Aspek Hak Kekayaan Intelektual Dalam Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia Selasa, 12 Agustus :26

dokumen-dokumen yang mirip
Pengantar Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

underline;"><span style="font-size: 16pt">TUJUAN PENDIDIKAN</span></span></p> <p class="msonormal"><span>menghasilkan PERAWAT PROFESIONAL PEMULA YANG

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: PENGERTIAN DAN MANFAAT BAGI LITBANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

Rudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh

Pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Ragil Yoga Edi

Written by abu bassam Wednesday, 05 February :10 - Last Updated Wednesday, 05 February :20

HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI. (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta?

UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. M6. Peraturan & Regulasi 2

Dr. Tb. Maulana Kusuma Web: Gunadarma University

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/23/2014 nts/epk/ti-uajm 2

PENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

Hak Cipta Program Komputer

"7 Poin Spy Menghafal dan Mentaati FIRMAN" Written by Peter Yoksan Saturday, 06 August :56 - Last Updated Saturday, 06 August :21

INTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.

Penerimaan Murid Baru & Paket Pendidikan VET

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

Hak Cipta. Pengertian Hak Cipta hak ekslusif untuk 1. mengumumkan, 2. memperbanyak, 3. memberi izin

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kuesioner Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan

: /2 /0 04

Pedoman TUHAN untuk Mendidik Anak. Written by Peter Yoksan Saturday, 18 May :42 -

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

DESAIN INDUSTRI DAN DTLST

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

NI MATUZAHROH, S.PSI, M.SI BAHAN DISKUSI WORKSHOP SENTRA HKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK SENTRA HKI-UMM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual (Margono, 2001:4).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Puisi (Mazmur) Kiastik Sacred Chiastic Poetry. Written by Peter Yoksan Wednesday, 14 July :24 - Last Updated Saturday, 24 July :01

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM memberikan. sosialisasi HKI secara sistemik dan continue;

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PERLINDUNGAN HAK CIPTA: MEMBANGUN EKONOMI KREATIF JAKARTA, 28 OKTOBER 2007

UNDANG-UNDANG HAK CIPTA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAJARAN ROHANI DARI YESUS YANG MENAMPAKKAN DIRI. Written by Peter Yoksan Saturday, 06 August :47 -

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

Kilas Balik (Chronology of Events) Written by Pipit Margareta Jong Thursday, 27 March :54 - Last Updated Wednesday, 16 July :08

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

Diperiksa oleh: Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian, dan Kerja Sama Tanggal:

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran,

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A. Presiden Republik Indonesia,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

MENGURAI BENANG KUSUT PEMBAJAKAN HAK CIPTA MELALUI 5 (LIMA) LANGKAH STRATEGIS DI BIDANG HKI. Oleh : Eddhie Praptono,SH.MH.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

Etika dan Moral dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Etika dan Moral dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Buku Panduan Permohonan Hak Cipta bagi Sivitas Akademika IPB

DESAIN INDUSTRI. Pendesain: seseorang atau beberapa orang yang menghasilkan desain industri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pada uraian dari Bab I (satu) sampai Bab IV (empat) skripsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB 8 PERLINDUNGAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM BIDANG TI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1987 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA DALAM BIDANG INDUSTRI KREATIF DI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

TATA CARA PENDAFTARAN HAK CIPTA ONLINE (VIA SENTRA HKI STKIP PGRI BANGKALAN) By: Dian Eka Indriani

HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA. Oleh. Dewi Wahyu Wardani

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

Harta Terpendam (Perumpamaan ke-39) Written by Peter Yoksan Wednesday, 16 July :56 - Last Updated Wednesday, 16 July :59

I. PENDAHULUAN. invensi. Ciptaan atau invensi tersebut merupakan milik yang diatasnya melekat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Jakarta Raya Aeromodelling Club - Club's RULES. Written by Administrator Wednesday, 14 September :00

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

SOFYAN ARIEF SH MKn

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I

BAB I PENDAHULUAN. timbul sebagai hasil kerja kreativitas daya fikir manusia yang. dipublikasikan kepada masyarakat umum baik dalam bidang ilmu

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Pelanggaran Hak Cipta akan membawa dampak buruk bagi pengembangan ilmu

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN

Tentang: PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA

PANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI) DAN PATEN AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN 2015

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI

Aljabar Linear Dasar Edisi Kedua

I. PENDAHULUAN. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) bukanlah hal

Pengenalan Lisensi. Perangkat Lunak Bebas. Rahmat M. Samik-Ibrahim (rev )

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

<p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><img class="caption" src="images/stories/unan.jpg" border="0" width="60" height="80" align="left" /><strong>pendahuluan</strong></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;">Beberapa waktu terakhir ini, pemerintah mulai tanggap untuk memberikan perhatian secara serius terhadap perkembangan industri kreatif di Indonesia. <span lang="sv">bahkan dalam waktu dekat pemerintah akan segera mengeluarkan regulasi tentang industri kreatif guna memberi landasan yuridis terhadap eksistensi industri tersebut.</span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><span lang="sv"> {jcomments on}terhadap fenomena tersebut, ada aspek yang perlu diperhatikan oleh pemerintah <span> </span>maupun para pelaku industri kreatif dalam rangka untuk mendukung perkembangan industri kreatif di Indonesia yaitu aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Kita tidak ingin semangat dan jerih payah para kreator untuk eksis dalam dunianya menjadi patah di tengah jalan sebagai akibat hasil kreasinya tidak mendapat perlindungan hukum. Dalam banyak contoh, para musikus (pencipta lagu) kita selalu was-was karena ciptaannya telah beredar di pasaran dalam versi bajakan beberapa saat setelah <em>di-launching</em>. Juga para kreator <em>software</em> komputer yang kecewa karena demikian mudah ciptaannya di-<em>copy</em> atau digandakan sehingga produk <em>software</em> yang <em>original</em> justru kalah laku dengan <em>software</em> yang bajakan. Di sisi lain, kita juga sering menjumpai hasil kreatifitas para pelaku usaha industri kreatif justru melanggar hak kekayaan intelektual orang lain.</span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;">Kondisi carut marut seperti ini apabila tidak mendapatkan perhatian dan penyelesaian secara komprehensif akan menjadi kontra produktif bagi keinginan positif pemerintah yang mulai melirik dan mengakui eksistensi industri kreatif dalam rangka mendukung perekonomian bangsa Indonesia.</p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong>Pembahasan</strong></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;">Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta industri tersebut. Definisi industri kreatif tersebut merupakan terjemahan dari UK DCMS Task Force Tahun 1998 (Industri kreatif-depdag-blogspot.com, 21 Oktober 2007). <span lang="sv">adapun yang termasuk dalam kelompok industri kreatif adalah periklanan, desain <em>fashion,</em> kerajinan, desain, permainan interaktif (<em>game</em>), musik, video-film dan fotografi, layanan komputer dan piranti lunak (<em>software</em>), arsitektur, musik, seni pertunjukan, televisi dan radio, penerbitan dan percetakan serta riset dan pengembangan.</span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;">Dilihat dari bidang-bidang yang termasuk dalam kelompok industri kreatif tersebut, apabila ditinjau dari aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual termasuk dalam kategori <strong>hak Cipta</strong> (<em>copy</em> <em>right</em>) sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, <strong>hak Desain Industri</strong> sebagaimana diatur dalam Undang-undang 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri serta<span> </span>sangat terkait dengan <strong>merek </strong>sebagaimana diatur dalam Undang-undang 15 Tahun 2001 tentang Merek.</p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;">Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta telah mendefinisikan hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk 1 / 6

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun yang dimaksud dengan ciptaan adalah setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan <strong>ilmu pengetahuan</strong>, <strong>seni</strong> dan <strong>sastra</strong>. Ciptaan yang dilindungi oleh undang-undang Hak Cipta mencakup :</p> <p class="msonormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span lang="sv"><span>a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none;"> </span></span></span><span lang="sv">buku, program komputer, pamflet, perwajahan (<em>lay out</em>) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; </span></p> <p 150%;"><span>b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; none; font-stretch: normal; -x-system-font: none;"> </span></span>ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis untuk itu;</p> <p class="msonormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 150%;"><span>c.<span style="font-family: none;"> </span></span>alat peraga;</p> <p class="msonormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 150%;"><span>d.<span style="font-family: none;"> </span></span>lagu dan musik;</p> <p class="msonormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 150%;"><span>e.<span style="font-family: none;"> </span></span>drama dan drama musikal;</p> <p class="msonormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 150%;"><span>f.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none;"> </span></span>seni rupa, arsitektur;</p> <p 150%;"><span>g.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; none; font-stretch: normal; -x-system-font: none;"> </span></span>peta;</p> <p 150%;"><span>h.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; none; font-stretch: normal; -x-system-font: none;"> </span></span>seni batik;</p> <p 150%;"><span>i.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; none; font-stretch: normal; -x-system-font: none;"> </span></span>fotografi;</p> <p 150%;"><span>j.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; 2 / 6

none; font-stretch: normal; -x-system-font: none;"> </span></span>sinematografi;</p> <p class="msonormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span lang="sv"><span>k.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none;"> </span></span></span><span lang="sv">terjemahan, tafsir, saduran, bungai rampai, <em>database</em>, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.</span></p> <p lang="sv">sedangkan definisi desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan dari padanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. Adapun hak desain industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.</span></p> <p lang="sv">berkaitan dengan masalah merek, Undang-undang Undang-undang 15 Tahun 2001 telah memberikan definisi merek sebagai suatu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. </span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><span lang="sv">merek terdiri atas merek dagang dan merek jasa. Merek dagang yaitu merek yang dipergunakan pada barang yang diperdagangkan, sedangkan merek jasa adalah merek yang dipergunakan pada jasa yang diperdagangkan. Kedua jenis merek tersebut dapat digunakan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang atau jasa-jasa sejenis lainnya.</span></p> <p lang="sv">yang perlu dipahami oleh para pelaku usaha industri kreatif di Indonesia adalah bagaimana agar karya ciptanya maupun hasil kreasinya mendapat perlindungan hukum menurut ketentuan Undang-undang tentang Hak Cipta, Undang-undang tentang Desain Industri dan Undang-undang tentang Merek. Di sisi lain, para pelaku industri kreatif dalam menjalankan aktifitasnya jangan sampai melanggar ketentuan ketiga undang-undang tersebut.</span></p> <p lang="sv"> </span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><span lang="sv"> </span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><span lang="sv"> </span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;">Di dalam aturan mengenai hak cipta dianut stelsel otomatis yang artinya bahwa hak cipta timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan. Pencipta <strong>tidak wajib </strong>untuk<strong> </strong>mendaftarkan karya ciptanya dalam rangka untuk mendapatkan legalitas atau perlindungan hukum terhadap karya ciptanya.</p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Namun demikian, mengingat tingkat pelanggaran hak cipta di Indonesia cukup tinggi maka aspek pendaftaran hak cipta patut dilakukan oleh para pencipta agar mempermudah dalam hal pembuktian manakala terjadi konflik hukum terkait ciptaannya. <span lang="sv">berbeda dengan desain industri, di mana hak desain industri diberikan atas 3 / 6

dasar permohonan. Dengan kata lain, untuk mendapatkan legalitas atas suatu desain <strong>harus didaftarkan</strong> terlebih dahulu kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Oleh sebab itu para desainer wajib untuk mendaftarkan desainnya agar terlindungi secara hukum manakala ada pihak lain yang menirunya.</span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><span lang="sv">selain dari pada itu, apabila karya cipta maupun desain industri tersebut akan diproduksi dan dijual ke pasaran maka produk tersebut memerlukan merek sebagai pembeda terhadap barang atau jasa yang sejenis. Seperti halnya hak desain industri, hak atas merek baru timbul apabila sudah didaftarkan. Oleh sebab itu, agar mendapat perlindungan hukum maka harus terlebih dahulu mendaftarkan mereknya ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI.</span></p> <p lang="sv">dalam menjalankan bisnisnya, para pelaku industri kreatif tidak boleh asal main comot karya cipta atau desain pihak lain atau memakai merek orang lain untuk melabeli produknya. Apabila hal-hal tersebut dilakukan akan berakibat pidana bagi pelakunya. Sebagai contoh, terhadap pelanggaran memakai merek orang lain yang sudah terdaftar untuk barang dan/atau jasa yang sejenis diancam dengan hukuman pidana paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak 1 (satu) milyar rupiah.</span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><span lang="sv">walaupun negara kita sudah mempunyai aturan hukum di bidang Hak Kekayaan Intelektual secara lengkap, namun demikian dalam praktek, aturan tersebut belum mampu sepenuhnya untuk mendukung perkembangan industri kreatif di Indonesia. </span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><span lang="sv">undang-undang tentang Hak Cipta telah mengatur adanya perlindungan otomatis, namun di lapangan ternyata hukum belum dapat melindungi para pencipta khususnya dalam hal penegakan hukum manakala terjadi pelanggaran hak cipta berupa pembajakan. Fakta yang ada, Indonesia masih merupakan salah satu negara pembajak di dunia walapun upaya aparat kepolisian untuk memberantas kejahatan tersebut tidak pernah berhenti. Apalagi pelanggaran hak cipta adalah delik biasa sehingga aparat penegak hukum seharusnya dapat lebih proaktif untuk melakukan penyidikan terhadap dugaan pelanggaran hak cipta tanpa perlu menunggu adanya laporan pengaduan dari para pencipta.</span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;"><span lang="sv">dalam bidang desain Industri, ada kesenjangan antara aturan yuridis dan kebutuhan praktis di masyarakat, sehingga aturan tentang desain industri belum efektif dalam mendukung perkembangan usaha industri kreatif di Indonesia. Undang-undang tentang Desain Industri telah mengatur bahwa untuk legalitas suatu desain industri wajib didaftarkan, sementara itu industri kreatif sangat terkait dengan <em>trend</em> pasar yang sangat cepat atau mudah berubah sesuai keinginan konsumen (pasar). Dalam praktek, proses penyelesaian pendaftaran desain industri membutuhkan waktu cukup lama yaitu antara 1 s/d 1,5 tahun, sementara itu trend pasar hanya dalam hitungan bulan ( 6 12 bulan ). Kondisi tersebut menyebabkan fungsi perlindungan <span> </span>hak <span> </span>atas <span> </span>desain <span> </span>industri <span> </span>menjadi <span> </span>tidak <span> </span>efektif <span> </span>karena <span> </span>pada <span> </span>saat </span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="sv"> </span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="sv"> </span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span 4 / 6

lang="sv"> </span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="sv">proses didaftarkan sudah rentan pembajakan, sementara itu setelah sertifikat keluar, desain tersebut sudah tidak <em>up</em> <em>to</em> <em>date </em>lagi sehingga sudah tidak mempunyai nilai ekonomis untuk diproduksi. Hal seperti inilah yang menyebabkan para desainer malas untuk mendaftarkan desainnya.</span></p> <p lang="sv">demikian pula dengan proses pendaftaran merek masih dirasakan terlalu lama oleh masyarakat. Dalam ketentuan Undang-undang tentang Merek telah diatur bahwa dalam proses pendaftaran merek memakan waktu 14 bulan, namun dalam prakteknya bisa memakan waktu antara 2 s/d 2,5 tahun. Kondisi ini tentunya sangat tidak kondusif bagi pelaku industri kreatif karena dapat menghambat kecepatan dalam menjalankan bisnisnya.</span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="sv"> </span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><strong>Kesimpulan</strong></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; line-height: 150%;">Dilihat dari segi yuridis, peraturan perundang-undangan di bidang Hak Kekayaan Intelektual telah cukup representatif untuk memberikan perlindungan hukum bagi para pelaku usaha industri kreatif di Indonesia. Namun demikian, dalam implementasinya masih sering muncul persoalan-persoalan di lapangan yaitu terkait penegakan hukum dan waktu penyelesain pendaftaran yang cukup lama. <span lang="sv">untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah sebagai berikut :</span></p> <p class="msonormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span>a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none;"> </span></span><span lang="sv">direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual harus mampu mempercepat proses pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual yang semula dalam hitungan tahun menjadi minggu atau bulan agar para pencipta dan desainer dapat segera mendapat legalitas atas ciptaan atau desainnya. Untuk mempercepat proses pendaftaran tersebut perlu dilakukukan revisi terhadap Undang-undang di bidang HKI khususnya yang mengatur tentang jangka waktu proses pendaftaran. </span>selain itu juga perlu didukung IT untuk mendukung sistem pendaftaran secara <em>on line</em>.</p> <p class="msonormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span lang="sv"><span>b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; -x-system-font: none;"> </span></span></span><span lang="sv">departemen Perdagangan dapat bekerjasama dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual) perlu memetakan dan memberikan pelayanan khusus dalam proses pendaftaran hak cipta maupun desain industri bagi para pelaku industri<span> </span>kreatif, sehingga para pencipta dan desainer mendapatkan kemudahan sebagaimana yang telah dilaksanakan dalam program pendaftaran merek bagi UKM-UKM.</span></p> <p class="msonormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><span lang="sv"><span>c.<span style="font-family: none;"> </span></span></span>pemerintah khususnya aparat penegak hukum harus benar-benar serius dalam memproses setiap pelanggaran hak cipta, merek maupun hak desain 5 / 6

industri agar terwujud kepastian hukum bagi para pelaku industri kreatif. <span lang="sv">tanpa adanya efek jera bagi para pembajak maka pelanggaran akan terus terjadi dan hal ini dengan sendirinya akan mematikan perkembangan industri kreatif.</span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="sv"> </span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">-----------------------------------</p> <p class="msonormal" style="text-align: justify;"><strong><span lang="sv">note</span></strong><span lang="sv"> : Penulis adalah pegawai yang bertugas menangani pelayanan pendaftaran HKI, Fidusia dan</span></p> <p class="msonormal" style="text-align: justify;"><span lang="sv"><span> </span></span>kewarganegaraan di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia DIY.</p> <p> </p> <p></p> <p></p> <p></p> <p></p> <p></p> <p></p> <p></p> <p></p> <p></p> 6 / 6