BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup,

BAB I PENDAHULUAN. Istilah jaminan sosial muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam The

PERBEDAAN MINAT KUNJUNGAN ULANG ANTENATAL CARE PADA PASIEN BPJS DAN NON BPJS DI POLIKANDUNGAN RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sudah menjadi kodrat manusia untuk hidup dengan bersosialisasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan bukan menjadi hal baru bagi negara berkembang, salah satunya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia yang diakui oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk di Indonesia.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi. 1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Sleman

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA SOSIALISASI PP NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2012, hal I Komang Ardana, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta,

BAB II TINJAUAN UMUM. 2.1 Konsep Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan ketentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia, perlu diketahui

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

ASURANSI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. 04/01/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan. Oleh: Novijan Janis. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dalam UU nomor 40 tahun

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. I.1.1 Bentuk Usaha. BPJS Kesehatan sebagai Badan Pelaksanaan merupakan badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kesehatan fisik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

MANFAAT DALAM PENGATURAN PERPRES NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengembangan sistem sosial di masyarakat (WHO, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

Marita Ahdiyana, M. Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara. Setiap individu,

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang


UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

Transkripsi:

BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan adalah sesuatu yang pasti dijalani oleh seseorang yang terlahir di dunia ini. Hidup itu sendiri adalah hak asasi manusia, wajib dijunjung tinggi keberadaannya oleh setiap orang agar terlindungi dari gangguan lingkungan sekitarnya termasuk gangguan kesehatan. Demi kelangsungan hidup, manusia dibekali akal dan sumber daya lingkungan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk aspek kesehatan. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki keterbatasan dalam mempertahankan hidupnya, sehingga menjadi rentan terhadap gangguan kesehatan. Upaya kesehatan yang dilakukannya tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Salah satu hambatan dalam kehidupan, manusia mengalami masalah kesehatan, terkait dengan ketidakmampuan mendapatkan pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah karena adanya keterbatasan pembiayaan kesehatan yang dimilikinya. Hak hidup bagi setiap warga negara untuk kesehatan dan kesejahteraan adalah hak asasi manusia yang diakui oleh setiap negara di dunia, termasuk Indonesia. Hak asasi tersebut tercantum dalam deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948, pasal 25 Ayat (1) Suhadi, S.K.M., M.Kes 1

menyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/ duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya. Pemerintah sebagai penyelenggara negara, memiliki peran utama dalam pembangunan kesehatan, tujuan utamanya adalah memberikan perlindungan dan pemenuhan kebutuhan setiap warga negara agar tercipta derajat kesehatan masyarakat secara merata adil dan berkesinambungan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Dalam konteks pembangunan kesehatan, negara melalui pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan, yang dapat diakses oleh masyarakat. Dalam kenyataannya tidak seluruh masyarakat mampu memenuhi kebutuhannya karena adanya keterbatasan yang dimilikinya. Demikian juga peran negara mengalami keterbatasan dalam pemerataan pelayanan kesehatan sehingga tidak semua wagra negara dapat menerima pelayanan kesehatan tersebut. Adanya keterbatasan keuangan masyarakat, tidak meratanya pelayanan, sulitnya akses ke tempat pelayanan, minimnya ketersediaan fasilitas kesehatan, terbatasnya sumber daya kesehatan dan semakin berkurangnya ketersediaan dana pemerintah maka hal ini memaksa masyarakat dan pemerintah untuk mencari alternatif lain dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan, salah satunya melalui program jaminan kesehatan nasional (JKN). 2 Asuransi Kesehatan

Melihat minimnya kemampuan masyarakat dan terbatasnya dana kesehatan yang disediakan oleh negara, maka setelah berakhirnya Perang Dunia II pemerintah beberapa negara mulai melakukan rekayasa manajemen pembiayaan kesehatan melalui pengembangan asuransi kesehatan sebagai jaminan sosial bagi penduduk utamanya bagi penduduk kurang mampu untuk mencapai Universal Health Coverage. Dalam sidang ke-58 tahun 2005 di Jenewa, World Health Assembly (WHA) menggarisbawahi perlunya pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan kepada mereka terhadap risiko keuangan. WHA ke-58 mengeluarkan resolusi yang menyatakan, pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui Universal Health Coverage diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial. WHA juga menyarankan kepada WHO agar mendorong negara-negara anggota untuk mengevaluasi dampak perubahan sistem pembiayaan kesehatan terhadap pelayanan kesehatan ketika mereka bergerak menuju Universal Health Coverage. Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Suhadi, S.K.M., M.Kes 3

Saat ini pilihan jaminan kesehatan nasional yang diprogramkan oleh pemerintah sebagai jawaban atas masalah tersebut. Hadirnya asuransi kesehatan selama ini belum memberikan jaminan terpenuhinya pelayanan kesehatan, termasuk saat ini dengan adanya program jaminan kesehatan nasional yang berlaku sejak 1 Januari 2014 sebagai program nasional, masih mengalami banyak permasalahan dalam pengelolaannya. Ketidaksiapan pemerintah, masyarakat, provider, dan BPJS berakibat lahirnya masalah dalam pelayanan kesehatan. Perlunya peningkatan peran negara dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan, melalui upaya reformasi pelayanan kesehatan dan pengkajian mendalam dalam pengelolaan jaminan kesehatan nasional. Untuk mendukung pelaksanaan tersebut, Kementerian Kesehatan memberikan prioritas kepada jaminan kesehatan dalam reformasi kesehatan. Kementerian Kesehatan tengah mengupayakan suatu regulasi berupa Peraturan Menteri, yang akan menjadi payung hukum untuk mengatur antara lain pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan tingkat pertama, dan pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Peraturan Menteri juga akan mengatur jenis dan plafon harga alat bantu kesehatan dan pelayanan obat dan bahan medis habis pakai untuk peserta Jaminan Kesehatan Nasional. B. Pentingnya Jaminan Kesehatan Potensi sakit itu pasti akan dialami oleh setiap orang. Manusia di bawah tekanan alam, dalam kelangsungan hidupnya senantiasa berinteraksi dengan lingkungan 4 Asuransi Kesehatan

sekitarnya. Interaksi tersebut memungkinkan terjadinya peristiwa penularan penyakit dan gangguan kesehatan yang dapat berakibat pada kesakitan, kecatatan, bahkan kematian. Dampak lain pada kehidupan adalah hilangnya pendapatan, produktivitas, berkurangnya kesejahteraan dan ketidaknyamanan hidup. Olehnya itu setiap orang terus meningkatkan kualitas hidupnya melalui upaya kesehatan baik perorangan maupun komunitas. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi serta globalisasi maka kebutuhan akan pelayanan kesehatan juga meningkat. Hal ini ditandai dengan lahirnya temuantemuan baru teknologi kedokteran yang diperlukan dalam pengobatan dan pencegahan penyakit. Kemajuan ini akan membantu manusia mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami selama ini. Berbagai penyakit yang sulit disembuhkan, kini dengan hadirnya teknologi kesehatan menjadi lebih mudah diatasi. Penemuan dan pemanfaatan teknologi modern tidaklah mudah diciptakan, memerlukan keahlian dan biaya yang cukup tinggi dalam pengoperasiannya, hal ini menuntut ketersediaan sumber daya yang memadai baik tenaga maupun biaya. Operasionalisasi pelayanan teknologi modern masa kini belum seluruhnya dapat dimanfaatkan secara baik di pelayanan kesehatan mengingat keterbatasan dana dalam penyediaannya. Dampak pada pelayanan kesehatan adalah mengurangi akses pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan tersebut hanya dinikmati sebagian orang yang memiliki kemampuan dari segi finansial, sementara masyarakat miskin dan tidak mampu, terus jauh dari pelayanan kesehatan. Demikian pula reformasi pelayanan kesehatan, menuntut pelaku kesehatan dan pemerintah untuk menata Suhadi, S.K.M., M.Kes 5

ulang pelayanan kesehatan yang ditawarkan kepada customer. Lahirnya reformasi pelayanan kesehatan salah satunya didasari oleh peningkatan peran negara dan masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Peran negara dituntut lebih optimal dalam regulasi dan pembiayaan kesehatan agar tercipta keadilan, kesinambungan dan akses pelayanan yang bermutu dan dapat diterima oleh masyarakat. Peran masyarakat juga dituntut untuk mendukung jaminan kesehatan melalui kepesertaan wajib dan memenuhi kewajiban membayar iuran jaminan kesehatan nasional. Hal ini akan mendorong keterpaduan dan ketersediaan pembiayaan kesehatan secara menyeluruh, sehingga pelayanan kesehatan di masa datang tetap terus dilakukan. Dengan lahirnya kebijakan JKN akan memberikan manfaat di antaranya sebagai berikut. Pertama, memberikan manfaat yang komprehensif dengan premi terjangkau. Kedua, asuransi kesehatan sosial menerapkan prinsip kendali biaya dan mutu. Itu berarti peserta bisa mendapatkan pelayanan bermutu memadai dengan biaya yang wajar dan terkendali, bukan terserah dokter atau terserah rumah sakit. Ketiga, asuransi kesehatan sosial menjamin sustainabilitas (kepastian pembiayaan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan). Keempat, asuransi kesehatan sosial memiliki portabilitas, sehingga dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, untuk melindungi seluruh warga, kepesertaan asuransi kesehatan sosial/jkn bersifat wajib. 6 Asuransi Kesehatan

C. Peraturan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan merupakan salah satu dari 5 (lima) jaminan sosial seperti yang diamanatkan Undang- Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jaminan Kesehatan tersebut dinamakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebagaimana amanat Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Berikut adalah daftar peraturan perundangan yang menjadi acuan dalam pelaksanaan JKN: 1. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) 2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 3. Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan 4. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan 5. Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan 6. Peraturan Presiden No. 107 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu Berkaitan dengan Operasional Kementerian Pertahanan, TNI, dan POLRI. 7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional Suhadi, S.K.M., M.Kes 7

8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 69 Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan 9. Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan 10. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI No. HK/ Menkes/31/I/2014 tentang Pelaksanaan Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan 11. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI No. HK/ Menkes/32/I/2014 tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. 8 Asuransi Kesehatan

BAB 2 Konsep Asuransi Kesehatan A. Sejarah Asuransi Kesehatan di Indonesia Bila kita berpijak dari catatan sejarah pembangunan asuransi kesehatan di Indonesia, maka sesungguhnya perjalanan penyelenggaraan asuransi di dunia termasuk di Indonesia sudah cukup tua. Di Indonesia sendiri perjalanan asuransi masih tergolong muda dibanding dengan beberapa negara lain di dunia. Pada dasarnya penyelenggaraan asuransi itu setua peradaban manusia di dunia. Lahirnya asuransi dalam perspektif sejarah dimulai karena adanya keterbatasan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara perorangan maupun kelompok. Keterbatasan yang dimaksud adalah lemahnya kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dan terbatasnya dana kesehatan yang disediakan oleh pemerintah. Dalam perjalanan pembangunan asuransi kesehatan di Indonesia dapat dilihat dari upaya perasuransian kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Seperti yang ditulis oleh Thabrany, (2012) yang mengatakan bahwa, sesungguhnya Pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan prinsip asuransi sejak tahun 1947. Pada waktu itu pemerintah mewajibkan semua perusahaan untuk mengasuransikan karyawannya terhadap Suhadi, S.K.M., M.Kes 9

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Setelah kestabilan politik relatif tercapai, di tahun 1960 pemerintah mencoba memperkenalkan lagi konsep asuransi kesehatan melalui Undang-Undang Pokok Kesehatan Tahun 1960 yang meminta pemerintah mengembangkan dana sakit dengan tujuan untuk menyediakan akses pelayanan kesehatan untuk seluruh rakyat. Lebih lanjut Thabrany mengatakan bahwa pada tahun 1967, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) mengeluarkan Surat Keputusan untuk mendirikan dana mirip dengan konsep Health Maintenance Organization (HMO) atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang berkembang kemudian guna mewujudkan amanat undang-undang kesehatan tahun 1960 tersebut. Dari catatan PT Askes (Persero) sejarah singkat penyelenggaraan program asuransi kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut: (www.taspen.com) Tahun 1968: Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negeri dan penerima pensiun (PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk badan khusus di lingkungan Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), di mana oleh Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai embrio asuransi kesehatan nasional. Tahun 1984: Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi peserta dan agar dapat 10 Asuransi Kesehatan