BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

1 Universitas Indonesia

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

peran menghabiskan sumber daya ekonomi yang tersedia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

Seuntai Kata. Bengkulu, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Ir. Dody Herlando, M.Econ.

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain, arah pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Sektor pertanian mencakup lima sub sektor yaitu tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Sub sektor perikanan memiliki andil dalam pemulihan ekonomi karena beberapa alasan antara lain (Sutarjo, 2013): 1. sumber daya perikanan, baik ikan, sumber daya perairan, dan lahan tambak masih cukup melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal; 2. permintaan ikan dunia dari tahun ketahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat pendidikan masyarakat; 3. pola hidup masyarakat dunia pada saat ini dicirikan dengan semakin selektifnya makanan yang disajikan, dengan memenuhi kriteria gizi yang tinggi, mudah disajikan, dan terjangkau masyarakat; 1

2 4. jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan mencapai lebih dari 233 juta jiwa merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk perikanan; 5. Produk Domestik Bruto (PDB) sub sektor perikanan, walaupun masih relatif kecil kontribusinya, akan tetapi menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat, dan bahkan peningkatannya tertinggi dibandingkan dengan sub sektor sektor lain. Tabel 1.1 Pertumbuhan PDB Sub Sektor Pertanian Tahun 2005 2009 (Dalam Persen) Sub sektor 2005 2006 2007 2008 2009 Tanaman bahan makanan 2,6 2,98 3,43 5,91 3,45 Tanaman perkebunan 2,48 3,79 4,40 3,84 3,59 Peternakan dan hasilnya 2,13 3,35 2,36 3,89 3,93 Kehutanan 1,47 2,85 1,10 0,36 1,70 Perikanan 5,87 6,90 5,39 4,81 5,50 Sumber: BPS, 2009 Dewasa ini pertumbuhan penduduk telah membawa akibat yang cukup luas di berbagai segi kehidupan manusia. Kenaikan jumlah penduduk tidak hanya menuntut kenaikan bahan pangan, tetapi peningkatan di bidang gizipun mulai diperhatikan. Konsumsi ikan masyarakat dari waktu kewaktu selalu meningkat sehingga mengakibatkan permintaan ikan juga akan meningkat. Dalam hal ini untuk meningkatkan permintaan akan produk perikanan yang memenuhi kebutuhan gizi itu adalah dengan mengembangkan budidaya ikan. Tabel. 1.2 Volume Produksi Ikan Di Indonesia (Dalam Ton) 2008 2009 2010 2011 2012 Volume produksi 8.858.315 9.816.534 11.662.342 12.691.021 15.263.210 - Perikanan tangkap 5.003.115 5.107.971 5.384.418 5.714.271 5.811.510 - Perikanan 3.855.200 4.708.563 6.277.924 6.976.750 9.451.700 Budidaya Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012.

3 Selain tingkat produksinya yang rendah, tingkat konsumsi ikan per kapita di Indonesia pun masih terbilang rendah. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2012, bahwa tingkat konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia pada tahun 2012 sebesar 33,89 kg, lebih rendah dari Thailand 35 kg per kapita per tahun, Malaysia 45 kg per kapita per tahun, dan bahkan tertinggal jauh oleh Jepang 120 kg per kapita per tahun. Keadaan tersebut sangat memprihatinkan di tengah kayanya sumber daya perikanan Indonesia dan di tengah pentingnya konsumsi ikan bagi kebutuhan hidup manusia, seperti diketahui makanan merupakan salah satu unsur yang penting bagi pertumbuhan. Tahun Tabel 1.3 Statistik Konsumsi Dan Penyediaan Ikan Tahun 2010 2013 Total Penyediaan (1000 Ton) Per Kapita (Kg/Kap/Th) Konsumsi ikan Per Kapita (Kg/Kap/Th) Selisih/sisa yang tidak dikonsumsi 2010 9.119,00 38,39 30,48 7,91 2011 10.282,00 41,95 32,25 9,7 2012 11.589,00 46,31 33,89 12,42 Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012. Kabupaten Lebong merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu adalah daerah yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Potensi perikanan Kabupaten Lebong, diproyeksikan kedalam luasan areal perairan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan budidaya. Luas perairan umum adalah 10.000 ha. Dari luasan perairan umum tersebut di atas, areal yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya adalah sungai, danau, rawa, air genangan, dan waduk/irigasi teknis. Jenis ikan yang sudah dikembangkan yaitu ikan mas dan nila sudah mempunyai pangsa pasar, kususnya pasar lokal. Mengingat pentingnya kebutuhan akan ikan bagi penduduk Indonesia umumnya dan khususnya

4 Kabupaten Lebong sebagai sumber protein hewani yang mudah didapatkan, serta mengingat pentingnya hasil perikanan untuk ditingkatkan dalam upaya menaikkan pendapatan petani/pembudidaya ikan, sehingga tingkat konsumsi dan permintaan terhadap ikan akan meningkat dan kesejahteraan masyarakatpun juga akan meningkat. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian lebih lanjut mengenai permintaan masyarakat terhadap hasil perikanan perlu dilakukan. Sub sektor perikanan menyumbangkan kontribusi positif terhadap PDRB Kabupaten Lebong. Produksi ikan pada jenis usaha budidaya ditahun 2011 mengalami peningkatan kurang lebih 19 persen. Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Lebong Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011 (Dalam Jutaan Rupiah) Sub sektor 2008 2009 2010 2011 Tanaman bahan makanan 264 297 349 387 Tanaman perkebunan 290 303 317 341 Peternakan 278 289 315 342 Kehutanan 225 235 250 251 Perikanan 314 358 383 434 Sumber: Bappeda Kabupaten Lebong, 2012 Jumlah penduduk Kabupaten Lebong tahun 2011 kurang lebih mencapai 100,7 ribu jiwa. Kecamatan Lebong Utara merupakan kecamatan dengan penduduk tertinggi meliputi 15,6 persen dari total Kabupaten Lebong, sedangkan kecamatan dengan penduduk terendah yaitu Kecamatan Lebong Atas atau 4,5 persen dari seluruh total penduduk Kabupaten Lebong. Perhitungan sex ratio penduduk menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Lebong masih didominasi oleh laki-laki sebesar 111, dengan kata lain setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 111 penduduk laki-laki. Secara persentase juga terlihat

5 bahwa 52,7 persen dari total penduduk Kabupaten Lebong merupakan penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk di Kabupaten Lebong sebesar 37 jiwa/kilometer persegi. Artinya setiap satu kilometer persegi didiami lebih kurang 37 orang penduduk. Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten Lebong 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Pria (jiwa) 44.730 46.063 48.698 50.762 53.067 Jumlah Wanita (jiwa) 44.960 45.079 43.881 48.453 47.684 Total (jiwa) 89.690 91.142 92.579 99.215 100.751 Pertumbuhan penduduk (%) - 1,59 1,55 6,69 1,52 Kepadatan penduduk (jiwa/km 2 ) 32 33 34 36 37 Sumber: Bappeda Kabupaten Lebong, 2012 Sub sektor perikanan yang menjadi unggulan Kabupaten Lebong adalah ikan air tawar dalam hal ini ikan mas. Hal ini dikarenakan kualitas produksi ikan mas dari Kabupaten Lebong terjaga baik. Jenis usaha perikanan di Kabupaten Lebong dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu budidaya, penangkapan dan pembenihan. Jika dilihat perkembangan produksi dalam kurun waktu 2010-2011, maka 3 jenis usaha tersebut secara umum mengalami peningkatan, baik dari segi luas areal usaha maupun produksi yang dihasilkan. Untuk jenis usaha budidaya merupakan penghasil tertinggi tahun 2011 produksinya meningkat 19 persen dari tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar 2.249,8 ton dengan peningkatan luas 77 hektar. Untuk tingkat kecamatan, Kecamatan Bingin Kuning, Kecamatan Lebong Sakti dan Kecamatan Uram Jaya adalah 3 kecamatan dengan luas areal usaha perikanan terluas di Kabupaten Lebong.

6 Tabel 1.6 Produksi Ikan Di Kabupaten Lebong Dari Tahun 2008-2012 Tahun Jumlah produksi (ton) 2008 1.217 2009 847 2010 1.104 2011 3.230 2012 5.209 Sumber: Dinas perikanan dan Peternakan Kabupaten Lebong, 2012 Produksi ikan di tahun 2012 menurut jenis ikan yang dibudidayakan menunjukkan bahwa ikan mas merupakan komoditas utama perikanan budidaya di Kabupaten Lebong. Tabel 1.7 Produksi Ikan Menurut Jenis Di Kabupaten Lebong Tahun 2012 Jenis ikan Produksi (ton) Mas 3.641 Nila 1.568 Jumlah 5.209 Sumber: Dinas perikanan dan Peternakan Kabupaten Lebong, 2012 Tersedianya data mengenai produksi ikan mas yang cukup tinggi tersebut tidak diimbangi dengan data mengenai permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong. Ikan mas yang dijual di Kabupaten Lebong selain dari hasil produksi budidaya, juga banyak didatangkan dan dibawa pedagang dari luar Kabupaten Lebong, sehingga kebutuhan akan ikan mas belum bisa diprediksi karena belum ada data yang pasti mengenai permintaan ikan di Kabupaten Lebong. Penelitian tentang permintaan ikan di Kabupaten Lebong juga masih sangat sedikit mengingat masih minimnya data empiris dan literatur tentang perikanan di Kabupaten Lebong. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisa permintaan konsumen rumah tangga terhadap ikan mas.

7 1.1.1 Perumusan masalah Untuk memprediksi permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong maka ada beberapa hal yang harus diketahui, yaitu. 1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong. 2. Besar kecilnya derajat kepekaan permintaan ikan mas (elastisitas) ditinjau dari perubahan harga ikan mas itu sendiri maupun perubahan harga dari komoditas lain (substitusi/komplementer) di wilayah Kabupaten Lebong. Berdasarkan uraian tersebut dilakukan penelaahan perilaku masyarakat Kabupaten Lebong terhadap permintaan ikan mas ditinjau dari karakteristik permintaan. Faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku konsumen terhadap permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong diidentifikasikan sebagai harga ikan mas itu sendiri, harga barang substitusi (ikan nila, ikan tongkol, daging ayam), dan jumlah pendapatan keluarga. Semua faktor tersebut secara bersama-sama diduga mempengaruhi permintaan konsumen terhadap ikan mas di Kabupaten Lebong. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah. 1. Seberapa besar pengaruh harga ikan mas, harga ikan nila, harga ikan tongkol, harga daging ayam, dan pendapatan keluarga terhadap permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong? 2. Sejauh mana tingkat elastisitas permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong?

8 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang analisis permintaan konsumen rumah tangga terhadap ikan mas di Kabupaten Lebong Tahun 2013, untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ikan mas dan mengetahui elastisitasnya, belum pernah dilakukan. Namun terdapat penelitian sejenis yang pernah dilakukan diantaranya adalah. Dey et. al. (2008) dari India melakukan penelitian untuk menganalisis heterogenitas produk perikanan dalam hal spesies, sumber dan tanggapan budaya konsumen, dan faktor-faktor mempengaruhi permintaan ikan di bawah regulasi negara-negara Asia. Secara khusus penelitian ini membandingkan permintaan ikan dalam beberapa kelompok pendapatan untuk menentukan bagaimana rumah tangga berpenghasilan rendah dan tinggi, menanggapi/merespon perubahan harga dan pendapatan. Penelitian ini menggunakan alat analisis model Quadratic AIDS (Almost Ideal Demand System). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa elastisitas harga dan elastisitas pendapatan semua jenis ikan, baik rumah tangga miskin relatif lebih elastis dibandingkan rumah tangga kaya. Virgantari (2011) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mengadakan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan produk ikan penduduk Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan menduga elastisitas harga dan elastisitas pendapatan beberapa kelompok ikan menurut kelompok pendapatan. Alat analisis yang digunakan yaitu metode Multistage Budgetting Approach dengan pendekatan

9 model Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa sebagian besar penduduk Indonesia di berbagai wilayah lebih banyak mengkonsumsi ikan segar dari pada ikan awetan maupun udang. Rumah tangga di perkotaan memiliki preferensi yang lebih tinggi untuk konsumsi ikan segar maupun udang/hewan air lain yang segar dari rumah tangga di perdesaan. Semakin besar golongan pengeluaran, semakin besar pula alokasi pengeluaran untuk konsumsi ikan. Debnat et. al. (2012) dari India mengadakan penelitian untuk memperkirakan permintaan dan elastisitas pendapatan untuk jenis ikan yang berbeda di Tripura, dan memperkirakan permintaan ikan. Alat analisis yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS/Regresi berganda), analisis respon elastisitas, PASW 18 (Predictive Analysis Software 18). Hasil dari penelitian ini adalah Koefisien fungsi pengeluaran pangan dan ikan untuk perkotaan Tripura, pedesaan dan secara keseluruhan telah ditemukan positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa respon pengeluaran pangan terhadap perubahan pendapatan dan pengeluaran ikan, perubahan anggaran makanan yang substansial. Dhraief et. al. (2012) dari Tunisia mengadakan penelitian untuk menganalisis dampak variabel sosio-ekonomi dan demografi pada permintaan daging dan ikan oleh konsumen di Tunisia. Alat analisis yang digunakan adalah AIDS (Almost Ideal Demand System). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pola konsumsi daging dan ikan oleh usia, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan yang relatif berbeda sebagai pembeda untuk faktor-faktor ekonomi (pengeluaran pangan dan harga). Perubahan karakteristik demografi

10 dan ekonomi yang mempengaruhi perubahan dalam permintaan daging dan ikan. Ogundari (2012) dari Nigeria mengadakan penelitian untuk menganalisis elastisitas permintaan dari daging sapi, daging ayam, dan ikan di Nigeria. Alat analisis yang digunakan adalah analisis respon elastisitas dan kurva Engels. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa elastisitas permintaan dari daging sapi, daging ayam, dan ikan adalah inelastis. Permintaan untuk kualitas daging sapi, daging ayam, dan ikan meningkat karena pendapatan rumah tangga yang meningkat. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut adalah bahwa penelitian ini berbeda dalam jumlah variabel yang diteliti. Penelitian ini juga berbeda waktu penelitian dan tempat penelitian yang dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut memiliki cakupan wilayah yang lebih luas yaitu negara dan internasional, sedangkan cakupan wilayah penelitian ini adalah wilayah di sebuah wilayah kabupaten. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagaimana dari perumusan permasalahan di atas adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis pengaruh harga ikan mas, harga ikan nila, harga ikan tongkol, harga daging ayam, dan pendapatan keluarga terhadap permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong. 2. Menganalisis elastisitas permintaan ikan mas di Kabupaten Lebong.

11 1.3.2 Manfaat penelitian Diharapkan temuan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi hal-hal berikut. 1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam hal penentuan kebijakan terutama dalam mengupayakan ketersediaan pangan khususnya ikan mas di Kabupaten Lebong. 2. Sebagai informasi bagi masyarakat, praktisi dan akademisi dalam mengadakan penelitian lanjutan serta studi-studi tentang permintaan ikan di Kabupaten Lebong. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang direncanakan adalah sebagai berikut. Bab I Pengantar memuat tentang latar belakang, perumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Dan Alat Analisis menguraikan tentang tinjaua pustaka, landasan teori, dan alat analisis yang digunakan. Bab III Analisis Data Dan Pembahasan menguraikan tentang cara penelitian dan hubungan antar variabel yang diamati, hasil analisis data dan pembahasan. Bab IV Kesimpulan Dan Saran memuat kesimpulan dan saran yang merupakan kesimpulan dari analisis data serta saransaran atau rekomendasi sesuai hasil penelitian.