pelayanan publik, memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kualitas pelayanan publik. Dikatakan bahwa hal tersebut membuktikan bahwa kualitas pelayanan publik dimana mengandung unsur realibilitas, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti

6 fisik yang baik tidak disebabkan oleh belanja pelayanan publik yang ekonomis, efisien dan efektif. Merujuk dari latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka penulis merasa PENGARUH BELANJA MODAL, BELANJA BARANG DAN JASA, DAN BELANJA PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA SUKABUMI (Survei pada 15 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis menguraikan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh belanja modal, belanja barang dan jasa, dan belanja pegawai terhadap kualitas pelayanan 2. Seberapa besar pengaruh belanja modal terhadap kualitas pelayanan 3. Seberapa besar pengaruh belanja barang dan jasa terhadap kualitas pelayanan 4. Seberapa besar pengaruh belanja pegawai terhadap kualitas pelayanan 5. Seberapa besar pengaruh sumber daya manusia terhadap kualitas pelayanan

7 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini hanya membahas mengenai pengaruh belanja modal, belanja barang dan jasa, dan belanja pegawai terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Kota Sukabumi (survei pada lima belas puskesmas di Kota Sukabumi). 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka Penulis merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan, yaitu : 1. Apakah belanja modal, belanja barang dan jasa, dan belanja pegawai memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelayanan 2. Apakah belanja modal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelayanan 3. Apakah belanja barang dan jasa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelayanan 4. Apakah belanja pegawai memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelayanan 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

8 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh belanja modal terhadap kualitas pelayanan 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh belanja barang dan jasa terhadap kualitas pelayanan 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh belanja pegawai terhadap kualitas pelayanan 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh belanja modal, belanja barang dan jasa, dan belanja pegawai secara bersama-sama terhadap kualitas pelayanan 1.5.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, diantaranya : 1. Bagi Penulis Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan penulis di bidang belanja modal, belanja barang dan jasa, dan belanja pegawai terhadap kualitas pelayanan kesehatan. 2. Bagi SKPD Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau Dinas dimana tempat penulis melakukan penelitian.

9 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana mengenai pengaruh belanja modal, belanja barang dan jasa, dan belanja pegawai terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Kota Sukabumi. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dalam bidang kajian yang sejenis dengan memperluas ruang lingkup penelitian.