BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Eksperimen. Desain

dokumen-dokumen yang mirip
1. BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

KEGIATAN BELAJAR I SAMBUNGAN KAYU MEMANJANG

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui tujuan penelitian tercapai atau tidak, maka dipergunakan

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti membagi subjek yang diteliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL KEJURUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam mencapi satu tujuan. Penetapan metode yang digunakan merupakan hal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi lokasi penelitian dalam menulis skripsi ini adalah

KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT

RENCANA PELAKSANAAN PEMELAJARA (RPP)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain Kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini:

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yakni metode

III. METODE PENELITIAN. Pembahasan mengenai bab ini akan dikemukakan mengenai rancangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK YPT Pringsewu. Populasi dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Jurusan Bangunan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA MAN Poncowati

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perkiraan bagi peneliti yang dapat diperoleh melalui eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan metode penelitian Quasi Experiment jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semi pendekatan kuantitatif.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Tamansiswa

III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk meneliti suatu

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research).

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:3). Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Sumber data penelitian didapat dari siswa SMKN 6 Bandung, oleh karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen

2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Experimental Design. Penelitian ini dilakiikan pada satu kelompok yaitu kelompok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Kelas VIII di SMP

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Dalam metode eksperimen terdapat beberapa bentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design)

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 6

III. METODOLOGI PENELITIAN. siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi.

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN KAYU

BAB III METODE PENELITIAN. kelompok eksperimen adalah siswa yang diberikan perlakuan (treatment) dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Menurut Suryabrata (2010 : 92) tujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

BAB III METODE PENELITIAN

HARIO WIJAYANTO A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Februari 17 Maret 2014 di kelas VII SMP N 4 Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas. Desain pada penelitian ini berbentuk:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan menyelidiki pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Setyosari (2012:168) mengungkapkan bahwa: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni quasi

Sambungan Kayu. Sambungan Kayu: Hubungan Kayu:

Learning berbasis Moodle sebagai media pembelajaran. : Tes akhir (posttest) dilakukan setelah digunakannya E-Learning

A. Pasangan Dinding Batu Bata

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Eksperimen. Desain ini menggunakan penetapan subjek tertentu untuk dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok diberikan dua jenis test, yaitu pre-test dan pos-test. Pre-test diberikan kepada kedua kelompok sebelum diberikan materi, sedangkan Pos-test diberikan setelah kedua kelompok diberi materi pembelajaran dengan jenis soal yang sama. Perlakuan penelitian diberikan kepada kelompok eksperimen, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran model mock up, sedangkan pada kelompok kontrol tanpa menggunakan media pembelajaran model mock up atau hanya menggunakan gambar dua dimensi. 3.2 Variabel dan Paradigma Penelitian 3.2.1 Variabel Penelitian Variabel adalah suatu konsep yang mempunyai variasi nilai. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu : a. Variabel X 1 : prestasi belajar siswa menggunakan media pembelajaran model mock up, 28

29 b. Variabel X 2 : prestasi belajar siswa tanpa menggunakan media pembelajaran model mock up atau hanya menggunakan gambar 2 dimensi. 3.2.2 Paradigma Penelitian : SISWA VARIABEL 1 KELAS EKSPERIMEN (MODEL MOCK UP) VARIABEL 2 KELAS KONTROL (GAMBAR 2 DIMENSI) HASIL PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN 3.3 Data dan Sumber Data Data adalah bahan yang dibutuhkan dalam membuktikan semua penelitian. Yang dinaksud dengan sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2006:129) adalah subjek dari mana data tersebut dapat diperoleh. Sumber data diambil dari hasil rekapitulasi hasil pre-test dan pos-test. Data dalam penelitian ini adalah prestasi siswa kelas X pada mata diklat menggambar teknik, Teknik Gambar Bangunan SMKN 5 tahun ajaran 2010/2011 yaitu kelas X TGB 2 yang berjumlah 35 orang dan X TGB 4 yang berjumlah 32 orang.

30 3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 130) adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Teknik Gambar Bangunan yang sedang mengikuti mata diklat menggambar teknik tahun ajaran 2010/2011 kelas X, yang terdiri dari 6 kelas yaitu X TGB 1, X TGB2, X TGB 3, X TGB 4, X TGB5, X TGB6. Tabel 3.1 Jumlah Populasi NO KELAS JUMLAH 1 TGB 1 33 2 TGB 2 35 3 TGB 3 30 4 TGB 4 32 5 TGB 5 31 6 TGB 6 31 Jumlah 192 3.4.2 Sampel Sampel menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 139) adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah cara pengambilan subjek didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Tujuan dari pengambilan sample ini adalah untuk melihat seberapa besar perbedaan hasil belajar antara metode eksperimen dan kontrol. Sampel yang diambil adalah siswa kelas X Teknik Gambar Bangunan yang sedang mengikuti pembelajaran mata diklat menggambar teknik yaitu kelas X TGB2 dan X TGB 4, dipilihnya kedua kelas tersebut karena atas dasar

31 pertimbangan kemampuan setiap siswa yang hampir setara dan atas pertimbangan dari guru mata diklat Menggambar Teknik. 3.5 Teknik Pengumpulan data dan Kisi-Kisi Instrumen 3.5.1 Teknik Pengumpulan data Dalam penelitian ini dikembangkan beberapa jenis instrumen. Instrumen tersebut dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan kegunaannya. Menurut Furchan (1982 : 256) tes adalah alat sebagai pengukur yang berharga bagi penelitian pendidikan. Tes adalah seperangkat rangsangan atau stimulasi yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban jawaban yang dijadikan dasar bagi penempatan skor angka. Skor yang didasarkan pada sampel yang representatif dari tingkah laku pengikut tes itu adalah memiliki karakteristik yang sedang diukur. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah perangkat tes yang berupa : 1. Pre-test Pre-test dipergunakan untuk memperoleh data kemampuan siswa sebelum diterapkannya media pembelajaran mock up. 2. Pos-test Pos-test dipergunakan untuk memperoleh data kemampuan siswa setelah diterapkannya media pembelajaran mock up.

32 3.5.2 Kisi Kisi Instrumen VARIABEL KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN MEDIA INSTRUMEN RESPONDEN VARIABEL 1 Sambungan dan Siswa mampu menjelaskan Definisi dan fungsi Pre Test Siswa Kelas X (EKSPERIMEN) hubungan kayu definisi sambungan dan sambungan dan Media Post Test TGB 4 hubungan kayu. hubungan kayu pembelajaran Siswa mampu menyebutkan Jenis jenis dan ukuran model mock up jenis jenis dan ukuran kayu sambungan dan ukuran kayu Syarat syarat Siswa Kelas X VARIABEL 2 (KONTROL) Siswa mampu menjabarkan syarat syarat sambungan dan hubungan kayu Siswa dapat membedakan sambungan dan hubungan kayu Macam macam Sambungan dan Gambar 2 dimensi TGB 1 sambungan dan hubungan kayu hubungan kayu Siswa mampu menggambarkan Gambar sambungan dan sambungan dan hubungan kayu hubungan kayu

33 3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Uji Normalitas Data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen penelitian diolah dan dianalisa agar hasilnya dapat dipergunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian serta memecahkan masalah dan menguji hipotesis yang diturunkan. Pengolahan dan analisa data tersebut menggunakan statistika inferensial. Statistika infensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel diambil. Statistika inferensial yang digunakan adalah statistika non-parametris, statistik non-parametris terutama digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal dari populasi yang bebas terdistribusi. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Setelah dilakukan uji normalitas, maka setelah itu dilakukan uji hipotesis. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menguji data yang didapat dari skor gain kedua sampel, dengan menggunakan SPSS versi 16. Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat data populasi pada sampel terdistribusi normal atau tidak.

34 3.6.2 Uji Hipotesis Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata rata (mean) secara signifikan antara dua populasi dengan melihat rata rata dua sampelnya. Uji hipotesis dilakukan terhadap data skor hasil pos-test dan indeks gain. Uji hipotesis pengujiannya dilakukan dengan uji T. Adapun untuk data yang berdistribusi normal maka pengujiannya menggunakan uji T, dengan pedoman hipotesis sebagai berikut : H 0 : Tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar kelas kontrol yang menggunakan media pembelajaran 2 dimensi dengan kelas eksperimen yang menggunakan media pembelajaran model mock up pada mata diklat menggambar teknik di kelas X TGB SMK Negeri 5 Bandung. H 1 : Terdapat perbedaan yang menonjol antara hasil belajar kelas kontrol yang menggunakan media pembelajaran gambar 2 dimensi dengan kelas eksperimen yang menggunakan media pembelajaran model mock up pada mata diklat menggambar teknik di kelas X TGB SMK Negeri 5 Bandung. H 0 : µ 1 = µ 2 : tidak ada perbedaan rata rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. H a : µ 1 > µ 2 : rata rata kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.

35 µ 1 = rata rata data kelompok eksperimen µ 2 = rata rata data kelompok kontrol berikut. Uji perbedaan rata rata dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai a. Jika σ 1 = σ 2 = 1 + 1 = 1 + 1 + 2 Keterangan : X 1 : Rata rata data kelompok eksperimen X 12 : Rata rata data kelompok kontrol S : Simpangan baku kelompok eksperimen s 1 : Simpangan baku kelompok eksperimen s 2 : Simpangan baku kelompok kontrol n 1 : Jumlah kelompok eksperimen n 2 : Jumalah kelompok kontrol dk = (n 1 + n 2 2) Kriteria pengujian adalah H 0 diterima jika F hitung < F tabel dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1-α) dan tolak H o jika t mempunyai harga harga yang lain.

36 b. Jika σ 1 σ 2 = + Kriteria pengujian tolak H 0, jika t sebaliknya, dengan = dan = dan diterima H o jika Keterangan : (Sudjana, 2002:243) Sedangkan untuk data yang tidak berdistribusi normal, maka pengujiannya menggunakan statistik non-parametrik yaitu menggunakan uji Mann-Whitney. Dengan rumus : Dimana : (Sugiyono, 1997 : 148) n 1 = Jumlah sampel 1 n 2 = Jumlah sampel 2 U 1 = Jumlah peringkat 1 U 2 = Jumlah peringkat 2 R 1 = Jumlah ranking pada sampel n 1 R 2 = Jumlah ranking pada sampel n 2

37 Dengan pedoman hipotesis sebagai berikut : H 0 : Tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar kelas kontrol yang menggunakan media gambar 2 dimensi dengan kelas eksperimen yang menggunakan media pembelajaran model mock up pada mata diklat menggambar teknik di kelas X TGB SMK Negeri 5 Bandung. H 1 : Terdapat perbedaan yang menonjol antara hasil belajar kelas kontrol yang menggunakan media pembelajaran gambar 2 dimensi dengan kelas eksperimen yang menggunakan media pembelajaran model mock up pada mata diklat menggambar teknik di kelas X TGB SMK Negeri 5 Bandung. Dengan kriteria uji sebagai berikut : Jika nilai Sig < α = 0,05 maka H 0 ditolak Jika nilai Sig α = 0,05 maka H 0 diterima (Uyanto, 2006 : 114) 3.7 Rencana Pelaksanaan dan Prosedur Pembelajaran Penyusunan RPP dimaksudkan agar pengajar dapat memperkirakan setiap tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian isi materi dapat tersampaikan dengan baik, sistematis, terarah, dan tujuan tercapai secara optimal. Berikut ini akan dipaparkan mengenai RPP baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

38 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM STUDI SEMESTER WAKTU : MENGGAMBAR TEKNIK DASAR : X/TGB : GENAP/2 : 6 X 45 MENIT 1. STANDAR KOMPETENSI Menggambar Sambungan dan Hubungan Kayu 2. KOMPETENSI DASAR Menggambar Sambungan Kayu Memanjang dan Melebar 3. INDIKATOR Pengertian dan fungsi Sambungan Kayu Memanjang dan Melebar dipahami. Ukuran kayu dipahami. Syarat dan standar sambungan kayu memanjang dan melebar dipahami. Tampak atas, depan dan samping digambar dengan ukuran dan skala yang benar. Sambungan kayu memanjang pada balok dan tiang digambar dengan ukuran dan skala yang benar. Sambungan kayu melebar pada papan digambar dengan ukuran dan skala yang benar. I. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah diberikan materi mengenai macam-macam Sambungan Kayu, siswa diharapkan dapat: Menyebutkan pengertian dan fungsi sambungan kayu memanjang dan melebar. Menyebutkan ukuran kayu.

39 Menyebutkan syarat dan standar sambungan kayu memanjang dan melebar.. Menggambarkan sambungan kayu memanjang pada balok dan tiang dengan ukuran dan skala yang benar. Menggambarkan sambungan kayu melebar pada papan dengan ukuran dan skala yang benar. II. MATERI POKOK PEMBELAJARAN Memahami pengertian dan fungsi sambungan kayu memanjang dan melebar. Menentukan ukuran sambungan kayu memanjang dan melebar sesuai syarat dan ketentuan. Menggambar sambungan kayu memanjang pada balok dan tiang dan sambungan kayu melebar pada papan. Menggambar isometri sambungan kayu memanjang pada balok dan tiang dan sambungan kayu melebar pada papan. III. METODE POKOK PEMBELAJARAN Ceramah Tanya Jawab Penugasan Tutorial IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Kegiatan Awal o Apresepsi Menggali pengetahuan siswa tentang pengertian dan fungsi sambungan kayu memanjang dan melebar. o Motivasi Untuk dapat menggambar sambungan kayu memanjang dan melebar kita harus memahami ukuran standar Sambungan Kayu. Kegiatan Inti o Menyampaikan Tujuan Pembelajaran.

40 o Menerangkan Materi Pembelajaran. o Mengadakan Sesi Tanya Jawab. o Menugaskan siswa untuk menggambar Sambungan Kayu Memanjang dan Melebar. o Membimbing siswa dalam proses menggambar macam-macam Sambungan Kayu Memanjang dan Melebar di kelas. Kegiatan Akhir o Refleksi 1) Siswa mengetahui dan memahami pengertian dan fungsi Sambungan Kayu Memanjang dan Melebar. 2) Siswa dapat menggambar isometri Sambung Kayu Memanjang dan Melebar. V. ALAT ATAU MEDIA PEMBELAJARAN Wall Chart Kertas gambar Pensil kayu Penggaris Penghapus Job Sheet VI. EVALUASI Tes Lisan Tes Perbuatan Penugasan VII. ALAT EVALUASI Tes Awal o Tes Lisan 1) Sebutkan pengertian dan fungsi Sambungan Kayu 2) Sebutkan macam-macam Sambungan Kayu o Tes Perbuatan Gambarkan salah satu macam Sambungan Kayu

41 Penugasan (Job Sheet) VIII. KUNCI JAWABAN Tes Awal o Tes Lisan 1) Sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling disambungkan satu sama lain, sehingga menjadi satu batang kayu yang panjang. 2) Macam-macam Sambungan Kayu: a) Sambungan Kayu Memanjang b) Sambungan Kayu Melebar o Tes Perbuatan Penugasan 4. SUMBER BELAJAR GAMBAR TEKNIK BANGUNAN (PENERBIT : ANGKASA BANDUNG, 1998) GAMBAR-GAMBAR DASAR ILMU BANGUNAN JILID I DAN II (PENERBIT : H.R SUGIHARJO BAE) ILMU BANGUNAN GEDUNG (PENERBIT : ARMICO, BANDUNG) 5. PENILAIAN NO ASPEK YANG DINILAI NILAI MAKSIMAL 1 KONSTRUKSI 40 2 PROPORSI 10 3 NOTASI, SIMBOL DAN DIMENSI 10 4 GARIS 10 5 HURUF/ANGKA 10 6 KEBERSIHAN 10 7 WAKTU 10 JUMLAH 100 NILAI PEROLEHAN

42 BAHAN AJAR A. Pengertian Sambungan Kayu Sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling disambungkan satu sama lain, sehingga menjadi satu batang kayu yang panjang. Sambungan dapat berupa batang mendatar ataupun tegak lurus. B. Fungsi Sambungan Kayu Sambungan panjang mendatar digunakan untuk menyambungkan balok gording, balok tembok, balok bubungan dan sebagainya. Sambungan panjang tegak lurus biasanya digunakan untuk menyambung tiang-tiang kayu. C. Macam-Macam Sambungan Kayu 1. Sambungan Kayu Memanjang a. Sambungan Bibir Lurus Dada Tegak

43 b. Sambungan Bibir Lurus Dada Mring Tampak Samping dan TAmpak Atas c. Sambungan Bibir Lurus Mulut Ikan

44 d. Sambungan Bibir Lurus Berkait e. Sambungan Bibir Miring Tanpa Kait (Dada Tegak)

45 f. Sambungan Bibir Miring dengan Kait (Dada Tegak) g. Sambungan Bibir Miring Tanpa Kait (Dada Serong)

46 2. Sambungan Kayu Melebar a. Dengan Alur dan Lidah b. Dengan Alur dan Pegas (Lidah Lepas)

47 c. Dengan Alur dan Lidah yang Dilengkapi Sponning d. Dengan Alur dan Lidah yang Dilengkapi Profil Lengkap

48 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM STUDI SEMESTER WAKTU : MENGGAMBAR TEKNIK DASAR : X/TGB : GENAP/2 : 6 X 45 MENIT 1. STANDAR KOMPETENSI Menggambar Sambungan dan Hubungan Kayu 2. KOMPETENSI DASAR Menggambar Hubungan Kayu Sudut Siku Dan Sudut Miring 3. INDIKATOR Pengertian dan fungsi Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring dipahami. Syarat dan standar Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring dipahami. Tampak atas, depan dan samping digambar dengan ukuran dan skala yang benar. Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring digambar dengan ukuran dan skala yang benar. I. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah diberikan materi mengenai Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring, siswa diharapkan dapat: Menyebutkan pengertian dan fungsi Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring. Menyebutkan syarat dan standar Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring.

49 Menggambarkan Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring dengan ukuran dan skala yang benar. II. MATERI POKOK PEMBELAJARAN Memahami pengertian dan fungsi Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring. Menentukan ukuran Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring sesuai syarat dan ketentuan. Menggambar Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring. Menggambar isometri Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring. III. METODE POKOK PEMBELAJARAN Ceramah Tanya Jawab Penugasan Tutorial IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Kegiatan Awal o Apresepsi Menggali pengetahuan siswa tentang pengertian dan fungsi Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring. o Motivasi Untuk dapat menggambar Hubungan Kayu Sudut Siku dan Sudut Miring kita harus memahami ukuran standar Hubungan Kayu. Kegiatan Inti o Menyampaikan tujuan pembelajaran. o Menerangkan materi pembelajaran. o Mengadakan sesi Tanya jawab. o Menugaskan siswa untuk menggambar hubungan kayu sudut siku dan sudut miring. o Membimbing siswa dalam proses menggambar macam- macam hubungan kayu sudut siku dan sudut miring di kelas.

50 Kegiatan Akhir o Refleksi 1) Siswa mengetahui dan memahami pengertian dan fungsi hubungan kayu sudut siku dan sudut miring. 2) Siswa dapat menggambar isometric hubungan kayu sudut siku dan sudut miring. V. ALAT ATAU MEDIA PEMBELAJARAN Wall Chart Kertas gambar Pensil kayu Penggaris Penghapus Job Sheet VI. EVALUASI Tes Lisan Tes Perbuatan Penugasan VII. ALAT EVALUASI Tes Awal o Tes Lisan 1) Sebutkan pengertian dan fungsi Hubungan Kayu 2) Sebutkan mcam-macam Hubungan Kayu o Tes Perbuatan Gambarkan salah satu macam Hubungan Kayu Penugasan (Job Sheet) VIII. KUNCI JAWABAN Tes Awal o Tes Lisan 1) Hubungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling dihubungkan satu sama lain pada satu titik tertentu, sehingga

51 menjadi satu benda atau satu bagian konstruksi dalam satu bidang maupun dalam satu ruang berdimensi tiga. 2) Macam-macam Hubungan Kayu: a) Hubungan Kayu dengan Coakan ½ Lebar Kayu b) Hubungan Kayu dengan Ekor Burung c) Hubungan Kayu dengan Pen Dan Lubang d) Hubungan Kayu Lintang dengan Gigi Takik e) Hubungan Kayu Tumpang dengan Gigi o Tes Perbuatan Penugasan 4. SUMBER BELAJAR GAMBAR TEKNIK BANGUNAN (PENERBIT : ANGKASA BANDUNG, 1998) GAMBAR-GAMBAR DASAR ILMU BANGUNAN JILID I DAN II (PENERBIT : H.R SUGIHARJO BAE) ILMU BANGUNAN GEDUNG (PENERBIT : ARMICO, BANDUNG) 5. PENILAIAN NO ASPEK YANG DINILAI NILAI MAKSIMAL 1 KONSTRUKSI 40 2 PROPORSI 10 3 NOTASI, SIMBOL DAN DIMENSI 10 4 GARIS 10 5 HURUF/ANGKA 10 6 KEBERSIHAN 10 7 WAKTU 10 JUMLAH 100 NILAI PEROLEHAN

52 BAHAN AJAR A. Pengertian Hubungan Kayu Hubungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang saling dihubungkan satu sama lain pada satu titik tertentu. Sehingga menjadi satu benda atau satu bagian konstruksi pada satu bidang maupun dalam satu ruang berdimensi tiga. B. Fungsi Hubungan Kayu Menyudut Hubungan kayu menyudut banyak digunakan pada pembuatan konstruksi- rangka atap, konstruksi seperti untuk membuat ibu pintu atau kusen, daun pintu, tangga, lantai, maupun untuk konstruksi lain sesuai dengan maksudnya. C. Macam-Macamm Hubungan Kayu 1. Hubungan Kayu dengan Coakan Cara 1. Coakan ½ Tebal Kepala Terbuka (pada sudut siku) Cara 2. Coakan ½ Tebal, Kepala Tertutup (pada sudut siku)

53 2. Hubungan Kayu dengan Ekor Burung 3. Hubungan Kayu dengan Pen dan Lobang

54 4. Hubungan Tumpang dengan Gigi Cara 1. Hubungan Tumpang Gigi Tunggal Cara 2. Hubungan Tumpang Gigi Ganda dan Klos Dukung