BAB I PENDAHULUAN. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia saat ini berada pada ranking kelima negara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia. Mycrobacterium Tuberculosis (Mansyur, 1999). Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Summary OF LIMEHE TIMUR. S1 Keperawatan ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Tuberkulosis paru adalah suatu infeksi kronik disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

S T O P T U B E R K U L O S I S

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

BAB I PENDHULUAN. dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan yaitu dengan mengawasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

PENDAHULUAN. M.Arie W-FKM Undip

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia tanpa diketahui terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis dan sekitar 95%

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang prevalensinya tinggi menduduki peringkat 3 didunia dalam jumlah penderita Tb. Terdapat 220.000 orang pasien penderita TB baru per tahun atau 500 orang penderita per hari. Data 2008, angka kematian 88.000 orang/tahun atau 240 orang/hari meninggal akibat penyakit TB. Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberkulosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan terjadi penderita tuberkulosis, hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita tuberkulosis. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita tuberkulosis adalah daya tahan tubuh rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS disamping faktor pelayanan kesehatan yang belum memadai. Di banyak negara industri, uang, sumber daya, standar hidup yang tinggi, dan kemoterapi yang dipakai luas selama 40 tahun belakangan ini, telah membantu mengurangi tuberkulosis menjadi suatu masalah yang relatif kecil. Namun di negara-negara miskin tuberkulosis tetep merupakan masalah besar. Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia dalam hal jumlah penderita TB paru (583 ribu orang) setelah cina (2 juta orang) dan India (1,5 juta orang), Di Indonesia kematian akibat penyakit TB paru setiap tahun ada sekitar 140.000 orang meninggal dunia dari total penderita.berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) 2001 estimasi prevalensi angka kesakitan di Indonesia sebesar 8 per 1000 penduduk berdasarkan gejala tanpa pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 TB Paru menduduki ranking ketiga sebagai penyebab kematian (9,4% dari total kematian) setelah penyakit sistem sirkulasi dan sistem pernafasan. Hasil survei prevalensi TB Paru di Indonesia tahun 2004 menunjukan bahwa angka prevalensi TB Basil Tahan Asam (BTA) positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk(depkes RI, 2007). Tujuan jangka panjang penanggulangan TB paru di Indonesia adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TB paru dengan cara memutus mata rantai penularan. Dengan harapan penyakit TB paru tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat di indonesia. Sedangkan tujuan jangka pendek adalah tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita TB paru dengan BTA positip yang ditemukan. Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap, sehingga pada tahun 2007 dapat mencapai 60% dari perkiraan semua penderita TB paru dengan BTA positif. Sebagai penyakit kronis, dimana membutuhkan pengobatan yang rutin selama enam bulan membuat penderita menjadi bosan sehingga timbul ketidak patuhan dalam proses pengobatan. Alasan utama gagalnya pengobatan adalah pasien tidak minum obatnya secara teratur dalam waktu yang diharuskan Seluruh keberhasilan program tergantung dari supervisi yang baik atas pengobatan. Ketidakpatuhan penderita dalam proses pengobatan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain latar belakang pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan pendapatan bagi penderita usia produktif dan bekerja. Sedangkan faktor eksternal antara lain pelayanan kesehatan,

jarak dan transportasi menjangkau layanan kesehatan, petugas puskesmas, biaya pengobatan. Penyakit tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia.Laporan TB dunia oleh WHO (2006) masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang pasien TB terbesar ke-3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 per tahun. Penyebab masih tingginya kasus TB diakibatkan karena banyak faktor diantaranya kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB paru. Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang menular langsung antar manusia yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis. Kuman ini cepat mati oleh cahaya sinar matahari langsung karena terkena sinar ultraviolet dan radiasi panas. Dalam tempat yang gelap dan lembab kuman tersebut dapat bertahan hidup selama beberapa jam. Mycobacterium tubeculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Hingga saat ini Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di tingkat dunia. (Depkes.RI,2002) WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC, karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit TBC tidak terkendali penularanya. Hal ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan, Di Negara-negara berkembang kematian TBC merupakan 25% dari penyakit seluruh kematian. Diperkirakan 95% penderita TBC berada di negara berkembang, 75 % penderita TBC adalah kelompok usia produktif (15 50 tahun) ( Depkes RI, Ibid) Suvervisi pengobatan TB paru sangat penting untuk mendapat tempat dalam

program penanggulangan TB paru. Seluruh keberhasilan program bergantung pada suvervisi yang baik atas pengobatan,dan pengobatan harusnya di observasi langsung yaitu pasien diawasi langsung setiap kali minum obat,tapi kadang-kadang di suatu daerah atau tempat pelayanan kesehatan banyak yang tidak melihat secara langsung bagaimana pasien setiap kali minum obat sehingga banyak juga pasien yang mengalami kendala putus pengobatan,hal ini sangat berpengaruh pada kesembuhan pasien dan resiko penularan penyakit TB paru ini. Banyak pasien yang menjalani pengobatan 6-8 bulan tapi tidak sampai selesai karna tidak begitu paham bagaimana keteraturan pengobatan TB paru ini, kebanyakan kalau pasien tersebut suadah merasa sehat mereka sudah tadak mau lagi minum obat (Crofton 2002). Dalam rangka mensukseskan pelaksanaan program penanggulangan TBC, prioritas kegiatan ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan, penyempurnaan kebijakan operasional dengan mengaktifkan serta meningkatkan infrastruktur yang ada. Disamping itu diupayakan mengikutsertakan komponen kesehatan di luar program, pengadaan sarana - prasarana, penyuluhan, pelatihan, supervisi, serta penggunaan obat yang rasional dan panduan obat yang sesuai dengan strategi DOTS ( Directly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy). Sebagai penyakit kronis, dimana membutuhkan pengobatan yang rutin selama enam bulan membuat penderita menjadi bosan sehingga timbul ketidakpatuhan dalam proses pengobatan.alasan utama gagalnya pengobatan adalah pasien tidak minum obatnya secara teratur dalam waktu yang diharuskan Seluruh keberhasilanprogram tergantung dari supervisi yang baik atas pengobatan. Ketidakpatuhan penderita dalam proses pengobatan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara

lain latar belakang pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan pendapatan bagi penderita usia produktif dan bekerja. Sedangkan faktor eksternal antara lain pelayanan kesehatasn, jarak dan transportasi menjangkau layanan kesehatan, petugas puskesmas, biaya pengobatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Renny Pebrica pada tanggal 21 mey 2010 didapatkan Permasalahan utama dalam penanganan TB Paru adalah rendahnya pengetahuan masyarakat yang memberikan pengaruh terhadap keteraturan pengobatan. Telah dilakukan satu penelitian yang terkorelasi dengan konsep pengabdian terhadap masyarakat Desa Pincuran Sonsang, Kecamatan VII Kota Sei, Sarik. Penelitian melibatkan 72 anggota masyarakat dan dilakukan pemeriksaan sputum BTA dan skoring terhadap tingkat pengetahuan meraka terhadap TB Paru. Dari penelitian didapatkan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap TB Paru jelek (skor 43.5 %). Ada juga penelitian di FK. Unpad Bandung ditemukan bahwa dari 431 penderita TB paru yang di obati, 98 orang (22.7%) lalai dalam berobat dan 192 orang (44.6%) mengalami putus obat. Sedangkan penderita yang berobat teratur hanya 32,7%. Permasalahan utama dari keadaan tersebut adalah masih rendahnya pemahaman penderita dan keluarga tentang penyakit TB paru itu sendiri. Berdasarkan data penderita TB paru yang ada dikabupaten gorontalo selama 3 tahun terakhir ini selalu mengalami perubahan ditahun 2010 mencapai 534 orang dan ditahun 2011 mencapai 494 orang dan ditahun 2012 naik menjadi 626 orang. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa selama 3 tahun terakhir jumlah penderita penyakit TB Paru di Kecamatan Tabongo cenderung meningkat. Pada tahun 2010 jumlah pasien penderita TB paru sebanyak 15

orang.tahun 2011 jumlah tersebut mengalami peningkatan mencapai 28 orang.sedangkan pada tahun 2012 jumlah tersebut meningkat lagi menjadi 33 orang yang tersebar di 8 desa. Limehe Timur merupakan desa yang paling banyak masyarakat penderita TB paru dari pada desa lainnya yang ada di kecamatan tabongo, ditahun 2010 penderita TB di Desa Limehe Timur mencapai 8 orang dimana pasien yang putus pengobatan atau DO 2 orang,pengobatan lengkap 5 orang,dan 1 orang meninggal.di tahun 2011 naik lagi mencapai 15 orang di mana pasien yang putus pengobatan atau DO 4 orang, yang pengobatan lengakap 7 orang, pindah daerah 2 orang dan meninggal 2 orang. Di tahun 2012 pasien mencapai 17 orang dimana yang putus pengobatan ada 5 orang pengobatan lengkap 9 orang dan kambuh 2 orang, meninggal 1 oarang. Mencermati kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kurang memiliki pengetahuan yang memadai tentang penyakit TB paru, terutama pengobatannya. Hal ini yang diduga menyebabkan peningkatan jumlah penderita TB paru di Pusekesmas Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Terkait kondisi ril tentang penyakit TB paru maka diperlukan pengetahuan masyarakat mengenai keteraturan pengobatan untuk mencegah penularan penyakit ini.adanya pengetahuan yang memadai tentang penyakit TB Paru maka masyarakat dapat melakukan pencegahan secara dini dan melanjutkan pengobatan sampai tuntas sehingga mampu mengurangi kasus TB Paru di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang diformulasikan dengan judul; Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang keteraturan pengobatan TB Paru di Desa Limehe Timur.

1.2 Rumusan Masalah Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat tentang keteraturan pengobatanpenyakit TB paru di Desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penilitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang keteraturan pengobatan penyakit TB paru di Desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo.. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu keperawatan,khususnya dalam meningkatkan pengetahuan tentang penyakit TB paru khususnya pengobatan. 1.4.2 Secara Praktis 1. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Memberikan masukan dan penyempurnaan kepada para Petugas Puskesmas serta para kader mengenai cara-cara praktis dalam menunjang pelayanan kesehatan masyarakat yang baik khususnya kepada pengawasan minum obat untuk pasien yang menjalani pengobatan dan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang keteraturan pengobatan penyakit TB paru.

2. Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan tentang penyakit TB paru khususnya pengobatan, upaya untuk mencegah hal-hal yang menyebabkan masyarakat gagal dalam pengobatan. 3. Bagi Ilmu Keperawatan Dapat menambah bahan kepustakaan sebagai literature berharga dan berguna untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai masukan data dan sumbangan pemikiran perkembangan pengetahuan untuk peneliti selanjutnya.