17 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian dan Peralatan Penelitian 3.1.1. Ternak Percobaan Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27 minggu sebanyak 90 ekor dengan 3 perlakuan, 6 kali ulangan, masing-masing unit percobaan sebanyak 5 ekor. Bobot badan ayam rata-rata 1,8 kg/ekor dengan koefisien variasi bobot ayam sebesar 3,22% (Lampiran 2), rataan bobot telur ayam petelur yang dihasilkan rata-rata 59,19 gram/ekor dan koefisien variasi sebesar 2,10% (Lampiran 3). 3.1.2. Grit Grit yang digunakan sebagai sumber mineral untuk ayam petelur, grit diperoleh dari Missouri Bandung. 3.1.3. Kandang dan Perlengkapan Kandang yang digunakan adalah sistem individual cage, kerangka terbuat dari kayu (alas, sisi dan penyekat). Ukuran kandang panjang 40 cm, lebar 20 cm dan tinggi 45 cm masing-masing satu ekor dengan jarak alas dari lantai yaitu 1 m. Masing masing cage dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. 3.1.4. Peralatan yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tempat makan dan minum yang terbuat dari pipa plastik. 2. Timbangan O Hauss, digunakan untuk menimbang ransum. 3. Timbangan analitik untuk menimbang bobot kerabang. 4. Ember plastik untuk tempat penyimpan ransum.
18 5. Kertas label. 6. Mikrometer skrup untuk mengukur ketebalan kerabang. 7. Alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh. 3.1.5. Ransum Penelitian Ransum yang digunakan yaitu terdiri dari jagung, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak, grit, dan premiks. Disusun dengan energi metabolis 2850, protein 17% menurut (Sudarmono, 2007). Ransum yang digunakan berbentuk mash. Penambahan grit di dalam ransum dari setiap perlakuan sebagai berikut : P1 = Ransum yang mengandung 5,00% grit P2 = Ransum yang mengandung 6,50% grit P3 = Ransum yang mengandung 8,00% grit Bahan pakan yang digunakan dalam ransum penelitian ini memiliki energi metabolis dan kandungan nutrient yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Energi Metabolis dan Kandungan Nutrien Bahan Pakan Bahan EM PK Ca P Lys Met SK LK Pakan (kkal) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) Jagung 3370 9,00 0,22 0,17 0,26 0,18 2,05 3,90 Bk.Kedelai 2700 47,00 0,32 0,29 2,69 0,62 6,00 0,90 T. Ikan 3080 5 5,11 2,88 4,51 1,63 1,00 1 Dedak Grit 2200 12,00 0,12 38,00 1,50 12,00 13,00 Premiks 0 0 0 0 0,30 0,30 0 0 Keterangan : Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Non Ruminansia dan Industri Makanan Ternak (NTU)Universitas Padjadjaran Tahun 2012
19 Formulasi dan kandungan nutrient ransum yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. dan Tabel 3. Tabel 2. Susunan Ransum Penelitian Ayam Petelur Komposisi bahan Perlakuan (%) 1 2 3 Jagung 57,75 58,80 59,85 Tepung Ikan 8,05 6,68 5,10 Dedak 16,00 12,50 9,85 Bungkil Kedelai 13,00 15,32 17,00 Grit 5,00 6,50 8,00 Premix 0,20 0,20 0,20 Sumber : Hasil perhitungan berdasarkan software Tabel 3. Kandungan Energi Metabolis dan Zat Makanan Ransum Penelitian Ayam Petelur nutrien Kebutuhan Ransum penelitian* ransum** P1 P2 P3 EM (Kkal/kg) 2850 2897 2876 2850 PK (%) 17,00 17,25 17,33 17,17 Ca (%) 3,00*** 2,50 3,00 3,50 Phospor (%) 0,50 0,61 0,52 0,50 Lisin (%) 0,60 0,86 0,87 0,84 Metionin (%) 0,27 0,32 0,31 0,30 Serat Kasar 3,00 3,96 3,69 3,48 Lemak Kasar 4,00 5,26 4,73 4,28 Keterangan * Hasil Perhitungan dari Tabel 1 dan 2 ** Sudarmono, 2007 *** Scott, 1982 3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Prosedur Penelitian 1. Persiapan ini dilakukan satu minggu sebelum penelitian, yaitu mempersiapkan kandang, penyekat kandang, penempatan ayam petelur, dan penyiapan bahan pakan.
20 2. Pengadaptasian ayam petelur dimasukan kedalam kandang dan dibiarkan beberapa waktu agar tenang. 3. Waktu pemberian ransum dilakukan dua kali sehari yaitu pada pukul 07.00 dan pada pukul 13.00. Air minum diberikan adlibitum dan diganti pada setiap pagi hari. 4. Formulasi ransum yang dibutuhkan ditambahkan grit. 5. P 1 mengandung 5% grit, P 2 mengandung 6,5% grit, dan P 3 mengandung 8% grit yang dicampurkan kedalam ransum. 6. Kemudian dilakukan pengambilan sampel telur setiap satu minggu untuk ditimbang bobot telur, bobot kerabang, dan tebal kerabang yang sudah dibuang membran bagian dalamnya. 7. Penimbangan bobot telur, penimbangan bobot kerabang, dan pengukuran tebal kerabang, setiap perlakuan di ambil 6 butir telur setiap minggu. 3.2.2. Peubah yang Diamati dan Cara Pengukurannya 1. Bobot Telur (g) Ditimbang menggunakan timbangan analitik. Caranya dengan menimbang telur dari setiap perlakuan. 2. Bobot kerabang (g) Ditimbang menggunakan timbangan analitik. Caranya dengan menimbang kerabang dengan membran telur setelah kerabang telur dipisahkan dari isi telur. 3. Tebal kerabang (mm) Diukur menggunakan mikrometer sekrup. Pengukuran tebal kerabang dilakukan setelah bobot kerabang ditimbang. Pengukuran tebal kerabang
21 telur dilakukan pada bagian ujung tumpul, tengah (ekuator), dan ujung lancip telur kemudian dibuat rata-rata. 3.2.3. Rancangan Percobaan dan Analisa Statistik Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 macam perlakuan grit masing-masing perlakuan diulang 6 kali dengan masing-masing unit percobaan 5 ayam petelur, sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 90 ekor ayam petelur. Pengujian pengaruh perlakuan digunakan analisis ragam (Uji F) dan dilanjutkan dengan uji Duncan, dengan perlakuan terdiri atas : P 1 = Ransum yang mengandung 5,00% grit P 2 = Ransum yang mengandung 6,50% grit P 3 = Ransum yang mengandung 8,00% grit Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam (Gaspersz,1991) dengan model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut: Y ij = + α i + ij Keterangan : Y ij = Respon percobaan = Nilai tengah/rata-rata umum α i = Pengaruh perlakuan ke-i ij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j i = Perlakuan (1,2,3) j = Ulangan (1,2,3,4,5,6 Tabel 4. Daftar Sidik Ragam Sumber Keragaman Db JK KT F hit F tabel 0,05 Perlakuan 2 JKP KTP KTP/KTG F tabel Galat 15 JKG KTG Total 17 JKT Sumber : (Gasperz, 1995) Keterangan: DB : Derajat Bebas
22 JK : Jumlah Kuadrat KT : Kuadrat Tengah Hipotesis yang akan diuji adalah : H 0 : P 1 = P 2 = P 3 = 0 artinya tidak terdapat perbedaan antar perlakuan. H 1 : P 1 P 2 P 3 0 atau paling sedikit ada sepasang perlakuan yang tidak sama. Kaidah keputusan : Jika F hitung F tabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significant), terima H 0 dan tolak H 1. Jika F hitung > F tabel 0,05 artinya berbeda nyata (significant), tolak H 0 dan terima H 1. Apabila hasil yang diperoleh berbeda, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan dengan rumus : Sx = KTG r LSR α = SSRα. Sx dimana: S x = Standard error r = Ulangan KTG = Kuadrat Tengah Galat LSR = Least significant range test SSR = Studentized significant range Bila DI LSR, tidak berbeda nyata DI > LSR, berbeda nyata atau sangat nyata DI = adalah selisih dua beda nyata
23 KTG R = Kuadrat Tengah Galat = Banyaknya ulangan Kaidah keputusan : Jika d LSR, terima H 0 (tidak berbeda nyata) Jika d > LSR, tolak H 0 (berbeda nyata) d = selisih antara dua beda nyata