BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

IDHA WAHYUNINGSIH NIM F

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

EVALUASI DIRI PADA REMAJA PELAKU SEKS PRANIKAH

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nomor Responden : (diisi oleh peneliti) 2. Jenis Kelamin : 3. Usia :

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks pranikah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Permasalahan remaja sekarang ini cukup kompleks. Salah satu yang paling peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual remaja. Hal ini dapat terjadi karena remaja dalam perkembangannya cenderung memiliki tingkat seksual yang tinggi sehubungan dengan mulai matangnya hormon seksual dan organ-organ reproduksi. Keadaan ini menyebabkan rentannya perilaku remaja yang mengarah kepada terpuaskannya dorongan seksual. Remaja yang dapat mengendalikan akan terhindar dari perilaku seksual yang menyimpang. Sebaliknya, para remaja tidak dapat mengendalikannya, maka akan terjerumus ke dalam penyimpangan seksual, misalnya pemerkosaan, pornografi, dan hubungan bebas. Hurlock (1999) menyatakan bahwa ketika remaja secara seksual mulai matang, maka laki-laki maupun perempuan mulai mengembangkan sikap yang baru pada lawan jenisnya. Sikap ini mulai dikembangkan bila kematangan seksual sudah tercapai seperti bersikap romantis dan disertai dengan keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dari lawan jenis untuk menjalin hubungan. Pada remaja bermasalah yang dikuasai dorongan agresi dan antagonistik, maka kepekaan terhadap pengaruh perilaku seks menyimpang pada umumnya akan lebih tinggi. Remaja tipe ini akan menyalurkan rasa ingin tahu terhadap seks melalui membaca terbitan stensilan di antara teman remaja sekelompok, menonton film biru, dan melakukan eksperimen seksual dengan cara onani bersama teman remaja, mencoba hubungan seksual dengan lawan jenis sebaya, bahkan dengan pekerja seks, 1

2 mencoba perilaku seks homoseksual dengan teman sebaya atau dengan waria yang berprofesi sebagai prostitusi, melakukan pemerkosaan bersama teman terhadap korban yang ditemui di jalan. Perilaku remaja tersebut merupakan sikap seksual negatif yang ditandai perilaku psikososioseksual (Dianawati, 2003) Dijelaskan oleh Kauffman (dalam Adikusuma, dkk., 2008) bahwa perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial. Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya. Perilaku menyimpang di lingkungan sosial diantaranya dalam bentuk seks bebas. Salah satu bentuk seks bebas yang dilakukan remaja adalah perilaku menyimpang dalam berpacaran. Perilaku remaja berpacaran seperti berciuman, pelukan, pegang payudara, sampai melakukan hubungan seks merupakan perilaku yang memprihatinkan bagi orang tua ataupun bagi masyarakat. Perilaku remaja Indonesia dalam kebebasan seks dari tahun ke tahun tidak menurun, bahkan semakin meningkat. Bukti semakin banyaknya remaja yang melakukan pergaulan bebas dilakukan oleh Nugroho (2006), dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa remaja saat sekarang ini semakin berani dalam berpacaran. Ada 85 % remaja telah melakukan perilaku seksual seperti: ciuman, berpegangan tangan, bersentuhan, berpelukan, bahkan sampai berhubungan badan. Penelitian lain tentang perilaku seks muda-mudi modern semakin bebas dan permisif. Kesimpuan dari penelitian diperoleh hasil 22 % muda-mudi menganggap wajar cium bibir, dan 1,3 % menganggap wajar hubungan senggama. Angka ini

3 memang relatif kecil, tetapi penelitian-penelitian lain menunjukkan angka yang lebih tinggi. Sebagai contoh, 10 % dari 600 pelajar SMU yang disurvey di Jawa Tengah mengaku sudah pernah melakukan hubungan intim (Adikusuma, dkk., 2008)) Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kasus-kasus itu diantaranya adalah kumpul kebo, pelacuran terselubung, ciblek, fenomena salon plus dan kasus pornografi lainnya. Siti, Kepala Pusat Studi Wanita Universitas Gajah Mada, Siti dalam perbincangannya dengan eltira FM mengatakan dari hasil penelitian terungkap lokasi yang sering digunakan untuk penyimpangan seksual remaja dalam berpacaran di Yogyakarta adalah Alun-alun selatan, seputar Stadion Maguwoharjo, tempat kost dan hotel melati, temuan ini cukup memprihatinkan. Ada semacam kebanggaan bagi remaja untuk memamerkan bagian tubuh yang sensitif dan rahasia kepada temantemannya. Penelitian ini juga menemukan fakta masih banyaknya remaja yang minim pengetahuan kesehatan reproduksinya. Di sisi lain, gaya berpacaran remaja telah terjadi penyimpangan-penyimpangan (Hariti, 2007). Gaya pacaran remaja zaman sekarang tidak sehat sebab tidak lagi mengindahkan nilai-nilai moral dan pertimbangan logika. Akibatnya banyak remaja hamil pranikah, bahkan terinfeksi HIV/AIDS. Seperti diungkapkan Wijaya (2004) bahwa saat ini terjadi fenomena global life style sehingga berperilaku sangat bebas. Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi serta tayangan impor (pornografi) dari berbagai negara ditiru oleh remaja, bahkan tindakan seks bebas pranikah juga dilakukan oleh remaja di Indoensia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Team Embrio (dalam Sugiarto, 2007) pada bulan Juni 2007 tentang perilaku seksual remaja di Semarang mengungkap bahwa aktivitas berpacaran yang dilakukan oleh para remaja tersebut

4 adalah 91,3% responden merangkul dan memeluk, 95% responden mencium pipi dan kening, 99% mencium bibir, 72,4 % mencium leher, 48,03% meraba daerah sensitif yaitu payudara dan kelamin, 28,3% melakukan peeting, dan 20,4% responden melakukan seks dengan pasangannya. Putri (2009) mengutip penelitian yang dilakukan Wijaya tentang perilaku seksual remaja di empat kota (Surabaya, Jakarta, Bandung, Medan) yang melibatkan 450 remaja. Hasilnya 44% responden mengaku punya pengalaman seksual ketika berusia 16 18 tahun. 10% lainnya punya pengalaman seksual ketika berusia 13 15 tahun. Rata-rata respon juga mengaku pernah deep kissing, pelukan, perabaan, dan hubungan intim saat berpacaran. Data tersebut, 40% responden berhubungan seksual di rumah. Sementara, masing-masing 26% responden melakukan hubungan intim di tempat kos dan hotel. Perilaku penyimpangan seksual pada remaja terjadi tidak hanya di kota, di desapun juga demikian. Seperti di kecamatan Wuryantoro, sebagian remaja melakukan penyimpangan seksual saat berpacaran. Perilaku remaja di kecamatan Wuryantoro dengan cara merangkul, memeluk, mencium pipi dan kening di depan umum merupakan perbuatan yang ditabukan oleh masyarakat. Di depan umum remaja telah berani merangkul, memeluk, dan mencium, ada kemungkinan remaja yang berduaan saat berpacaran melakukan tindakan yang lebih berani seperti berciuman bibir, mencium leher, meraba daerah sensitif yaitu payudara dan kelamin, melakukan peeting, dan sampai melakukan hubungan seks dengan pasangannya. Remaja saat berpacaran dan telah melakukan hubungan seks berdampak pada kehamilan dan menikah muda bagi remaja. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Urusan Agama (KUA) melalui Bapak Mahmudi (Petugas KUA, Kecamatan

5 Wuryantoro, 17 Juli 2010) dapat diketahui ada puluhan remaja awal yang menikah karena alasan hamil sebelum menikah. Remaja yang hamil akibat penyimpangan seksual membuat remaja menikah sebelum waktunya. Remaja yang melakukan penyimpangan seksual dipengaruhi oleh faktor keluarga yang kurang memperhatikan pergaulan anak dan faktor budaya bebas dalam berpacaran sudah masuk ke daerah tersebut. Hal tersebut didukung data sekunder dari KUA kecamatan Wuryantoro dari tanggal 1 Juni 2009 30 Juni 2010 jumlah orang yang menikah 239 pasangan, yang menikah pada usia 20 tahun ke bawah sebanyak 41 pasangan atau 17% dari 239 pasangan. Sebagaimana terungkap dalam data-data hasil penelitian tersebut, kebebasan seks yang dilakukan muda-mudi saat berpacaran tidak terlepas dari membanjirnya arus informasi seksualitas, baik melalui media elektronik ataupun media cetak, seperti televisi, film, video, surat kabar, radio, majalah, tabloid, buku-buku, internet dan sebagainya. Keterbukaan media massa dalam mengupas masalah seksualitas tersebut dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan seksual saat berpacaran adalah faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga ataupun lingkungan sosial di sekitar tempat tinggal remaja. Faktor keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat berperan besar dalam menentukan perilaku dan sikap anggota keluarga. Orang tua ikut andil dalam memberikan pengetahuan tentang seks kepada anak. Akibat anak kekurangan sumber pengetahuan resmi tentang masalah seks di ruang umum, tidak mengherankan anak yang menginjak usia remaja sering mencari tahu tentang hal itu dari sumber-sumber yang gampang didapat, yaitu pornografi. Menurut hasil

6 kuesioner, kualitas VCD sebagai sumber informasi hanya 7%, tidak dianggap setinggi sekolah atau orangtua (Creagh, 2008). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dipilih judul Faktor - faktor yang Mempengaruhi Remaja Melakukan Perilaku Penyimpangan Seksual dalam Berpacaran Di Desa Mlopoharjo Kecamatan Wuryantoro Wonogiri B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi remaja yang berusia antara 13 tahun-18 tahun melakukan penyimpangan seksual dalam berpacaran di desa Mlopoharjo, kecamatan Wuryantoro, Wonogiri? Selanjutnya, faktor-faktor tersebut dijabarkan menjadi tiga pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimanakah faktor-faktor intrinsik mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan seksual di desa Mlopoharjo kecamatan Wuryantoro, Wonogiri? 2. Bagaimanakah faktor-faktor ekstrinsik mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan seksual di desa Mlopoharjo kecamatan Wuryantoro, Wonogiri? 3. Bagimanakah dinamika psikologis faktor intrinsik dan ekstrinsik mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan seksual di desa Mlopoharjo kecamatan Wuryantoro, Wonogiri? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian, ini adalah memahami faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan seksual dalam berpacaran di kecamatan

7 Wuryantoro, Wonogiri. Secara rinci tujuan tersebut yaitu ingin mengetahui: 1. Faktor-faktor intrinsik mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan seksual di desa Mlopoharjo kecamatan Wuryantoro, Wonogiri. 4. Faktor-faktor ekstrinsik mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan seksual di desa Mlopoharjo kecamatan Wuryantoro, Wonogiri. 5. Dinamika psikologis faktor intrinsik dan ekstrinsik mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan seksual di desa Mlopoharjo kecamatan Wuryantoro, Wonogiri D. Manfaat Penelitian 1. Bagi remaja dapat dijadikan sumber informasi dan menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan seksual dalam berpacaran. 2. Bagi orang tua dapat menambah pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan seksual dalam berpacaran sehingga timbul sikap kewaspadaan orang tua untuk ikut memperhatikan pergaulan remaja di lingkungan sosialnya. 3. Bagi Kepala Desa dapat dipergunakan sebagai bahan informasi tentang pentingnya faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan seksual dalam berpacaran sehingga Kepala Desa sebagai aparat pemerintah ikut andil dalam memperhatikan permasalahan sosial yag ada di desa. 4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukkan tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan seksual dalam berpacaran.