BAB V KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lapas Kelas I A Kedungpane

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

LEMBAGA SITE PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II A MALANG T E M A METAMORFOSIS KONSEP K O N S E P

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus. Tamanan Kota Kediri mencangkup tiga aspek yaitu:

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB 5 Konsep Perancangan

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Berdasarkan dari tema yang di angkat yaitu Green Architecture maka

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

DESKRIPSI OBJEK STUDI

Tabel 5.1 Perhitungan Besaran Program Ruang Gelanggang a. Pengelola. No Ruang Kapasitas Standar Ruang Luas Ruang Sumber

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Batu adala Trade Eco Tourism (TET). Trade Eco Tourism (TET) market merupakan

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

Lokasi terpilih sebagai lokasi perencanaan dan perancangan bangunan

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGOMPOSAN SAMPAH

Konsep Penataan Massa

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

Transkripsi:

BAB V KONSEP PERANCANGAN A. Pendekatan Pola Pembinaan Feninim Terjadinya perubahan perlakuan yang dijalani oleh para narapidana dalam penjara merupakan suatu kejadian yang kemudian disintesiskan kembali menjadi suatu bentuk baru sebuah yaitu konsep Pemasyarakatan. Metoda penghukuman yang telah beralih tersebut menjasi suatu bentuk konsep beru yang dapat ditinjau guna menyempurnakan kembali konsep Pemasyarakatan yang telah ada dan berjalan sebelumnya. Gambar 5.1 Jenis Metoda Hukuman Narapidana dulu dan Sekarang Lembaga yang menjalankan konsep pemasyarakatan adalah Lembaga Pemasyarakatan. Bangunan Lembaga Pemasyarakatan Wanita merupakan suatu bentuk penyempurnaan dan pemenuhan kebutuhan narapidana wanita yang salah satunya terdapat pada area Provinsi D.I. Yogyakarta. Dengan terbentuknya suatu bentuk program ruang dan fasilitas penunjang tambahan baru diharapkan dapat mampu untuk memenuhi, mewadahi dan menunjang proses pembinaan narapidana agar dapat berjalan dengan lebih maksimal. 66

Unsur feminisme merupakan suatu kunci serta faktor utama dari pengoptimalan jalannya pembinaan pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita yang selama ini belum banyak dipertimbangkan. Dengan menggabungkan pola pembinaan dengan konsep pemasyarakatan yang telah ada dan unsur feminisme sebagai karakteristik dasar dari seorang wanita diharapkan dapat muncul suatu konsep baru yang dapat menjadi penyempurnaan atas pola pembinaan yang telah ada sebelumnya. Gambar 5.2 Feminisme pada Narapidana Wanita Unsur feminise yang dilibatkan dalam konsep feminisme merupakan karakteristik dasar seorang wanita yang estetis, sensitif, dinamis dan lembut yang dipadukan dengan berbagai macam aktivitas harian yang biasa dilakukan oleh para wanita. Dari percampuran unsur feminisme dan konsep pembinaan tersebut akan muncul suatu konsep baru yang dapat diterapkan tidak hanya pada bangunan Lembaga Pemasyarakatan Wanita D.I.Yogyakarta sendiri namun juga dapat diaplikasikan sebagai dasar pengembangan Lembaga Pemasyarakatan Wanita pada propinsi lainnya. 67

B. Konsep Perancangan Konsep perancangan Lembaga Pemasyarakatan Wanita di Yogyakarta ini adalah Lembaga Pemasyarakatan yang tanggap akan kebutuhan Narapidana Wanita sebagai penyempurnaan dari tipologi bangunan Lembaga Pemasyarakatan Wanita yang telah ada sebelumnya. Sebagai dasar pendekatan penyusunan konsep Lembaga Pemasyarakatan Wanita yang akan digunakan bagi wilayah D.I.Yogyakarta dan sekitarnya ini berdasarkan pada karakteristik dasar seorang wanita yang kemudian diaplikasikan pada konsep pola pembinaan dan aplikasi pada bangunan. Secara skematik konsep Lembaga Pemasyarakatan Wanita Yogyakarta disampaikan pada gambaran konsep dibawah ini. Gambar 5.3 Konsep Lembaga Pemasyarakatan Wanita 68

1. Sirkulasi dan Orientasi Bangunan Gambar 5.4 Konsep Sirkulasi dan Orientasi Bangunan Sebagai bangunan yang memiliki fungsi publik dan dapat diakses oleh masyarakat umum maka pengaturan sirkulasi bangunan harus diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi penumpukan serta percampuran antar pengguna bangunan, sehingga sirkulasi bangunan yang dinilai ideal untuk digunakan adalah jenis sirkulasi dengan 2 jalur yang memisahkan antara sirkulasi masuk dan keluar bangunan. Bangunan Lembaga Pemasyarakatan merupakan bangunan formal milik pemerintah yang dimanfaatkan oleh masyarakata umum sehingga arah orientasi bangunan yang dinilai ideal adalah orientasi langsung menuju bangunan dari arah jalan raya. Dengan area muka bangunan yang langsung terekspose menghadap jalan raya dapat bermanfaat pada akses menuju bangunan yang menjadi cukup mudah dijangkau karena entrance bangunan dapat langsung diketahui oleh masyarakat umum. 69

2. Tata Parkir dan Entrance Bangunan Gambar 5.5 Konsep Tata Parkir dan Entrance Bangunan Konsep tata parkir yang digunakan adalah area parkir yang menyebar. Dengan efektifitas yang baik karena area parkir dibagi menjadi 2 area, konsep ini juga memininalisir adanya percampuran area parkir antara petugas dan masyarakat umum pengunjung Lembaga Pemasyarakatan. Konsep entrance bangunan menggunakan 2 buah entrance. Tersedianya 2 buah entrance tempat berlangsungnya sirkulasi keluar masuk bangunan dinilai cukup efisien. Kemanan dibagi menjadi 2 area yang kebih terpusat pada jalur entrance masyarakat umum dan petugas karena memiliki sirkulasi kepadatan yang lebih tinggi. Untuk jalur entrance lain lain merupakan jalur sirkulasi keluar masuk yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan, baik untuk keadaan darurat serta sirkulasi kendaraan tertentu yang dibutuhkan area dalam bangunan. 70

3. Tata Landscape Gambar 5.6 Konsep Zonasi dan Vegetasi Zonasi bangunan adalah membagi 3 jenis zonasi bagunan yang disusun secara tertentu dan meletakkan zona semi privat dibagi menjadi 2 bagian pada area tengah bangunan. Ruang terbuka dan vegetasi dapat digunakan sebagai penyamar untuk menutupi area privat agar tidak dapat dilihat dan diakses oleh masyarakat umum. Kesan ruang yang didapatkan oleh para penghuni area privat sangat baik karena ada ruang terbuka yang cukup besar pada area depan zona privat. Selain itu adanya area vegetasi dan ruang terbuka yang berada pada bagian tengah bangunan dapat menjadi salah satu fasilitas dari aktivitas dan kegiatan sosial dari narapidana wanita yang kegiatan sosialnya cenderung lebih tinggi dibanding dengan narapidana laki-laki. Untuk penempatan area privat dipisahkan pada bagian paling belakang dari bangunan atas pertimbangan keamanan yang dapat lebih maksimal dan memiliki privasi yang tinggi. Konsep vegetasi yang digunakan adalah jenis vegetasi tanaman penutup tanah dengan ketinggian hingga 30cm, semak atau perdu dengan jenis pendek (30cm-1m) dan sedang (1m-2m), pohon dengan jenis pendek (2,5m-5m). Pada zona publik menggunakan jenis tanaman pohon yang dapat digunakan sebagai elemen dekorasi bangunan serta peneduh area parkir. Untuk area antara zona publik dan semi privat menggunakan jenis tanaman perdu dan pohon yang berfungsi sebagai penyamar, pembentuk serta pembatas ruang yang ada. 71

Sedangkan untuk area zona privat menggunakan jenis tanaman penutup tanah dan perdu karena pertimbangan segi keamanan, tanaman juga dapat memberikan efek relaksasi dan dekorasi, serta jenis tanaman yang digunakan adalah jenis tanaman yang bisa menjadi sumber daya dan dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang dari para narapidana. Contoh tanaman yang dapat digunakan seperti dibawah ini. Tabel 5.1 Jenis Vegetasi Lembaga Pemasyarakatan Jenis Contoh Keterangan Pohon Gambar 5.7 Contoh Pohon 1 Sumber:http://helmutsimamorainfo.blogspot. com/ 2013/06/ belajar-tentang-pertimbanganilmiah.html diakses pada 19 April 2014 Gambar 5.8 Contoh Pohon 2 Sumber:http://koffieverkeerdblog.blogspot. com/ 2013/07/gadis-pemungut-kamboja.html diakses pada 19 April 2014 Jenis pohon yang digunakan pada area publik dapat berupa poho hingga ukuran sedang seperti pohon casia, pohon bunga kupu-kupu, pohon kamboja, bambu kuning, dan sebagainya. Sedangkan untuk pohon yang diletakkan pada area dalam bangunan terutama yang digunakan sebagai penyamar bangunan diletakkan dengan jarak tertentu dan tidak terlalu rapat agar tidak menghalangi pandangan dari sisi keamanan Lembaga Pemasyarakatan, serta ukuran pohon harus lebih termasuk pada pohon berukuran kecil. Gambar 5.9 Contoh Pohon 3 Sumber : http://www.berkahtaman.com/2013/06/pohon-bambu-kuningbambu-panda-bambu.html diakses pada 19 April 2014 72

Tabel 5.1 Jenis Vegetasi Lembaga Pemasyarakatan (Lanjutan) Jenis Contoh Keterangan Perdu Gambar 5.10 Contoh Perdu 1 Sumber: http://www.iwan82.com/sandiego hills-semiprivate diakses pada 19 April 2014 Vegetasi perdu dapat diletakkan pada zona publik sebagai pagar bangunan dan elemen dekorasi, serta pada zona semi privat sebagai pembatas dan penyamar zonasi didalam bangunan. Jenis tanaman yang digunakan adalah jenis perdu yang memiliki berbagai macam jenis warna ataupun bunga seperti teh-tehan, bunga soka, bunga sepatu dan sebagainya.. Penutup Tanah Tanaman Rambat Gambar 5.11 Contoh Perdu 2 Sumber: http://properti.kompas.com/read/2011 /12 /20/11511535/Lebih.Hidup.dan.Lembut. dengan.pagar.hidup diakses pada 19 April 2014 Gambar 5.12 Contoh Penutup Tanah 1 Sumber: http://choutib.blogspot.com/2014/ 01/berbagai-jenis-tanaman-hias-menurut.html diakses pada 19 April 2014 Gambar 5.13 Contoh Penutup Tanah 2 Sumber: http://bayamorganik.blogspot.com/ 2013/05/teknis- budidaya-tanaman-kacangpanjang.html diakses pada 19 April 2014 Pada area zona prvat tanaman yang digunakan adalah tanaman penutup tanah atas pertimbangan dari segi keamanan. Jenis tanaman yang digunakan dapat berupa tanaman toga, bunga-bungaan serta sayuran yang juga dapat menjadi sarana ketrampilan bagi para narapidana. Tanaman rambat merupakan tanaman selingan yang juga ditaman pada area zona privat. Contoh tanaman yang dapat diaplikasikan adalah tanaman sayur-sayuran, kacang-kacangan dan buahbuahan seperti kacang panjang, buncis, timun, pare, kacang ijo, melon, blewah, dan sebagainya. 73

Jenis tanaman yang digunakan adalah jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan dan dibudidayakan oleh penghuni Lembaga Pemasyarakatan terutama narapidana. Selain itu tanaman yang digunakan tidak hanya mempertimbangkan unsur fungsional saja namun juga memperhatikan aspek estetika bangunan agar bangunan lebih tercermin sebagai bangunan yang feminin. 4. Bentukan Bangunan Konsep bentukan bangunan yag digunakan adalah gabungan dari berbagai macam bentukan geometri. Konsep ini dapat menghasilkan pengalaman ruang sangat kaya, menarik dan tidak membosankan. Bangunan Lembaga Pemasyarakatan merupakan bangunan yang terdiri atas beberapa massa bangunan yang terdapat dalam suatu lingkungan sehingga penggunaan jenis massa dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesan ruang yang akan diciptakan pada bangunan. Kecenderungan bentukan bangunan yang digunakan langsung oleh para narapidana adalah bangunan yang cenderung memiliki bentukan lengkung dan asimetris sesuai dengan kepribadian wanita yang dinamis dan tidak kaku. Sedangkan untuk bangunan kantor dan penunjang bangunan dapat menggunakan bangunan geometri agar tetap tercita kesan formal dan kaku karena fungsi bangunan yang merupakan bangunan formal milik pemerintah. Gambar 5.8 Konsep Bentuk Bangunan 74

5. Tata Massa, Ruang dan Bangunan Bangunan Lembaga Pemasyarakatan merupakan bangunan yang terdiri atas berbagai macam bangunan yang dipisahkan dan ditempakan pada gedung gedung tersendiri yang kemudian disatukan dan dibangun pada lahan tertentu, sehingga tata massa yang dibutuhkan adalah gabungan berbagai jenis tata massa. Konsep ini memiliki bentukan bangunan yang dinamis karena memiliki bentukan tata massa yang beragam, selain itu terdapat ruang terbuka hijau yang dapat menghasilkan banyak ruang pemicu interaksi sosial antar pengguna bangunan. Untuk massa pada bangunan kantor yang termasuk pada zona publik maupun semi privat menggunakan massa 2 lantai sebagai tambahan penyamar bangunan privat Lembaga Pemasyarakatan, sedangkan untuk bangunan hunian narapidana sesuai dengan Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia No.M.01.PR.01.01 Tahun 2003 tentang Pola Bangunan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan Pasal 14 ayat 1b penataan blok memperhatikan aspek keamanan yang optimal dengan pengelompokkan bangunan membentuk huruf U dengan areal terbuka pada bagian tengahnya. Gambar 5.14 Konsep Tata Massa Bangunan Peletakan zonasi ruang mengacu kepada konsep pengaturan zonasi bangunan yang telah ada. Stelah ruang ruang ditempatkan sesuai zonasi bangunan, ruang kembali dipisahkan sesuai dengan kebutuhan, tingkat keamanan, dan jenis kegiatan yang terjadi pada aktivitas ruang. Pada area 75

depan yaitu pada bagian kantor zonasi dibagi menjadi 2 bagian yang penerapannya pada bangunan dapat dituangkan kedalam suatu bentuk bangunan 2 lantai karena aktivitas kantor saling berkaitan, berbeda dengan zona pembinaan dan penunjang yang terbagi menjadi 2 yang saling dipisahkan dengan penempatan lapangan pada bagian tengah. Pusat aktivitas terjadi pada area portir yang menjadi tempat pemeriksaan keamanan terhadap seluruh sirkulasi keluar dan masuk kedalam bangunan. Gambar 5.15 Zonasi Ruang Gambar 5.16 Tata Sirkulasi Antar Ruang dan Bangunan 76

6. Warna dan Material Bangunan Konsep warna dan material yang digunakan adalah warna pastel yang disesuaikan dengan jenis ruang dan kebutuhan yang ada pada bangunan. Penggunaan warna pastel sebagai salah satu aplikasi konsep feminisme pada bangunan dimana warna warna yang cocok dengan kepribadian seorang wanita adalah jenis jenis warna pastel. Jenis warna dasar dan material yang akan diaplikasikan pada bangunan disampaikan pada tabel dibawah ini. Tabel 5.2 Warna dan Material Bangunan Lembaga Pemayarakatan Wanita No Fasilitas Warna Material 1 Blok Orientasi Abu-abu, biru muda Beton 2 Blok Hunian Hijau muda Beton 3 Blok Ibu dan Anak Biru muda, merah Beton, wallpaper muda 4 Blok Pengasingan Abu-abu Beton 5 Blok Strapsel Abu-abu Beton 6 Ruang Kunjungan Biru muda 7 Ruang Konseling Merah muda 8 Ruang Belajar Kuning Beton, keramik 9 Ruang Aula Biru muda 10 Bengkel Kerja Kuning 11 Bimbingan Kerja Kuning Beton 12 Ibadah Putih, cokelat Beton, keramik, kayu 13 Perpustakaan Biru muda, putih Beton, keramik 14 Dapur Putih Beton 15 Poliklinik Putih Beton, keramik 1 Kalapas Cokelat, putih Beton, keramik, wallpaper 2 Bagian umum Putih 3 Bagian Keamanan Putih 4 Bagian Registrasi Putih dan Bimbingan Beton, keramik 5 Bagian Perawatan Putih 6 Bagian Latihan Putih Kerja dan Produksi 7 Portir Abu-abu 8 Pos Keamanan Abu-abu Beton 9 Lapangan Olahraga dan Apel - Rumput, batu, kayu 11 Pengolahan Limbah Putih 12 Pengolahan Sampah Putih Beton, kayu 13 Jalan Keliling Abu-abu Beton, paving 17 Parkir - Paving Fasade luar bangunan Abu-abu Beton, batu alam 77

8. Sistem Struktur Bangunan Lembaga Pemasyarakatan adalah jenis bangunan dengan sistem struktur yang khusus dimana seluruh bangunan menggunakan sistem struktur beton. Berdasarkan pada Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM Republik Indonesia No.M.01.PR.01.01 Tahun 2003 tentang Pola Bangunan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan, area blok hunian narapidana menggunakan struktur beton bertulang pada semua sisinya, sedangkan untuk area lainnya tetap juga menggunakan sistem struktur beton bertulang dengan kualitas yang disesuaikan dengan kebutuhan masing masing. Untuk area bangunan penunjang seperti pengolahan limbah dan sampah dapat menggunakan struktur campuran atara kayu dan beton bertulang. 9. Sistem Utilitas a. Jaringan Air Bersih Sistem jaringan air bersih yang digunakan adalah jenis campuran up-feet dan down-feet yang bersumber dari sumber air tanah dan air PDAM. Asumsi kebutuhan air setiap orang sebanyak 150liter/hari. Air bersih yang masuk kedalam bangunan terlebih dahulu ditampung pada bak penampungan air pada bagian bawah bangunan yang kemudian dilakukan penyaringan dan dipompakan terlebih dahulu pada bak penampung air atas sebelum kemudian didistribusikan keseluruh isi bangunan. Bak penampung air bawah dan atas terletak pada setiap blok dan sisitem pendistribusian menggunakan bantuan pompa air. Gambar 5.17 Sistem Jaringan Air Bersih b. Jaringan Air Kotor Sistem jaringan air kotor dibagi menjadi 2 yaitu dengan memisahkan jenis air kotor yang dapat dilah dan tidak dapat diolah. Jenis air kotor yang tidak dapat diolah kembali adalah jenis buangan air tinja yang pembuangannya 78

dikumpulkan kedalam septictank dengan asumsi setiap orang menghasilkan 20liter/hari, sedangkan untuk air buangan jenis lain seperti air berlemak dan dari dapur terlebih dahulu dikumpulkan dan disaring dalam bak kontrol yang kemudian akan disatukan dengan air buangan hujan yang dapat diolah kembali untuk dapat dimanfaatkan sebagai air penyiram tanaman dan air penyiram toilet. Untuk letak bak kontrol dan penempatan septictank terletak diantara bagian belakang blok hunian dan pagar keliling. Gambar 5.18 Sistem Jaringan Air Kotor c. Jaringan Listrik Sistem jaringan air listrik menggunakan 2 jenis sumber jaringan listrik yaitu PLN dan genset. Jaringan listrik PLN merupakan sumber listrik utama dari bangunan Lembaga Pemasyaratan, sedangkan untuk kebutuhan aliran listrik cadangan menggunakan genset apabila sedang terjadi pemadaman listrik sementara dari pihak PLN. Asumsi kebutuhan aliran listrik diperkirakan membutuhkan daya 25watt/m 2. Aliran listrik yang berhubungan langsung ke kamar hunian dibuat dengan pengamanan sehingga tidak dapat dijangkau oleh narapidana. Untuk pemecahan arus aliran listrik yang masuk kedalam bangunan, arus listrik dipecah menjadi beberapa jalur yang pengaturannya dipusatkan pada titik tertentu. Gambar 5.19 Sistem Jaringan Listrik 79

d. Pemadam Kebakaran Sistem pemadam kebakaran yang digunakan adalah jenis pencegahan represif. Pada sistem ini penanggulangan api dilakukan dengan melakukan pemasangan alat alat tertentu yang dapat menunjang bangunan untuk dapat mencegah dan mendeteksi bangunan apabila terdapat sumber api yang muncul. Bentuk alat yang digunakan seperti fire detector, fire estinghuiser, fire hidrant dan fire escape plan yang dipasang seperti ketentuan dibawah ini. - Fire detector diletakkan pada setiap ruang yang terdapat pada bangunan - Fire extinghuiser dan fire alarm diletakkkan pada tempat tempat tertentu yang terjaga keamananannya dari kemungkinan penyalahgunaan. - Fire hydrant ditempatkan didalam dan diluar bangunan dengan lokasi yang aman, mudah dijangkau dan terjaga kemananannya dari kemungkinan penyalahgunaan. - Fire escape plan dipasang pada semua area pada bangunan. Gambar 5.20 Sistem Jaringan Pemadam Kebakaran e. Jaringan Komunikasi Sistem jaringan komunikasi yang digunakan untuk melayani kebutuhan komunikasi bagi para petugas. Sistem jaringan telepon menggunakan sistem central komunikasi dimana untuk komunikasi dalam bangunan memanfaatkan pembagian jaringan komunikasi central tanpa terhubung dengan penyedia provider telekomunikasi seperti sistem telepon central dan handy talky. Sedangkan untuk komunikasi keluar bangunan jaringan telepon dan fax menggunakan jasa provider telekomunikasi. Untuk jaringan internet disediakan dalam bentuk wifi maupun jaringan LAN yang hanya terdapat pada bangunan kantor Lembaga Pemasyarakatan. Gambar 5.21 Sistem Jaringan Telepon 80

f. Pengelolaan Sampah Sistem pengelolaan sampah menggunakan 2 jenis sarana yaitu alat pembakar sampah dan alat pembuatan kompos. Pengelolaan sampah dipusatkan pada satu bangunan dengan asumsu setiap orang memproduksi sebanyak 5liter/perhari. Sampah yang dihasilkan dipisahkan sejak dari pembuangan ditempat sampah dimana sampah dipisahkan menjadi sampah organik, anorganik dan bahan berbahaya beracun sehingga pengolahan sampah akan menjadi lebih mudah karena sampah sejak awal telah dipisahkan.sistem pengolahaan sampah ini melibatkan peran narapidana dan petugas dalam pengelolaannya, sehingga dapat menjadi salah satu sarana pembinaan ketampilan yang diberikan dan dijalankan dalam lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. Gambar 5.22 Sistem Pengolahan Sampah Gambar 5.23 Contoh Tempat Sampah Sumber: http://abunajmu.wordpress.com/2012/11/07/manajemen-persampahan/ diakses pada 20 April 2014 g. Sistem Keamanan Jenis sistem keamanan yang digunakan adalah sistem keamanan terpusat dengan menggunakan gabungan dari vibrator sensor, wireless magnetic 81

control, cctv, keypad reader, xray dan walk trough detector. Penjelasan penempatan dan kegunaan jenis sistem keamanan dijabarkan seperti dibawah ini. Tabel 5.3 Jenis Sistem Keamanan Jenis Gambar Keterangan Vibrator sensor Sistem Vibrator sensor diapilkasikan pada pagar pagar disekitar dan didalam lingkungan bangunan. Digunakan untuk mengamati adanya perubahan sensor gerak yang terjadi disekitar bangunan. Wireless magnetic control Cctv Gambar 5.24 Contoh Vibrator sensor Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/security_alarm diakses pada 20 April 2014 Gambar 5.25 Contoh Wireless magnetic control Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/security_alarm diakses pada 20 April 2014 Gambar 5.26 Contoh Cctv Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/closedcircuit_television_camera diakses pada 20 April 2014 Sistem Wireless magnetic control diapilkasikan pada pagar pagar disekitar dan didalam lingkungan bangunan, sama seperti Vibrator sensor. Sistem ini merupakan sistem yang dapat menunjang sistem Vibrator sensor karena minim kemungkinan pemotongan kabel sensor dan kegagalan jaringan internet sebagai penghubung detector dengan sistem central. Sistem cctv diaplikasikan pada seluruh area bangunan baik dalam maupun luar lingkungan. Jenis cctv terdiri atas cctv diam dan yang dapat berputar, untuk penggunaannya tergantung pada kebutuhan lingkungan tempat pemasangan yang kemudian dihubungkan pada ruang kontrol central. 82

Tabel 5.3 Jenis Sistem Keamanan (Lanjutan) Jenis Gambar Keterangan Keypad reader Xray dan walk trough detector Gambar 5.27 Contoh Keypad Reader Sumber: http://www.compoundsecurityspecialists.com/56/ Sun_Coast_Resources.htm diakses pada 20 April 2014 Sistem keypad reader diaplikasikan pada pintu pintu yang membutuhkan keamanan tinggi sebagai pengganti gembok seperti blok hunian dan cell. Pengaturan kode kunci diganti secara berkala untuk menghindari kemungkinan penyalahgunaan. Sistem Xray dan walk trough detector ditempatkan setelah pintu utama bangunan untuk memantau keamanan dari setiap orang dan barang yang keluar dan masuk kedalam bangunan Lembaga Pemasyarakatan. Gambar 5.28 Contoh Xray dan walk trough detector Sumber: http://muarabungoairport.blogspot.com/2013 /09/bandar-udara-muara-bungo-akan-memiliki.html diakses pada 20 April 2014 83