BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENERJEMAH TEKS BAHASA INGGRIS KE BAHASA BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BERBASIS ATURAN (RULE BASED)

Natural Language Processing

Penentuan Pola Kalimat Bahasa Inggris Pada Simple Present Tense Menggunakan Metode Bottom Up Parsing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NATURAL LANGUAGE PROCESSING DENGAN TEKNIK STATE MACHINE PARSER

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Inggris bahasa Madura Enggi Bunten. Madura yang digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan seharihari.

PURWARUPA APLIKASI PERANGKAT BERGERAK UNTUK ALIHBAHASA KALIMAT BAHASA INGGRIS KE BAHASA BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN BERBASIS ATURAN

PENYESUAIAN PENGURAI COLLINS UNTUK BAHASA INDONESIA

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

TRANSLASI KALIMAT BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE AUGMENTED TRANSITION NETWORK

MODUL MATA KULIAH TEORI BAHASA DAN OTOMATA DOSEN:

2.5 Context-Free Grammar (CFG) LALR Parser Bab 3 Metodologi Penelitian Studi Literatur Desain Sistem P

Outline. IKI 40931: Topik Khusus: NLP Kuliah 7: Parsing CFG. Parsing. Contoh parsing. Ruli Manurung. 10 Maret (Bab Jurafsky & Martin)

BAB II SINTAKS 2.1. SINTAKS

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Informatika Program Studi Ilmu Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil 2007 / 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Buku Terbaru Karangan DR.Baiquni.MA

BAB V IMPLEMENTASI. perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Bahasa Alami 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. linguistik (Austin & Sallabank, 2011). Melalui bahasa, seseorang dapat. dimaksudkan oleh penyampai pesan kepada orang tersebut.

SISTEM PARSING PERKATAAN BAHASA INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech.

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.

BAB V P E N U T UP. adverbia dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab berdasarkan pada tinjauan

Direct Parsing Pada Pengenalan Pola Kalimat Berbahasa Indonesia

TEORI BAHASA DAN AUTOMATA

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

SILABUS MATA KULIAH : BAHASA INGGRIS. Universitas ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN. Kompetensi

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PRESENT TENSE.

UNIVERSITAS GUNADARMA

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. dan bukan suatu khayalan yang tidak tampak (Language may be form and not

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN SISTEM APLIKASI WEB PDF PARSER UNTUK MENAMPILKAN INFORMASI ISI DOKUMEN

SEMANTIK. Sintak mendifinisikan suatu bentuk program yang benar dari suatu bahasa.

SEMANTIK Syntax mendefinisikan suatu bentuk program yang benar dari suatu bahasa.

LANGUAGES AND TRANSLATOR

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Sistem Wawancara Virtual untuk Penerimaan Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika di ITHB dengan Metode Natural Language Processing

Analisis Sintaksis (syntactic analyzer atau parser)

BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA

Akhmad Arif Dosen Pembimbing: Diah Puspito Wulandari, ST., MSc.

Penerapan Metode Left Corner Parsing dalam Aplikasi Terjemahan Bahasa Indonesia ke Bahasa Bima

c. Syllable (suku kata), merupakan bagian-bagian dari sebuah kata yang dapat langsung diucapkan, misalnya glass, book, clever.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Kesalahan Tatabahasa Dalam Teks Deskriptif Pada Siswa Kelas X SMA 8 Muhammadiyah Kisaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang terdapat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI

PROGRAM STUDI LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkonversikan tulisan / teks ke dalam bentuk ucapan dengan menggunakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

APLIKASI WORDNET INDONESIA BERDASARKAN KAMUS THESAURUS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA RULE BASED TEXT PARSING

IMPLEMENTASI LEFT CORNER PARSING UNTUK PEMBELAJARAN GRAMMAR BAHASA INGGRIS PADA GAME 3D ADVENTURE GO TO LONDON

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

APLIKASI PENENTUAN JENIS PART OF SPEECH MENGGUNAKAN METODE N-GRAM DAN STRING MATCHING

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI METODE PATTERN-BASED DALAM SISTEM TRANSLASI BAHASA INGGRIS-BAHASA INDONESIA PADA PERANGKAT ANDROID

SINTAKS. Sintaks dari bahasa pemrograman di defenisikan dengan 2 kumpulan aturan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial menggunakan bahasa. Bahasa

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

Satu alat penting yang tidak dapat Anda tinggalkan adalah kamus teknis tentang topik yang sedang Anda terjemahkan. Dengan kamus itu, Anda dapat

SINTAKS. Sintaks dari bahasa pemrograman di defenisikan dengan 2 kumpulan aturan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih, tetapi Murcia dan Freeman (1999:83) dalam bukunya The Grammar

JURUSAN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Teknik Kompiler 6. oleh: antonius rachmat c, s.kom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahasa menurut kamus Websters adalah the body of words and methods of

Bahasa adalah kumpulan kalimat. Kalimat adalah rangkaian kata. Kata adalah komponen terkecil kalimat yang tidak bisa dipisahkan lagi.

NATURAL LANGUAGE PROCESSING DALAM MEMPEROLEH INFORMASI AKADEMIK MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA MAKASSAR

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

Pemodelan CNF Parser dengan Memanfaatkan Pohon Biner

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

SENTENCE ANALYSIS WITH ARTIFICIAL INTELLIGENCE MACHINE LEARNING USING FINITE STATE AUTOMATA

BAB I PENDAHULUAN. klausa bukanlah kalimat karena klausa harus tergabung dengan klausa lainnya

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) Edisi Volume Bulan20.. ISSN :

(7) Sebagai contoh, sebuah kalimat dari bahasa Jerman dengan terjemahannya dalam bahasa Inggris seperti berikut ini :

Penguraian Dependensi Kalimat Bahasa Jepang dengan Penerapan Kendala pada Algoritma Exhaustive Search

BAB 2 LANDASAN TEORI

LINKING BE (TO BE) To be (am, are, is) berarti ada atau adalah, tetapi dalam bahasa Indonesia, pada umumnya to be tidak diterjemahkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN PROTOTIPE APLIKASI KONVERSI KODE DARI BAHASA C KE PASCAL

RENCANA PEMBELAJARANSEMESTER (RPS) MATA KULIAH: BAHASA INGGRIS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

ANALISIS STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM LAGU ANAK PELANGI-PELANGI DAN PENERJEMAHAN BAHASA INGGRISNYA, RAINBOWS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemrosesan Bahasa Alami (Natural Language Processing) Pemrosesan bahasa alami (Natual Language Processing - NLP) merupakan salah satu bidang ilmu Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) yang mempelajari komunikasi antara manusia dengan komputer melalui bahasa alami, baik lisan maupun tulisan. Proses representasi bahasa dalam bentuk yang lebih memungkinkan untuk dikomputasi telah dilakukan oleh seorang ahli bernama Chomsky pada tahun 1957 (Desiani dan Arhami, 2006). Pada bidang ilmu pemrosesan bahasa alami tidak mudah untuk dilakukan karena terdapat beberapa alasan yang menyulitkan pada pemrosesan bahasa alami (Desiani dan Arhami, 2006). Salah satu kesulitan dalam pemrosesan bahasa alami adalah pemilihan arti yang tepat dari suatu kata bermakna ganda seperti kata bisa yang dapat berarti racun atau dapat sesuai dengan kalimatnya. Fenomena ini terjadi dalam penentuan jenis kata (part of speech) seperti kata advanced yang dapat berfungsi sebagai kata kerja aktif lampau, kata kerja pasif, atau kata sifat. Selain itu, jumlah kosa kata (vocabulary) dalam bahasa alami besar dan terus berkembang dari waktu ke waktu (Desiani dan Arhami, 2006). NLP sering diterapkan pada aplikasi bahasa tertulis, tetapi saat ini pengembangan aplikasi bahasa lisan juga dilakukan yang kesulitannya mungkin terjadi dimana dalam bahasa lisan, manusia sangat sering membentuk ucapan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Salah satu aplikasi dari pemrosesan bahasa alami adalah sistem penerjemah bahasa alami (natural language translator) seperti sistem penerjemah dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Translator tidak hanya dapat menerjemahkan kata per kata (kamus) tetapi juga dapat mentranslasikan dari bahasa asal ke bahasa target dengan maksud yang dapat dimengerti (Desiani dan Arhami, 2006). 5

6 2.2 Sistem Penerjemah Pemrosesan bahasa alami merupakan teknologi yang memungkinkan berbagai macam jenis pemrosesan terhadap bahasa alami yang biasa digunakan oleh manusia. Pemrosesan bahasa alami mencakup aplikasi yang sangat banyak. Salah satu aplikasi yang sangat penting dari kajian ilmu pemrosesan bahasa alami yaitu sistem penerjemah atau machine translation (Barkade et al, 2010). Sistem penerjemah atau machine translation merupakan suatu sistem yang dapat menerjemahkan bahasa sumber (source language) ke dalam bahasa tujuan (target language). Tujuan dari sistem ini adalah untuk menerima masukan dari bahasa sumber dan memberikan keluaran yang berarti dalam bahasa tujuan (Fromkin et al, 2003). Penerapan sistem penerjemah dimulai sejak tahun 1940 yaitu sejak penggunaan komputer dalam memproses bahasa alami. Dalam perkembangannya, sistem penerjemah tidak hanya berupa teks (text) tetapi juga telah berkembang menjadi penerjemah ucapan (speech) dari satu bahasa ke bahasa lainnya (Fromkin et al, 2003). Selain itu, dikembangkan juga sistem penerjemah ucapan ke dalam bentuk teks maupun teks ke dalam bentuk ucapan. Sistem penerjemah memiliki beberapa pendekatan yang digunakan dalam menerjemahkan bahasa. Pendekatan tersebut memiliki tiga pendekatan utama yaitu pendekatan berbasis aturan (rule based), statistik (statistical), dan berbasis contoh (example based) (Kamatani et al, 2009). Pendekatan berbasis aturan (rule based) menggunakan banyak aturan penerjemahan yang diuraikan secara konkret untuk mendapatkan terjemahan yang sesuai dalam bahasa tujuan. Aturan-aturan tersebut memberikan ketahanan yang baik pada sistem tetapi juga kadang-kadang menyebabkan sistem menjadi kurang lancar. Sistem dengan pendekatan statistik (statistical) menggunakan basis statistik dengan analisis korpus dwibahasa yang dapat menghemat biaya pengembangan, tetapi dalam beberapa kasus, hasil terjemahan sistem dengan pendekatan berbasis aturan (rule based) memiliki hasil yang lebih sesuai daripada menggunakan pendekatan berbasis statistik. Sistem dengan pendekatan berbasis contoh (example based) merupakan sistem dengan memanfaatkan contoh terjemahan (dari korpus maupun kitab bahasa) sehingga lebih alami maknanya daripada hasil dari pendekatan berbasis aturan. Namun,

7 pada sistem ini hanya tergantung pada basis data contoh sehingga memiliki ketahanan yang rendah (Kamatani et al, 2009). Pendekatan berbasis statistik dan pendekatan berbasis contoh menggunakan korpus dua bahasa untuk melakukan proses-proses pada sistem (Saraswathi et al, 2011). 2.3 Sistem Penerjemah Berbasis Aturan (Rule Based) Sistem penerjemah berbasis aturan (rule based) merupakan suatu sistem penerjemah dengan pendekatan yang menggunakan aturan dalam proses penerjemahan. Aturan (rule) yang diimplementasikan pada sistem dapat dinyatakan dengan menggunakan If - Then. Setiap kalimat dari bahasa asal diklasifikasikan menurut kelasnya masing-masing menggunakan atribut (jenis kata) dari bahasa asal yang kemudian dialihbahasakan ke bahasa target dengan menggunakan aturan-aturan yang terdapat pada sistem penerjemah. Dalam mengalihbahasakan bahasa asal ke bahasa target digunakan kamus (dictionary) yang memuat kedua bahasa (Francisca et al, 2011). Dari tiga tipe pendekatan pada penerjemah bahasa, pendekatan berbasis aturan merupakan salah satu pendekatan yang efektif (Barkade et al, 2010). Bagian terpenting dari sistem penerjemah berbasis aturan (rule based) adalah koleksi dari aturan-aturan tersebut. Tidak ada standarisasi untuk implementasi dari aturan tersebut (Arman, 2007). Beberapa contoh aturan (rule) dalam sistem penerjemah bahasa Inggris ke bahasa Indonesia adalah sebagai berikut (Arman, 2007) : 1. Aturan kata kerja dalam tenses present continous (contoh : is eating, are going, am waiting) adalah <TO_BE> <VERB_ING> diterjemahkan ke dalam <sedang> <VERB>. Berikut algoritma yang digunakan untuk mengimplementasikan aturan tersebut. IF ((category of WORD[n]) = TO_BE) AND ((category of WORD[n+1]) = VERB_ING) THEN do something 2. Aturan yang merepresentasikan frase benda yang menggunakan adjektif sebagai informasi (contoh : red car, high building). Aturannya : <ADJ>

8 <NOUN> yang diterjemahkan ke <NOUN> <ADJ>. Berikut algoritma yang digunakan untuk mengimplementasikan aturan tersebut. IF ((category of WORD[n]) = ADJ) AND ((category of WORD[n+1]) = NOUN) THEN do something Sistem penerjemah berbasis aturan dapat digambarkan sebagai berikut. RULE COLLECTIONS (All Rules) Source Language RULE-BASED TRANSLATOR Target Language DICTIONARY Gambar 2.1 Sistem Penerjemah Berbasis Aturan (Sumber : Arman, 2007) Beberapa penelitian sistem penerjemah berbasis aturan (rule based) dari berbagai macam bahasa adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Penelitian Mengenai Penerjemah Bahasa Berbasis Aturan No. Peneliti Tahun Bahasa Kesimpulan 1 Nurul Wikantyasning (Wikantyasning, 2005) 2005 Bahasa Inggris ke bahasa Jawa Sistem dapat menerjemahkan bahasa Inggris ke bahasa Jawa dengan baik 2 Ema Utami dan Sri Hartati (Utami dan Hartati, 2007) 2007 Bahasa Inggris ke bahasa Indonesia Sistem dapat menerjemahkan kalimat dengan cukup baik menggunakan metode rule based

9 3 Yusuf (Yusuf, 2008) 4 Ari Triwibowo (Triwibowo, 2009) 5 Muhammad Syaukani (Syaukani, 2010) 6 Ms VM Barkade (Barkade et al, 2010) 7 Judith Francisca (Francisca et al, 2011) 2008 Bahasa Inggris ke bahasa Indonesia 2009 Bahasa Inggris ke bahasa Indonesia 2010 Bahasa Inggris ke bahasa Indonesia 2010 Bahasa Inggris ke bahasa Sanskrit 2011 Bahasa Inggris ke bahasa Bangla Metode berbasis aturan dengan aturan translasi MD-DM dan Translasi Padanan arti memberikan rata-rata kinerja terbaik Sistem yang dibuat telah sesuai dengan aturan penggunaan tata bahasa Inggris dan Indonesia yang ada Pendekatan berbasis aturan berhasil diimplementasikan pada aplikasi komunikasi online Inggris- Indonesia Implementasi modul semantic mapper untuk memetakan kedua bahasa Implementasi pendekatan dengan algoritma baru pada proses penerjemahan 2.4 Context Free Grammar Sebagian besar sistem dalam memodelkan struktur konstituen dalam bahasa Inggris atau bahasa alami lainnya adalah dengan menggunakan Context Free Grammar atau CFG (Jurafsky and Martin, 1999). Konstituen adalah unsurunsur pembentuk kalimat yang dapat berdiri sendiri seperti noun phrase atau verb phrase. Sebuah CFG terdiri dari rule atau productions, kumpulan kata maupun simbol. Kalimat yang dapat diperoleh dengan tata bahasa formal (formal grammar) disebut kalimat yang sesuai dengan tata bahasa (grammatical sentence) sedangkan yang tidak dapat diperoleh disebut kalimat yang tidak sesuai dengan tata bahasa (ungrammatical) (Jurafsky and Martin, 1999).

10 Simbol yang dipergunakan dalam CFG terdiri dari dua kelas yaitu simbol terminal dan simbol non terminal. Simbol terminal merupakan kata dalam setiap bahasa ( the, nightclub ). Pada aturan context-free, simbol non terminal berada di sebelah kiri tanda panah ( ) dan kategori dari masing-masing simbol terminal atau kata disebelah kanan tanda panah. Simbol non terminal merupakan suatu ekspresi generalisasi (NP, VP). Sehingga untuk sebuah Context Free Grammar mempunyai empat parameter (secara teknik disebut 4-tuple) (Jurafsky and Martin, 1999) : 1. N : Kumpulan simbol non terminal (atau variabel) 2. : Kumpulan simbol terminal 3. P : Kumpulan produksi, yang dinyatakan dalam bentuk A α dimana A merupakan simbol non terminal 4. S : Simbol permulaan Pada context free grammar, penggunaan pohon parsing berguna untuk memeriksa grammar dari suatu aplikasi pengolahan kata. Suatu masukan, seperti kalimat yang tidak dapat di parsing kemungkinan memiliki struktur gramatikal yang salah (atau sulit untuk dibaca) (Jurafsky and Martin, 1999). Parsing atau analisa sintaks adalah proses dalam menganalisa teks, yang terdiri dari urutan token (seperti kata) untuk menentukan struktur dengan memperhatikan tata bahasa yang diberikan (Barkade et al, 2010). Dalam melakukan suatu parsing, metode yang umum digunakan yaitu top-down dan bottom-up. Pemilihan metode parsing yang digunakan harus dilakukan secara jeli, dengan memperhatikan kompleksitas tata bahasa dan kebutuhan aplikasi (Suciadi, 2001). Parser bottom up tidak membedakan antara rule (grammar) dan word (lexicon) sehingga cara kerjanya sangat sederhana namun sangat "bodoh" karena akan terus mengulang-ulang kesalahan yang sama (Suciadi, 2001). Top-down parser mencari pohon parsing dari root node yaitu S. Langkahnya dimulai dari penempatan simbol permulaan S untuk semua kasus dan kemudian mencari semua aturan tata-bahasa (grammar rule) yang sesuai. Dalam top-down parser terdapat strategi yang bernama depth-first yang mencari grammar yang sesuai dari setiap masukan yang paling pertama dan selanjutnya.

11 Gambar 2.2 Top Down Depth-First Derivation (Sumber : Jurafsky and Martin, 1999) 2.5 Tata Bahasa Inggris Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa alami manusia yang mempunyai tata bahasa dengan pola untuk setiap kalimatnya. Penelitian ini mencakup masukan (input) berupa teks. Teks yang dicakup dalam penelitian ini berupa satuan bahasa yang berupa kata, frase, dan kalimat tunggal. Kata merupakan gabungan morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk bebas yang paling kecil. Contoh kata dalam bahasa Inggris beserta padanannya dalam bahasa Bali yaitu I (Titiang). Frase merupakan sekelompok kata-kata yang memiliki fungsi sama. Dalam penelitian ini hanya menggunakan frase benda, verba, preposisi serta tidak mempergunakan frase idiom. Contoh dari frase yaitu in the basement (frase preposisi). Kalimat tunggal berbentuk aktif merupakan kalimat yang memiliki satu verba dan subjeknya yang melakukan suatu tindakan (Phythian, 1995).

12 Pada kata-kata yang ditulis seringkali terlihat bahwa terdapat kata yang dihilangkan. Contractions atau singkatan merupakan kata-kata yang ditulis dengan penghapusan huruf-huruf tertentu untuk mencerminkan cara pengucapan yang lazim (Phythian, 1995). Contoh beberapa singkatan untuk tenses yang dipergunakan yaitu I ll berarti I will dan don t berarti do not. Beberapa hal yang perlu dikaji dalam bahasa inggris yaitu struktur bahasa Inggris dalam bentuk waktu (tenses), bentuk kata benda, dan jenis kata. 2.5.1 Bentuk Waktu (Tenses) Dalam Bahasa Inggris Dalam struktur bahasa Inggris dikenal adanya tenses atau waktu kejadian. Struktur kalimat yang terdapat pada kalimat bahasa Inggris terdiri dari 12 macam tenses (Azar, 1992). Dalam penelitian ini hanya menggunakan dua macam tenses yaitu simple present tense dan simple future tense. Berikut pemaparan kedua macam tenses tersebut : 1. Simple Present Tense Tenses ini digunakan untuk menyatakan suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari atau biasa dilakukan. Tenses ini juga dapat digunakan dalam kondisi kebenaran umum serta suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang atau kebiasaan. Predikat pada tenses ini memakai kata kerja bentuk pertama (Verb 1) dan memakai to be untuk bentuk nominal. Rumus : Bentuk nominal : Subject + to be (is, am, are) + Complement Bentuk verbal : They/We/I/You + Verb 1 + Object He/She/It + Verb 1 + s/es + Object Kata-kata yang disingkat pada tenses ini seperti kata am yang disingkat m ( m), kata are yang disingkat re ( re), kata is yang disingkat s ( s), kata not yang disingkat n t. 2. Simple Future Tense Tenses ini digunakan untuk menyatakan sesuatu yang akan dilakukan pada waktu atau masa yang akan datang. Predikat pada tenses ini yaitu kata kerja bentuk pertama (Verb 1).

13 Rumus: Subject + will + Verb 1 + Object Kata-kata yang disingkat pada tenses ini seperti kata will yang disingkat menjadi ll ( ll), kata will not yang disingkat menjadi won t. 2.5.2 Bentuk Kata Benda Kata benda memiliki dua bentuk, yaitu bentuk tunggal (singular) dan bentuk jamak (plural). Dalam bahasa Inggris, juga dikenal adanya perubahan bentuk kata benda dari bentuk tunggal ke bentuk jamak. Aturan perubahan tersebut adalah : 1. Secara umum menambahkan huruf s, contoh book + s menjadi books. 2. Menambahkan rangkaian es jika bentuk tunggalnya berakhiran dengan bunyi desis, seperti sh, ch, s, z, x. 3. Menambahkan ies jika bentuk tunggalnya berakhiran dengan huruf y yang sebelumnya adalah huruf mati. 2.5.3 Jenis Kata Berikut merupakan kajian jenis kata beserta dengan fungsinya masingmasing (Phythian, 1995) : 1. Kata Benda (Noun) Noun atau nomina adalah kata yang digunakan untuk menamai benda atau orang. Contoh dari noun adalah rabbit, child, man. Untuk nomina yang digunakan untuk menamai orang disebut dengan proper noun. Seperti contoh Nicholas Nickleby. 2. Kata Ganti (Pronoun) Pronoun merupakan kata yang berfungsi sebagai pengganti nomina. Sebagai contoh dari pronoun yaitu I, She, We, It. 3. Kata Sifat (Adjective) Adjective merupakan kata yang melukiskan nomina. Contoh dari adjective yaitu invisible, beautiful, cold.

14 4. Kata Kerja (Verb) Kata yang menunjukkan suatu tindakan atau keadaan. Contoh dari verb yaitu walk, think, kick. 5. Kata Keterangan (Adverb) Adverb atau adverbia merupakan kata yang melukiskan verba, adjective. Contoh dari adverb adalah loudly, weekly. 6. Kata Depan (Preposition) Kata depan merupakan kata yang menunjukkan hubungan antara nomina dan bagian-bagian lainnya. Contoh dari kata depan yaitu in, into, from. 7. Kata Sambung (Conjunction) Kata yang menggabungkan dua kata. Contoh kata sambung adalah and, or, because, before. 2.6 Tata Bahasa Bali Bahasa Bali mempunyai sejarah yang panjang, sejak zaman Bali Kuno sampai sekarang. Sepanjang perkembangan sejarahnya itu bahasa Bali mengalami banyak perubahan-perubahan dan mendapat banyak pengaruh dari bahasa Sanskerta maupun Jawa Kuno. Bahkan juga dari bahasa Cina, Inggris, Prancis, Portugis, dan Arab. Belakangan bahasa Bali mendapatkan banyak pengaruh dari bahasa Indonesia (Sancaya, 1990). Bahasa Bali merupakan bahasa yang terbesar dipakai di Bali, secara umum dan secara garis besar dikatakan memiliki dua dialek yaitu dialek Bali Dataran dan dialek Baliaga. Selain itu juga bahasa Bali dilihat dari sudut pandang sosiologi terdapat adanya tingkatan-tingkatan bahasa (level of speech) yang disebut dengan anggah ungguhing basa. Dalam penelitian ini hanya menggunakan bahasa Bali Kepara. 2.6.1 Bahasa Bali Kepara Terdapat beberapa pendapat yang saling berbeda mengenai pengertian bahasa Bali Kepara ini. Adanya perbedaan tersebut rupanya disebabkan oleh perbedaan rasa. Dalam bahasa yang keberadaannya banyak ditentukan oleh

15 stratifikasi sosial masyarakat penuturnya, tergantung pada tempat, waktu, dan manusianya. Halus dan kasarnya suatu bahasa tidak bisa ditentukan secara obyektif dari keberadaan bahasa tersebut (Sancaya, 1990). Penggunaan istilah bahasa Bali Kepara sebagai salah satu bagian dari bahasa Bali sebenarnya masih tetap relevan dan perlu dipertahankan. Hal tersebut dikarenakan lebih mencerminkan kenyataan bahasa Bali yang masih hidup dan berkembang dewasa ini. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bahasa Bali Kepara merupakan bahasa Bali yang dipakai sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dalamnya tingkatan bahasa Kasar, bahasa Madia, dan bahasa Alus (Sancaya, 1990). 2.6.2 Pola Dasar Kalimat Bahasa Bali Dalam bahasa Bali dikenal adanya struktur yang mengikat tata bahasa Bali, seperti struktur fonologi, morfologi, dan sintaksis. Struktur fonem berhubungan dengan tata bunyi dalam bahasa Bali, struktur morfologi yaitu bagian dari tata bahasa yang membahas mengenai seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap jenis kata. Sedangkan stuktur sintaksis yaitu mencakup bagian yang melingkupi pada tata kalimat (Anom et al, 1993). Kalimat bahasa Bali memiliki beberapa pola dasar yaitu : (Tinggen, 1993) 1. Subyek Predikat Pola dalam kalimat ini merupakan pola kalimat bahasa Bali yang paling mendasar hanya dengan terdiri dari subyek dan predikat. Dalam predikat dapat terdiri dari predikat verbal, obyek, maupun kata keterangan. Contoh : Pianakne lulus S P 2. Subyek Predikat Keterangan Pola dalam kalimat ini memiliki subyek, predikat, dan keterangan. Keterangan dalam hal ini dapat berupa obyek atau kata keterangan seperti keterangan tempat, waktu dan sebagainya. Contoh : Ia medagang ditu S P K

16 3. Subyek Predikat Pelengkap Pola dalam kalimat ini memiliki subyek, predikat, dan pelengkap. Pelengkap dalam hal ini dapat berupa obyek atau kata keterangan seperti keterangan tempat, waktu dan sebagainya. Contoh : Ia medagang di peken S P Pel. 4. Subyek Predikat Obyek Keterangan Pola dalam kalimat ini memiliki subyek, predikat, obyek, dan keterangan. Keterangan dalam hal ini dapat seperti keterangan tempat, waktu dan sebagainya. Contoh : Ia meli baju di peken S P O K