BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk pengenalan ekspresi wajah diantara metode Non Negative Matrix

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENELITIAN. David PROGRAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi

BAB 3 METODOLOGI. melakukan pengamatan dan analisis dari gambar yang didapat. Untuk bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA PADA MAMMOGRAM MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI CURVELET DAN CBIR

BAB IV PEMBAHASAN. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function

BAB IV PEMBAHASAN. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra Foto Rontgen Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

LAPORAN SKRIPSI DETEKSI KANKER OTAK PADA DATA MRI MELALUI JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN EKSTRAKSI FITUR DISCRETE WAVELET TRANSFORM

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rancangan antarmuka (interface) program terdiri dari form cover, form

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. kanker payudara apakah tergolong normal atau abnormal (benign atau malignant)

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder berupa citra Magnetic Resonansi Image (MRI) yang diperoleh dari

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACK-PROPAGATION

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. saham harus memperhatikan dengan baik keadaan ekonomi yang sedang berlangsung.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

PENGEMBANGAN SISTEM PENGENALAN EKSPRESI WAJAH MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (STUDI KASUS PADA DATABASE MUG)

BAB III PEMBAHASAN. arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM PASCA SARJANA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO ELEKTRONIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

BAB III METODE PENELITIAN

PENGENALAN TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI WAVELET TRANSFORM DARI PROJECTION PROFILE

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: b. Memori : 8192 MB. c. Sistem Model : Lenovo G40-45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning

Perbandingan 5 Algoritma Data Mining untuk Klasifikasi Data Peserta Didik

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004/2005

SISTEM DIAGNOSIS MAMMOGRAM DIJITAL BERBANTUKAN KOMPUTER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK EKSTRAKSI FITUR DAN SUPPORT VECTOR MACHINES

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dengan sejumlah pendekatan selama bertahun-tahun. Klasifikasi

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang !! "(!

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

(Adaptive Neuro- akurasi 58,33% untuk 9 kelas output

Pengenalan Aksara Lampung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN DTCWT DAN NMF PADA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EUCLIDEAN DISTANCE

Oleh : Alif Tober Rachmawati

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

1. Pendahuluan Perumusan Masalah Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra

Klasifikasi Massa pada Citra Mammogram Berdasarkan Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM)

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Rancangan Program Pemilihan Metode. Dalam perancangan program mammogram, telah ditemukan banyak

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMEN INVARIAN DAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam hal ini

Akurasi. Perangkat Lunak: Sistem operasi: Windows Vista Home Premium Aplikasi pemrograman: Matlab 7.0

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE

Perbandingan Akurasi Backpropagation Neural Network dan ANFIS Untuk Memprediksi Cuaca

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak kemungkinan tulisan dengan huruf yang khas mempunyai histories

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ALGORITMA C4.5 BERBASIS FORWARD SELECTION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIANPUSTAKA

BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

SNIPTEK 2014 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

Gambar 6 Kenampakan pada citra Google Earth.

KOMPARASI ALGORITMA NAÏVE BAYES DAN K- NEAREST NEIGHBOR UNTUK DETEKSI KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Identifikasi Abnormalitas Paru-Paru Pada Citra Foto Thorax (Chest X-Ray) menggunakan Metode Wavelet Daubechies dan Jaringan Syaraf Tiruan

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jaringan ikat pada payudara. Terdapat beberapa jenis kanker payudara antara lain

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMENT INVARIANT DAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Eksperimen Pada penelitian ini dilakukan eksperimen sebanyak dua kali. Eksperimen pertama dilakukan untuk menguji keberhasilan klasifikasi ROI ke dalam jenis keabnormalan, yaitu benign dan malignant.eksperimen kedua dilakukan untuk menguji keberhasilan ke dalam jenis dan struktur keabnormalan, yaitu Calcification, Welldefined/circumscribed masses, Other,ill-defined masses, dan Asymmetry. Bagian ini akan membahas hasil yang diperoleh, baik dalam fase offline, maupun dalam fase online, disertai dengan pembahasan pada eksperimen tersebut. 4.1.1 Fase Offline Fase Offline terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap pelatihan (training) dan tahap validasi.jaringang NN yang digunakan terdiri dari 2 jenis, yaitu NN untuk klasifikasi benign dan malignant, dan NN untuk klasifikasi kombinasi struktur keabnormalan.tahap pelatihan ditujukan untuk memberikan data-data yang ada kepada NN sebagai sampel yang akan digunakan NN untuk melakukan proses pelatihan untuk mendapatkan jaringan yang sesuai dengan klasifikasi. Sedangkan tahap validasi digunakan untuk mendapatkan konstanta yang optimal untuk melakukan klasifikasi. Konstanta yang digunakan untuk validasi terdiri dari 5 35

36 komponen, yaitu jumlah hidden layer yang digunakan, jumlah hidden note pada setiap layer, tingkat dekomposisi dan jenis filter yang digunakan oleh DTCWT. Pada eksperimen pertama, tahap validasi menunjukan hasil yang optimal didapat dengan konstanta berikut: Jumlah hidden layer : 1 Jumlah hidden note : 5 Tingkat dekomposisi : 2 Filter tingkat pertama : near-symmetric panjang 5,7 Filter tingkat kedua : q-shift panjang 10,10 Selain penggunaan kombinasi konstanta tersebut, hasil paling optimal juga didapat dengan mengkombinasikan mean, deviasi standar, variance, dan entropy untuk merangkum hasil pemfilteran DTCWT. Penggunaan kombinasi tersebut akan menghasilkan 48 fitur, yang terdiri dari 6 fitur berupa mean, 6 fitur berupa deviasi standar, 6 fitur berupa variance, dan 6 fitur berupa entropy untuk setiap orientasi, dan setiap jenis fitur tersebut dimiliki oleh setiap tingkat dekomposisi, yaitu dekomposisi tingkat 1 dan dekomposisi tingkat 2.

37 Gambar 4.1 Confusion Matrix untuk tahap pelatihan Gambar 4.1 menunjukkan hasil pelatihan menggunakan NN.Angka 1 menunjukkan class benign, dan angka 2 menunjukan class malignant. Dari total keseluruhan 50 gambar yang digunakan sebagai pelatihan, 45 gambar berhasil diklasifikasi dengan benar, akhirnya diperoleh tingkat keakuratan sebesar 90%. Pada eksperimen kedua, hasil optimal didapat dengan konstanta berikut: Jumlah hidden layer : 2 Jumlah hidden node pertama : 11 Jumlah hidden node kedua : 5 Filter tingkat pertama : near-symmetric panjang 5,7 Filter tingkat kedua : q-shift panjang 10,10

38 Fitur yang digunakan pada eksperimen kedua sama dengan eksperimen pertama, yaitu menggunakan kombinasi mean, deviasi standar, variance, dan entropy. 4.1.2 Fase Online Pada fase online, eksperimen dilakukan dnengan menginput satu per satu data pengujian ke dalam sistem berbasis DT CWT dan NN yang telah dilatih sebelumnya. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan konstanta yang sama, yaitu pada tahap pelatihan. Pada eksperimen pertama, 24 dari 26 kasus benign dan 18 dari 19 kasus malignant berhasil diklasifikasi dengan benar pada fase online. Berdasarkan pada hasil ini, maka tingkat keakuratan yang diperoleh sebesar 93.33%. Tabel 4.1 Hasil Klasifikasi pada eksperimen pertama Jenis Keabnormalan Hasil Total Benign 24 26 Malignant 18 19 Pada eksperimen kedua, 13 dari 45 kasus berhasil diklasifikasi dengan benar, dan tingkat keakuratan yang diperoleh sebesar 28.88%.

39 Tabel 4.2 Hasil Klasifikasi pada eksperimen kedua Kelas Jenis Keabnormalan Struktur Keabnormalan Hasil Total Kelas 1 Benign Calcification 0 8 Kelas 2 Benign Well-defined/ circumscribed 9 9 masses Kelas 3 Benign Asymmetry 0 4 Kelas 4 Benign Other,ill-defined masses 0 5 Kelas 5 Malignant Calcification 1 6 Kelas 6 Malignant Well-defined/ circumscribed 3 3 masses Kelas 7 Malignant Asymmetry 0 4 Kelas 8 Malignant Other,ill-defined masses 0 6 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Eksperimen yang dilakukan pada akhirnya memberikan hasil yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan metodologi. Metodologi yang diusulkan berhasil memperoleh tingkat keakuratan sebesar 93.33% untuk kasus klasifikasi jenis kanker, yaitu benign dan malignant. Pada eksperimen pertama, percobaan yang dilakukan adalah dengan mengkombinasikan jenis koefisien yang akan digunakan sebagai input ke NN. Koefisien yang digunakan untuk percobaan terdiri dari empat jenis, yaitu mean, deviasi standar, variance, dan entropy. Selain empat jenis koefisien, percobaan juga dilakukan dengan mengkombinasikan beberapaa jenis koefisien sebagai input. Data tingkat keakuratan klasifikasi jenis kanker dengan satu jenis koefisien dapat dilihat pada gambar berikut:

40 80 75 Akurasi (%) 70 65 60 55 50 1 2 3 4 5 6 7 8 Percobaan ke Mean Deviasi Standar Variance Entropy Gambar 4.2 Perbandingan akurasi menggunakan satu jenis koefisien Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa koefisien yang menghasilkan akurasi terbaik adalah menggunakan koefisien entropy.setelah itu diikuti dengan koefisien variance. Hasil terburuk didapat dengan koefisien mean. Dari hasil diatas, percobaan kembali dilakukan dengan menggabungkan beberapa koefisien seperti menggabungkan dua, tiga, atau empat koefisien. Hasil terbaik didapatkan dengan menggabungkan empat koefisien yaitu mean, deviasi standar, variance, dan entropy. Data tingkat keakuratan dengan tiga dan empat koefisien dapat dilihat pada gambar berikut:

41 Akurasi (%) 95 90 85 80 75 70 65 60 1 2 3 4 5 6 7 8 Percobaan ke Mean, Deviasi Standar, Variance Mean, Standar Deviasi, Entropy Mean, Variance, Entropy Deviasi Standar, Variance, Entropy Mean, Deviasi Standar, Variance, Entropy Gambar 4.3 Perbandingan akurasi menggunakan tiga dan empat jenis koefisien Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dengan mengkombinasikan empat jenis koefisien dapat dihasilkan akurasi yang baik (diatas 90%).Dan entropy mempunyai peran besar dalam klasifikasi jenis kanker. Hal ini dapat dilihat dari percobaan yang menggunakan tiga jenis koefisien, yaitu mean, deviasi standar, dan variance. Akurasi yang dihasilkan oleh tiga kombinasi tersebut tergolong rendah (di bawah 80%). Setelah mendapat kombinasi yang terbaik, eksperimen berikutnya adalah menentukan arsitektur NN yang optimal. Pada eksperimen ini, dengan menggunakan koefisien yang sama, yaitu mean, deviasi standar, variance, dan entropy percobaan training dan testing akan dilakukan

42 berulang dengan menggunakan hidden node yang digunakan. Jumlah hidden layer yang digunakan adalah satu hidden layer. 95 90 Akurasi (%) 85 80 75 DWT DT CWT 70 2 5 8 11 14 17 20 23 26 29 Jumlah Node Gambar 4.4 Perbandingan akurasi menggunakan satu hidden layer Pada gambar diatas, dapat dilihat bahwa DWT mendapat akurasi tertinggi dengan menggunakan dua hidden node (88.89%). DT CWT memperoleh akurasi terbaik dengan menggunakan lima hidden node (93.33%). Hal ini diperoleh karena DWT hanya menggunakan 24 fitur sebagai input, sedangkan DT CWT menggunakan 48 fitur sebagai input. Dengan jumlah input yang berbeda, maka jumlah hidden node yang digunakan juga berbeda. Dari gambar diatas dapat juga dilihat bahwa akurasi yang dihasilkan oleh DWT dan DT CWT memperoleh hasil yang stabil pada hidden node 14. Penelitian yang dilakukan oleh Manimegalai.P (2012) mengenai klasifikasi benign dan malignant.penelitian tersebut menggunakan DWT

43 sebagai metode untuk ekstraksi fitur dan Neural Network sebagai classifier. Koefisien yang digunakan pada penelitian tersebut adalah mean, standar deviasi, variance, dan entropy. Penelitian tersebut menghasilkan akurasi sebesar 90%.Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Tirtajaya, A (2010) menghasilkan akurasi 88.64%.Penelitian tersebut menggunakan DTCWT sebagai metode ekstraksi fitur dan SVM sebagai classifier. Sedangkan koefisien yang digunakan hanya mean, dan standar deviasi. Dari hasil akurasi diatas dapat dilihat bahwa penggabungan antara DTCWT sebagai metode ekstraksi fitur serta Neural Network sebagai classifier menghasilkan akurasi yang paling besar dibandingkan dengan metode pembanding. Pada eksperimen kedua, percobaan dilakukan dengan melakukan perbandingan penggunaan DT CWT sebagai ekstraksi fitur dengan DWT. Koefisien yang digunakan menggunakan mean, deviasi standar, variance, dan entropy. Percobaan dilakukan sebanyak empat kali dengan menggunakan kombinasi dua hidden layer dan menggunakan jumlah node sebanyak dua dan lima untuk masing-masing hidden layer. Angka ini dipilih karena pada kasus benign dan malignant, angka tersebut menghasilkan akurasi yang terbaik dari kedua metode tersebut.

44 Akurasi (%) 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2 5 8 11 14 17 20 23 26 29 Jumlah Node layer kedua DWT DT CWT Gambar 4.5 Perbandingan DWT dan DT CWT dengan 2 node pada layer pertama Pada gambar diatas terlihat bahwa secara keseluruhan DT CWT menghasilkan tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan DWT. Persentase akurasi pada DT CWT dan DWT mengalami penurunan ketika node berjumlah > 11. Dan persentase akurasi mencapai tingkat stabil ketika node berjumlah lebih dari 17. Percobaan berikutnya menggunakan dua hidden layer dengan lima jumlah node pada hidden layer pertama. Percobaan yang dilakukan sama dengan percobaan sebelumnya, dimana jumlah node yang digunakan sama dengan percobaan sebelumnya.

45 25 20 Akurasi (%) 15 10 5 0 2 5 8 11 14 17 20 23 26 29 Jumlah Node layer kedua DWT DT CWT Gambar 4.6 Perbandingan DWT dan DT CWT dengan 5 node pada layer pertama Pada gambar diatas dapat terlihat bahwa akurasi yang diperoleh DT CWT lebih baik dibandingkan dengan DWT. Tingkat akurasi tertinggi dihasilkan oleh DT CWT menggunakan jumlah node <= 11 pada hidden layer kedua. Secara keseluruhan, DT CWT dan DWT menghasilkan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan percobaan sebelumnya yang menggunakan dua hidden layer dengan 2 node pada hidden layer pertama dan 5 node pada hidden layer kedua. Percobaan berikutnya menggunakan dua hidden layer dengan dua node pada hidden layer kedua.hidden layer pertama diubah untuk mendapatkan tingkat akurasi terbaik.

46 30 25 Akurasi (%) 20 15 10 5 0 2 5 8 11 14 17 20 23 26 29 Jumlah Node layer kedua DWT DT CWT Gambar 4.7 Perbandingan DWT dan DT CWT dengan dua node pada hidden layer kedua Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan yang signifikan pada DT CWT dan DWT. Akurasi tertinggi pada DT CWT diperoleh dengan menggunakan jumlah node <= 5. DT CWT mengalami kenaikan akurasi dibandingkan dengan menggunakan nilai yang konstan untuk hidden layer pertama. Pada percobaan berikutnya, arsitektur NN menggunakan dua hidden layer dengan lima node pada hidden layer kedua.

47 35 30 25 Akurasi (%) 20 15 10 5 0 2 5 8 11 14 17 20 23 26 29 Hidden Node Layer pertama DWT DT CWT Gambar 4.8 Perbandingan akurasi menggunakan DT CWT dan DWT dengan 5 hidden node pada hidden layer kedua Pada gambar diatas dapat bahwa tingkat akurasi yang dihasilkan oleh DT CWT lebih baik dibandingkan dengan DWT. 13 dari 45 kasus berhasil diklasifikasi dengan benar menggunakan DT CWT sehingga tingkat akurasi yang diperoleh sebesar 28.89%. DT CWT menghasilkan tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan DWT. Hal ini disebabkan karena hasil ekstraksi fitur menggunakan DT CWT menghasilkan 6 matriks dengan orientasi arah yang berbeda-beda, sehingga informasi yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan DWT yang hanya menghasilkan 3 matriks pada setiap tingkat dekomposisi. Pada praktiknya di lapangan, klasifikasi terhadap kasus benign dan malignant dilakukan dengan mengamati bagian yang dinyatakan kanker.hal ini berarti terdapat perbedaan-perbedaan pada kasus benign

48 dan malignant secara visual. DT CWT dapat mereplikasi mata manusia dalam membedakan citra dengan cara membagi citra menjadi beberapa bagian. Hasil dari pembagian tersebut kemudian dimaukkan ke dalam NN.NN mampu membedakan kasus berupa benign dan malignant dengan baik.metodologi yang diusulkan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alolfe. M. A, et al (2008) dimana penelitian sebelumnya berhasil memperoleh hasil sebesar 75%. Hasil tersebut juga lebih baik dibandingkan dengan paper yang dibuat oleh Yusof.N, et al (2007).Paper tersebut membandingkan beberapa metode dengan berbagai classifier.dengan menggunakan wavelet sebagai ekstraksi fitur dan ANFIS sebagai classfier, hasil keakuratan yang diperoleh sebesar 87.5%. Sedangkan dengan menggunakan shape feature sebagai fitur dan NN sebagai classifier, hasil yang diperoleh adalah 88.9%. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa metodologi yang diusulkan memperoleh hasil yang lebih baik.