BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain, arah pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Sektor pertanian mencakup lima sub sektor yaitu tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Sub sektor perikanan memiliki andil dalam pemulihan ekonomi karena beberapa alasan antara lain (Sutarjo, 2013): 1. sumber daya perikanan, baik ikan, sumber daya perairan, dan lahan tambak masih cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal; 2. permintaan ikan dunia dari tahun ketahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat pendidikan masyarakat; 3. pola hidup masyarakat dunia pada saat ini dicirikan dengan semakin selektifnya makanan yang disajikan, dengan memenuhi kriteria gizi yang tinggi, mudah disajikan, dan terjangkau masyarakat; 1
2 4. jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan mencapai lebih dari 233 juta jiwa merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk perikanan; 5. Produk Domestik Bruto (PDB) sub sektor perikanan, walaupun masih relatif kecil kontribusinya, akan tetapi menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat, dan bahkan peningkatannya tertinggi dibandingkan dengan sub sektor sektor lain. Tabel 1.1 Pertumbuhan PDB Sub Sektor Pertanian Tahun 2005 2009 (Dalam Persen) Sub sektor 2005 2006 2007 2008 2009 Tanaman bahan makanan 2,6 2,98 3,43 5,91 3,45 Tanaman perkebunan 2,48 3,79 4,40 3,84 3,59 Peternakan dan hasilnya 2,13 3,35 2,36 3,89 3,93 Kehutanan 1,47 2,85 1,10 0,36 1,70 Perikanan 5,87 6,90 5,39 4,81 5,50 Sumber: BPS, 2009 Dewasa ini pertumbuhan penduduk telah membawa akibat yang cukup luas di berbagai segi kehidupan manusia. Kenaikan jumlah penduduk tidak hanya menuntut kenaikan bahan pangan, tetapi peningkatan di bidang gizipun mulai diperhatikan. Konsumsi ikan masyarakat dari waktu kewaktu selalu meningkat sehingga mengakibatkan permintaan ikan juga akan meningkat. Dalam hal ini untuk meningkatkan permintaan akan produk perikanan yang memenuhi kebutuhan gizi itu adalah dengan mengembangkan budidaya ikan. Tabel. 1.2 Volume Produksi Ikan Di Indonesia (Dalam Ton) 2008 2009 2010 2011 2012 Volume produksi 8.858.315 9.816.534 11.662.342 12.691.021 15.263.210 - Perikanan tangkap 5.003.115 5.107.971 5.384.418 5.714.271 5.811.510 - Perikanan 3.855.200 4.708.563 6.277.924 6.976.750 9.451.700 Budidaya Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012.
3 Selain tingkat produksinya yang rendah, tingkat konsumsi ikan per kapita di Indonesia pun masih terbilang rendah. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2012, bahwa tingkat konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia pada tahun 2012 sebesar 33,89 kg, lebih rendah dari Thailand 35 kg per kapita per tahun, Malaysia 45 kg per kapita per tahun, dan bahkan tertinggal jauh oleh Jepang 120 kg per kapita per tahun. Keadaan tersebut sangat memprihatinkan di tengah kayanya sumber daya perikanan Indonesia dan di tengah pentingnya konsumsi ikan bagi kebutuhan hidup manusia, seperti diketahui makanan merupakan salah satu unsur yang penting bagi pertumbuhan. Tahun Tabel 1.3 Statistik Konsumsi Dan Penyediaan Ikan Tahun 2010 2013 Total Penyediaan (1000 Ton) Per Kapita (Kg/Kap/Th) Konsumsi ikan Per Kapita (Kg/Kap/Th) Selisih/sisa yang tidak dikonsumsi 2010 9.119,00 38,39 30,48 7,91 2011 10.282,00 41,95 32,25 9,7 2012 11.589,00 46,31 33,89 12,42 Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012. Kabupaten Lebong merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu adalah daerah yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Potensi perikanan Kabupaten Lebong, diproyeksikan kedalam luasan areal perairan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan budidaya. Luas perairan umum adalah 10.000 ha. Dari luasan perairan umum tersebut di atas, areal yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya adalah sungai, danau, rawa, air genangan, dan waduk/irigasi teknis. Jenis ikan yang sudah dikembangkan yaitu ikan mas dan nila sudah mempunyai pangsa pasar, kususnya pasar lokal. Mengingat pentingnya kebutuhan akan ikan bagi penduduk Indonesia umumnya dan khususnya
4 Kabupaten Lebong sebagai sumber protein hewani yang mudah didapatkan, serta mengingat pentingnya hasil perikanan untuk ditingkatkan dalam upaya menaikkan pendapatan petani/pembudidaya ikan, sehingga tingkat konsumsi dan permintaan terhadap ikan akan meningkat dan kesejahteraan masyarakatpun juga akan meningkat. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian lebih lanjut mengenai permintaan masyarakat terhadap hasil perikanan perlu dilakukan. Sub sektor perikanan menyumbangkan kontribusi positif terhadap PDRB Kabupaten Lebong. Produksi ikan pada jenis usaha budidaya ditahun 2011 mengalami peningkatan kurang lebih 19 persen. Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Lebong Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011 (Dalam Jutaan Rupiah) Sub sektor 2008 2009 2010 2011 Tanaman bahan makanan 264 297 349 387 Tanaman perkebunan 290 303 317 341 Peternakan 278 289 315 342 Kehutanan 225 235 250 251 Perikanan 314 358 383 434 Sumber: Bappeda Kabupaten Lebong, 2012 Jumlah penduduk Kabupaten Lebong tahun 2011 kurang lebih mencapai 100,7 ribu jiwa. Kecamatan Lebong Utara merupakan kecamatan dengan penduduk tertinggi meliputi 15,6 persen dari total Kabupaten Lebong, sedangkan kecamatan dengan penduduk terendah yaitu Kecamatan Lebong Atas atau 4,5 persen dari seluruh total penduduk Kabupaten Lebong. Perhitungan sex ratio penduduk menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Lebong masih didominasi oleh laki-laki sebesar 111, dengan kata lain setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 111 penduduk laki-laki. Secara persentase juga terlihat
5 bahwa 52,7 persen dari total penduduk Kabupaten Lebong merupakan penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk di Kabupaten Lebong sebesar 37 jiwa/kilometer persegi. Artinya setiap satu kilometer persegi didiami lebih kurang 37 orang penduduk. Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten Lebong 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Pria (jiwa) 44.730 46.063 48.698 50.762 53.067 Jumlah Wanita (jiwa) 44.960 45.079 43.881 48.453 47.684 Total (jiwa) 89.690 91.142 92.579 99.215 100.751 Pertumbuhan penduduk (%) - 1,59 1,55 6,69 1,52 Kepadatan penduduk (jiwa/km 2 ) 32 33 34 36 37 Sumber: Bappeda Kabupaten Lebong, 2012 Sub sektor perikanan yang menjadi unggulan Kabupaten Lebong adalah ikan air tawar dalam hal ini ikan mas. Hal ini dikarenakan kualitas produksi ikan mas dari Kabupaten Lebong terjaga baik. Jenis usaha perikanan di Kabupaten Lebong dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu budidaya, penangkapan dan pembenihan. Jika dilihat perkembangan produksi dalam kurun waktu 2010-2011, maka 3 jenis usaha tersebut secara umum mengalami peningkatan, baik dari segi luas areal usaha maupun produksi yang dihasilkan. Untuk jenis usaha budidaya merupakan penghasil tertinggi tahun 2011 produksinya meningkat 19 persen dari tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar 2.249,8 ton dengan peningkatan luas 77 hektar. Untuk tingkat kecamatan, Kecamatan Bingin Kuning, Kecamatan Lebong Sakti dan Kecamatan Uram Jaya adalah 3 kecamatan dengan luas areal usaha perikanan terluas di Kabupaten Lebong.
6 Tabel 1.6 Produksi Ikan Di Kabupaten Lebong Dari Tahun 2008-2012 Tahun Jumlah produksi (ton) 2008 1.217 2009 847 2010 1.104 2011 3.230 2012 5.209 Sumber: Dinas perikanan dan Peternakan Kabupaten Lebong, 2012 Produksi ikan di tahun 2012 menurut jenis ikan yang dibudidayakan menunjukkan bahwa ikan mas merupakan komoditas utama perikanan budidaya di Kabupaten Lebong. Tabel 1.7 Produksi Ikan Menurut Jenis Di Kabupaten Lebong Tahun 2012 Jenis ikan Produksi (ton) Mas 3.641 Nila 1.568 Jumlah 5.209 Sumber: Dinas perikanan dan Peternakan Kabupaten Lebong, 2012 Tersedianya data mengenai produksi ikan mas yang cukup tinggi tersebut tidak diimbangi dengan data mengenai permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong. Ikan mas yang dijual di Kabupaten Lebong selain dari hasil produksi budidaya, juga banyak didatangkan dan dibawa pedagang dari luar Kabupaten Lebong, sehingga kebutuhan akan ikan mas belum bisa diprediksi karena belum ada data yang pasti mengenai permintaan ikan di Kabupaten Lebong. Penelitian tentang permintaan ikan di Kabupaten Lebong juga masih sangat sedikit mengingat masih minimnya data empiris dan literatur tentang perikanan di Kabupaten Lebong. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisa permintaan konsumen rumah tangga terhadap ikan mas.
7 1.1.1 Perumusan masalah Untuk memprediksi permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong maka ada beberapa hal yang harus diketahui, yaitu. 1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong. 2. Besar kecilnya derajat kepekaan permintaan ikan mas (elastisitas) ditinjau dari perubahan harga ikan mas itu sendiri maupun perubahan harga dari komoditas lain (substitusi/komplementer) di wilayah Kabupaten Lebong. Berdasarkan uraian tersebut dilakukan penelaahan perilaku masyarakat Kabupaten Lebong terhadap permintaan ikan mas ditinjau dari karakteristik permintaan. Faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku konsumen terhadap permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong diidentifikasikan sebagai harga ikan mas itu sendiri, harga barang substitusi (ikan nila, ikan tongkol, daging ayam), dan jumlah pendapatan keluarga. Semua faktor tersebut secara bersama-sama diduga mempengaruhi permintaan konsumen terhadap ikan mas di Kabupaten Lebong. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah. 1. Seberapa besar pengaruh harga ikan mas, harga ikan nila, harga ikan tongkol, harga daging ayam, dan pendapatan keluarga terhadap permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong? 2. Sejauh mana tingkat elastisitas permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong?
8 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang analisis permintaan konsumen rumah tangga terhadap ikan mas di Kabupaten Lebong Tahun 2013, untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan mas dan mengetahui elastisitasnya, belum pernah dilakukan. Namun terdapat penelitian sejenis yang pernah dilakukan diantaranya adalah. Dey et. al. (2008) dari India melakukan penelitian untuk menganalisis heterogenitas produk perikanan dalam hal spesies, sumber dan tanggapan budaya konsumen, dan faktor-faktor mempengaruhi permintaan ikan di bawah regulasi negara-negara Asia. Secara khusus penelitian ini membandingkan permintaan ikan dalam beberapa kelompok pendapatan untuk menentukan bagaimana rumah tangga berpenghasilan rendah dan tinggi, menanggapi/merespon perubahan harga dan pendapatan. Penelitian ini menggunakan alat analisis model Quadratic AIDS (Almost Ideal Demand System). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa elastisitas harga dan elastisitas pendapatan semua jenis ikan, baik rumah tangga miskin relatif lebih elastis dibandingkan rumah tangga kaya. Virgantari (2011) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mengadakan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan produk ikan penduduk Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan menduga elastisitas harga dan elastisitas pendapatan beberapa kelompok ikan menurut kelompok pendapatan. Alat analisis yang digunakan yaitu metode Multistage Budgetting Approach dengan pendekatan
9 model Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa sebagian besar penduduk Indonesia di berbagai wilayah lebih banyak mengkonsumsi ikan segar dari pada ikan awetan maupun udang. Rumah tangga di perkotaan memiliki preferensi yang lebih tinggi untuk konsumsi ikan segar maupun udang/hewan air lain yang segar dari rumah tangga di perdesaan. Semakin besar golongan pengeluaran, semakin besar pula alokasi pengeluaran untuk konsumsi ikan. Debnat et. al. (2012) dari India mengadakan penelitian untuk memperkirakan permintaan dan elastisitas pendapatan untuk jenis ikan yang berbeda di Tripura, dan memperkirakan permintaan ikan. Alat analisis yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS/Regresi berganda), analisis respon elastisitas, PASW 18 (Predictive Analysis Software 18). Hasil dari penelitian ini adalah Koefisien fungsi pengeluaran pangan dan ikan untuk perkotaan Tripura, pedesaan dan secara keseluruhan telah ditemukan positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa respon pengeluaran pangan terhadap perubahan pendapatan dan pengeluaran ikan, perubahan anggaran makanan yang substansial. Dhraief et. al. (2012) dari Tunisia mengadakan penelitian untuk menganalisis dampak variabel sosio-ekonomi dan demografi pada permintaan daging dan ikan oleh konsumen di Tunisia. Alat analisis yang digunakan adalah AIDS (Almost Ideal Demand System). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pola konsumsi daging dan ikan oleh usia, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan yang relatif berbeda sebagai pembeda untuk faktor-faktor ekonomi (pengeluaran pangan dan harga). Perubahan karakteristik demografi
10 dan ekonomi yang mempengaruhi perubahan dalam permintaan daging dan ikan. Ogundari (2012) dari Nigeria mengadakan penelitian untuk menganalisis elastisitas permintaan dari daging sapi, daging ayam, dan ikan di Nigeria. Alat analisis yang digunakan adalah analisis respon elastisitas dan kurva Engels. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa elastisitas permintaan dari daging sapi, daging ayam, dan ikan adalah inelastis. Permintaan untuk kualitas daging sapi, daging ayam, dan ikan meningkat karena pendapatan rumah tangga yang meningkat. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut adalah bahwa penelitian ini berbeda dalam jumlah variabel yang diteliti. Penelitian ini juga berbeda waktu penelitian dan tempat penelitian yang dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut memiliki cakupan wilayah yang lebih luas yaitu negara dan internasional, sedangkan cakupan wilayah penelitian ini adalah wilayah di sebuah wilayah kabupaten. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagaimana dari perumusan permasalahan di atas adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis pengaruh harga ikan mas, harga ikan nila, harga ikan tongkol, harga daging ayam, dan pendapatan keluarga terhadap permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong. 2. Menganalisis elastisitas permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong.
11 1.3.2 Manfaat penelitian Diharapkan temuan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi hal-hal berikut. 1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam hal penentuan kebijakan terutama dalam mengupayakan ketersediaan pangan khususnya ikan mas di Kabupaten Lebong. 2. Sebagai informasi bagi masyarakat, praktisi dan akademisi dalam mengadakan penelitian lanjutan serta studi-studi tentang permintaan ikan di Kabupaten Lebong. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang direncanakan adalah sebagai berikut. Bab I Pengantar memuat tentang latar belakang, perumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Dan Alat Analisis menguraikan tentang tinjaua pustaka, landasan teori, dan alat analisis yang digunakan. Bab III Analisis Data Dan Pembahasan menguraikan tentang cara penelitian dan hubungan antar variabel yang diamati, hasil analisis data dan pembahasan. Bab IV Kesimpulan Dan Saran memuat kesimpulan dan saran yang merupakan kesimpulan dari analisis data serta saransaran atau rekomendasi sesuai hasil penelitian.