BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Al-Qur an menghormati perempuan sebagai manusia, anak

dokumen-dokumen yang mirip
Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-ankabut bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. sumber ajaran yang telah terlembagakan yaitu al-qur an dan hadis. Hadis

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

BAB I PENDAHULUAN. dan imamah (Serban). Kebiasaan Nabi SAW dan para sahabatnya, baik dalam

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB I PENDAHULUAN. menduduki posisi sangat signifikan, baik secara struktural maupun fungsional.

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB I PENDAHULUAN. inilah yang dikatakan Agama, diputuskan oleh akal dan logika dan dibenarkan

Syarah Istighfar dan Taubat

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI


ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

Hadits-hadits Shohih Tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

UNTUK KALANGAN SENDIRI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH

Satu kambing untuk satu orang, satu sapi/unta untuk tujuh orang dalam berkurban

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Berdzikir Dengan BIJI TASBIH حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Hukum Mengubah Nazar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Mencium Kening Ibu

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

BAB IV ANALISIS HADIS SUGUHAN KELUARGA MAYAT. sanad. Adapun kritik sanadnya, antara lain sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IDDAH CERAI MATI PEREMPUAN KARIER YANG BEKERJA DALAM MASA IDDAH DAN BEKERJA DENGAN BERHIAS DIRI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

BAB I PENDAHULUAN. patut disyukuri. Tidak sedikit orang yang mempunyai kesulitan untuk tidur,

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

PUASA DI BULAN RAJAB

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

ع ل ي ك م ب س ن ت ي و س ن ة ال خ ل ف اء الر اش د د الر د دي ي

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB III HADITS TENTANG KEBOLEHAN DAN LARANGAN WANITA YANG KELUAR RUMAH DALAM MASA `IDDAH. A. Hadits Yang Membolehkan Keluar Rumah Dalam Masa `Iddah

BILA HARI IED JATUH PAD HARI JUMAT

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

KEWAJIBAN PUASA. Publication: 1435 H_2014 M. Tafsir Surat al-baqarah ayat

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

MUZARA'AH dan MUSAQAH

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Memakai Pakaian WOL

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH)

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma ADZAN AWAL, MEMBACA SHALAWAT NABI SAW, DAN SYAFA ATUL- UZHMA

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an menghormati perempuan sebagai manusia, anak perempuan, isteri, ibu, bahkan sebagai seorang anggota masyarakat. Namun pada zaman sebelum Islam, sebagian besar masyarakat dari berbagai tingkat usia melanggar hak perempuan untuk mendapatkan ilmu agama dan bekerja. Bahkan mereka pun melarang perempuan pergi ke suatu tempat untuk beribadah atau menuntut ilmu dan pemaksaan terhadap perempuan untuk menikah dengan orang yang tidak disukainya dan mengurungnya di rumah. 1 Tetapi, fenomena itu terjadi saat tidak ada satu agama pun yang menyadari akan kemuliaan perempuan. Maka Islam datang untuk memuliakan perempuan saat tidak ada satu tempat pun di dunia yang mengangkat harkat dan martabat perempuan. Pandangan Islam yang benar mengenai status perempuan merupakan isi risalah Nabi. Di zaman sekarang, ilmu modern telah menyatakan bahwa spesialisasi dalam dunia kerja adalah tempat paling baik untuk menempatkan profesionalitas dan produktifitas. Agama Islam juga menganjurkan umatnya untuk bekerja. Sebagaimana firman Allah SWT : 1 Yusuf Qardhawi, Fiqih Wanita, (Bandung: Jabal, 2009), h. 8. 1

2 Dan karena rahmat-nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-nya. (QS. Al Qashash : 73). Sekaligus pada masa kini, wanita pun pada kenyataannya harus hidup dengan kondisi berbeda, di mana seorang wanita banyak mendominasi dunia kerja untuk dapat memenuhi kebutuhan kesehariannya, baik keluarga dan saudara, terlebih ketika wanita ditinggal mati oleh suaminya maka tentu saja bagi wanita tersebut akan mendapatkan tugas ganda dalam keluarganya. Dalam ajaran agama Islam, ketika suami meninggal dunia, tentu istri harus menjalankan masa `iddah nya yaitu masa tenggang atau batas waktu untuk tidak boleh nikah bagi wanita yang dicerai atau ditinggal mati suaminya 2. Dari sini, telah jelas bahwa wanita, saat ini membutuhkan banyak pertimbangan hukum, terutama pada masa di mana seorang wanita harus menyelesaikan tugasnya dalam memenuhi kewajiban rumah tangga, menjadi tulang punggung keluarga, sebagai pengganti suaminya yang telah meninggal dunia. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, para wanita yang dicerai atau ditinggal mati oleh suaminya diharuskan keluar rumah untuk bekerja atau mengais rezeki. Sedangkan disisi lain, dalam syari`at agama Islam, mereka harus berdiam diri di rumah untuk menjalankan masa `iddah sampai batas waktu yang ditentukan. 2 Rifa`i, Ilmu Fiqh Islam Lengkap( Semarang : PT Karya Toha Putra, 1978 ), h. 501.

3 Kajian yang akan penulis bahas dalam masalah wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah ini terfokus pada mukhtalif al - hadits yaitu hadits yang bertentangan pada makna zhahirnya (namun makna makna sebenarnya tidaklah bertentangan). Di dalam penelusuran penulis, hadits yang membolehkan wanita keluar rumah dalam masa `iddah terdapat 5 Mukharrij yaitu Muslim, An Nasa`I, Ibnu Majah, Ad Daarimi, dan Ahmad bin Hanbal 3. masa `iddah : Redaksi hadits yang membolehkan wanita yang keluar rumah dalam أ خ ب ر ن ا ع ب د ال ح م يد ب ن م ح مد ق ال ح دث ن ا م خ ل د ق ال ح دث ن ا اب ن ج ر ي ج ع ن أ ب ي ال زب ي ر ع ن ج اب ر ق ال ط ل ق ت خ ال ت ه ف ا ر اد ت أ ن ت خ ر ج إ ل ى ن خ ل ل ه ا ف ل ق ي ت ر ج لا ف ن ه اه ا ف ج اء ت ر س ول الل ه ص ل ى الل ه ع ل ي ه و س ل م ف ق ال اخ ر ج ي 4 ف ج دي ن خ ل ك ل ع ل ك أ ن ت ص دق ي و ت ف ع ل ي م ع ر وف ا ) رواه النسائ). Telah mengabarkan kepada kami Abdul Hamid bin Muhammad berkata; telah menceritakan kepada kami Makhlad berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij dari Az Zubair dari Jabir ia berkata, bahwa bibinya telah dicerai kemudian ia (bibinya) ingin keluar menuju kebun kurmanya, saat bertemu dengan seorang laki-laki, lakilaki itu lalu melarangnya. Maka ia pun datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda: "Keluarlah, kemungkinan engkau ingin bersedekah dan melakukan suatu kebaikan 5."( HR. An Nasa`i ). Sedangkan hadits yang melarang wanita keluar rumah dalam masa `iddah, terdapat 6 Mukharrij yaitu Abu Daud, Turmidizi, Ibnu Majah, An Nasa`i, Al Muwatha`, dan Ad Darimi 6. 3 A. J. Wensinck, Mu`jam al Mufahras li Alfazh al Hadits an Nabawiy, ( Leden : Maktabah Berbil, 1973 ), jilid. 4, h. 17. 4 Abi `Abdirrahman Ahmad bin Syu`aib bin Ali Annasa`i, Sunan An Nasa`i ( Daarul Fikr ) jilid. 6, h. 210. 5 Muhammad Nashiruddin Al Bani, Shahih Sunan An Nasa`i ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2006 ), jilid. 2, h. 821. 6 A. J. Wensinck, Op.cit, jilid. 6, h. 246.

4 Redaksi hadits yang melarang wanita keluar rumah dalam masa `iddah : ح دث ن ا ع ب د الل ه ب ن م س ل م ة ال ق ع ن ب ى ع ن م ال ك ع ن س ع د ب ن إ س ح اق ب ن ك ع ب ب ن ع ج ر ة ع ن ع مت ه ز ي ن ب ب ن ت ك ع ب ب ن ع ج ر ة أ ن ال ف ر ي ع ة ب ن ت م ال ك ب ن س ن ان - و ه ى أ خ ت أ ب ى س ع يد ال خ د ر ى - أ خ ب ر ت ه ا أ ن ه ا ج اء ت إ ل ى ر س ول الل ه -صلى االله عليه وسلم- ت س ا ل ه أ ن ت ر ج ع إ ل ى أ ه ل ه ا ف ى ب ن ى خ د ر ة ف ا ن ز و ج ه ا خ ر ج ف ى ط ل ب أ ع ب د ل ه أ ب ق وا ح ت ى إ ذ ا ك ان وا ب ط ر ف ال ق دوم ل ح ق ه م ف ق ت ل وه ف س ا ل ت ر س ول الل ه -صلى االله عليه وسلم- أ ن أ ر ج ع إ ل ى أ ه ل ى ف ا ن ى ل م ي ت ر ك ن ى ف ى م س ك ن ي م ل ك ه و لا ن ف ق ة. ق ال ت ف ق ال ر س ول الل ه -صلى االله عليه وسلم-» ن ع م». ق ال ت ف خ ر ج ت ح ت ى إ ذ ا ك ن ت ف ى ال ح ج ر ة أ و ف ى ال م س ج د د ع ان ى أ و أ م ر ب ى ف د ع يت ل ه ف ق ال» ك ي ف ق ل ت». ف ر د د ت ع ل ي ه ال ق صة ال ت ى ذ ك ر ت م ن ش ا ن ز و ج ى ق ال ت ف ق ا ل «ام ك ث ى ف ى ب ي ت ك ح ت ى ي ب ل غ ال ك ت اب أ ج ل ه». ق ال ت ف اع ت د د ت ف يه أ ر ب ع ة أ ش ه ر و ع ش ر ا. ق ال ت ف ل ما ك ان ع ث م ان ب ن ع فان أ ر س ل إ ل ى ف س ا ل ن ى ع ن ذ ل ك ف ا خ ب ر ت ه 7 ف ات ب ع ه و ق ض ى ب ه. ) رواه ابو داود ). Telah menceritakan kepada kami `Abdullah bin Maslamah Al Qa`nabiy dari Malik dai Sa`ad bin Ishaq bin Ka`ab bin `Ujrah dari bibinya Zainab binti Ka`ab bin `Ujrah dari bahwa Al Furai`ah binti Malik bin Sinan saudara perempuan Said al Khudri : Dia mendatangi Rasulullah, kemudian menanyakan perihal dirinya yang hendak kembali kepada keluarganya ( yaitu Bani Khudrah ), sebab suaminya terbunuh ketika hendak kembali dari mencari beberapa budaknya yang kabur. Aku pun lalu bertanya kepada Rasulullah perihal dirinya yang hendak kembali kepada keluarga, lantaran aku tidak ingin tinggal dirumah pemberian suami tanpa ada nafkah. Furai`ah melanjutkan ceritanya : Rasulullah kemudian menyetujui. Aku lalu keluar, dan ketika sampai di depan jendela atau di mesjid, Rasulullah memanggilku atau memerintahkanku, dan Apa yang kamu katakan tadi? Aku lalu menceritakan kembali keadaan suamiku. Rasulullah bersabda : Jangan pergi, tetaplah ditempatmu sampai selesai masa `iddahmu. Aku kemudian menjalani masa `iddah di rumah suamiku selama empat bulan sepuluh hari. Furai`ah mengatakan : Ketika Utsman menemuiku dan bertanya tentang hal itu, aku menceritakan semuanya kepada Utsman dan Utsman pun mengikuti apa yang saya katakan 8.( HR. Abu Daud ). Untuk membuat bahasan ini terpola pada mukhtalif al - hadist, maka penulis mengambil 2 hadits saja yang diriwayatkan oleh An Nasa`i yang membolehkan wanita keluar rumah dalam masa `iddah dan diriwayatkan oleh Abu Daud yang melarang wanita keluar rumah dalam masa `iddah. 7 Abi Daud Sulaiman bin Asy`ats Assijistani, Sunan Abu Daud( Beirut : Daarul Fikr, 1993 ), jilid. 2, h. 273. 8 Muhammad Nashiruddin Al Bani, Shahih Sunan Abu Daud ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2007 ), jilid. 2, h. 62.

5 Berdasarkan dua hadits tersebut, dapat dipahami bahwa wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah terdapat dua kesimpulan yaitu dibolehkan dan dilarang. Untuk menyelesaikan pertentangan maknanya tersebut, maka perlu dicari jalan keluarnya sehingga pertentangan di dalam hadits tersebut dapat dihilangkan. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian ini dalam kajian Mukhtalif al Hadist dengan judul penelitian STUDI PEMAHAMAN HADITS TENTANG WANITA YANG KELUAR RUMAH DALAM MASA `IDDAH. B. Alasan Pemilihan Judul Adapun alasan yang melatar belakangi penulis untuk mengangkat judul tersebut sebagai berikut : 1. Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al Qur`an, yang juga berperan penting sebagai penjelas dari Al Qur`an itu sendiri. Dilihat dari segi periwayatannya, ternyata tidak semua hadits diriwayatkan secara mutawattir. Oleh karena itu penelitian yang mendalam terhadap kualitas dan kuantitas hadits merupakan sesuatu yang penting dalam upaya menemukan hujjah yang kuat. 2. Peneliti melihat banyaknya wanita pada zaman sekarang ini ikut bekerja membantu suaminya untuk menafkahi keluarganya. Akan tetapi, ketika suami meninggal dunia, tentu istri harus menjalankan masa `iddah nya. Sehingga penulis tertarik untuk membahasa masalah hadits mukhtalif

6 tentang wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah untuk mengetahui bagaimana hukum wanita keluar rumah dalam masa `iddah tersebut. C. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam skripsi ini, maka kiranya penulis perlu memberikan penjelasan mengenai istilah istilah yang terdapat di dalam judul ini, sebagai berikut : 1. Studi Upaya penjelasan secara komprehensif mengenai berbagai aspek subek yang diteliti. 9 2. Pemahaman Mempelajari baik baik supaya paham. 10 3. Hadits Apa yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau, sebelum kenabian atau sesudahnya. 11 4. Iddah Masa tenggang atau batas waktu untuk tidak boleh nikah bagi wanita yang dicerai atau ditinggal mati suaminya. 12 9 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004 ), h. 201. 10 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia( Jakarta : Pustaka al Kautsar, 2006 ), h. 281. 11 Syaikh Manna` al Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadis( Jakarta : Pustaka al Kautsar, 2005 ), h. 22. 12 Rifa`i, Op.cit

7 5. Ilmu Mukhtalif al Hadits Yaitu hadits shahih atau hadits hasan yang secara lahiriah tampak saling bertentangan dengan hadits shahih atau hadis hasan lainnya. Namun, makna yang sebenarnya atau maksud yang dituju oleh haditshadits tersebut tidaklah bertentangan, karena satu dengan yang lainnya dapat dikompromikan atau dicari penyelesaiannya dalam bentuk nasakh atau tarjih 13. Dari penjelasan istilah istilah di atas, dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan judul penulisan ini adalah penelitian dan pengkajian tentang hadits wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah yang termuat dalam kitab hadits yang enam ( kutub al sittah ) yang zhahirnya saling bertentangan sehingga bisa menghasilkan kesimpulan melalui metode penyelesaian ilmu mukhtalif hadits. D. Batasan dan Rumusan Masalah Untuk mengarahkan penelitian ini sesuai dengan masalah yang dicari dan supaya tidak terjadi kekeliruan dalam memahami penelitian ini, maka penulis membatasi masalah ini hanya dalam kajian studi keadaan memahami hadits wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah. Hadits yang berbicara tentang wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah ini diriwayatkan oleh banyak mukharrij yang tersebar dalam kitab kitab hadits yang mu`tabar dengan rincian sebagai berikut : 13 Edi Safri, Op.cit. h. 83.

8 Berdasarkan informasi yang didapat dari kitab Mu`jam al Mufahras li Alfazh al Hadis an Nabawi, hadits tentang wanita boleh keluar rumah dalam masa `iddah diriwayatkan oleh Muslim, ad - Darimi, An Nasa`I, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad bin Hanbal, sedangkan hadits tentang melarang wanita keluar rumah dalam masa `iddah diriwayatkan oleh Abu Daud, Turmidzi, Ibn Majah, An Nasa`i, Al Muwatha`, dan Ad Darimi. Hadits yang akan diteliti dalam penulisan ini adalah dua hadits yang diriwayatkan oleh An Nasa`i dan Abu Daud yang terdapat kontradiktif ( bertentangan). Kedua hadits tersebut berkaitan dengan kajian tentang hukum wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah. Adapun alasan penulis memilih hadits dari An Nasa`i karena riwayat dari An Nasa`i tersebut lebih tinggi dibandingkan Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal, dan Ad Darimi. Sedangkan alasan memilih hadits Abu Daud karena riwayat dari Abu Daud lebih tinggi dibandingkan Turmidzi, An Nasa`i, Ibnu Majah, Al Muwatha`, dan Ad Darimi. Dari pemaparan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan : 1. Bagaimana kualitas hadits tentang kebolehan dan larangan wanita keluar rumah dalam masa `iddah? 2. Bagaimana pemahaman serta penyelesaian hadits mukhtalif wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah?

9 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui kualitas hadits tentang wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah. b. Untuk mengetahui pemahaman serta penyelesaian hadits mukhtalf tentang wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah yang kontradiktif (bertentangan) secara tekstual. 2. Kegunaan Penelitian a. Untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang ilmu hadits. b. Secara akademis, penelitian ini melengkapi syarat syarat guna memperoleh gelar sarjana Tafsir Hadis pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. F. Tinjauan Pustaka Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, maka penulis belum menemukan buku-buku khusus yang membahas hadits wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah. Namun, setidaknya pembahasan mengenai wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah telah banyak dibicarakan oleh ulama terdahulu, maupun ulama sekarang dalam bentuk karangan berupa buku-buku dalam kajian ilmu Fiqh.

10 Adapun literatur literatur yang membahas tentang wanita yang keluar rumah dalam masa hadits adalah : 1. Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim menjelaskan hadits yang membolehkan wanita keluar rumah dalam masa `iddah, bahwa madzhab Maliki, madzhab Imam Ats Tsauri, Laits, Asy Syafi`i, Ahmad, dan yang lainnya menyatakan bahwa wanita yang ber`iddah dari talak ba`in boleh keluar rumah pada siang hari karena suatu keperluan. Demikian pula dengan wanita yang ditinggal mati suaminya. Abu Hanifah juga sepakat dengan mereka untuk wanita yang ditinggal mati suaminya. Namun untuk wanita yang ditalak ba`in, ia mengatakan bahwa wanita tersebut tidak boleh keluar rumah, baik siang maupun malam hari. 2. Abu Malik Kamal bin as Sayyid Salim dalam kitabnya Fikih Sunnah menjelaskan tentang hal hal yang berkaitan dengan `iddah serta pendapat para ulama mengenai wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah tersebut. Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini setelah sama - sama menyepakati keharusan wanita yang ber`iddah untuk tetap tinggal di rumahnya dan tidak keluar rumah kecuali untuk suatu kebutuhan alasan ( udzur ). 3. Fauzan, dalam kitabnya Fiqih Sehari Hari yang menjelaskan tentang apa apa saja ketentuan wanita yang sedang menjalani masa `iddah. Salah satunya yaitu wanita yang dalam keadaan `iddah tersebut diperbolehkan untuk keluar rumah di siang hari untuk memenuhi

11 kebutuhannya, tapi tidak diperbolehkan di malam harinya. Karena malam hari adalah pemicu kebatilan. 4. Edi Safri dalam bukunya Metode Penyelesaian Hadis Hadis Mukhtalif Imam As Syafi`i yang menjelaskan pengertian ilmu mukhtalif hadits serta bagaimana metode penyelesaian hadits mukhtalif tersebut. Dengan tidak mengabaikan kajian para penulis dan peneliti terdahulu, penelitian ini memiliki nuansa tersendiri, yaitu meneliti hadits yang membahas tentang hukum wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah, dengan mengumpulkan hadits hadits khusus yang berbicara tentang hal tersebut dalam kitab kitab hadits yang mu`tabar, kemudian diteliti keshahihannya serta mengkaitkannya dengan pendapat ulama terhadap pemahaman hadits tersebut dengan memadukannya dengan ilmu mukhtalif hadits sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang baik tentang hukum wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah. G. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang mengambil sumber dari buku buku atau kitab kitab hadits yang secara langsung membahas tentang wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah dan buku buku yang berkaitan dengan mukhtalif al - hadits yang mendukung dalam pengumpulan data ini, sehingga metode ini disebut metode library reasearch. 14 Adapun langkah langkah adalah sebagai berikut : 1. Sumber Data 14 Sutrisno Hadi, Metodologi Research( Jakarta : Andi Offset, 1997 ), h. 9.

12 Sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan kepada dua kategori, yaitu : a. Data Primer adalah merupakan kesaksian dengan mata kepala sendiri, indra lainnya, atau alat mekanis 15. Dalam penelitian kepustakaan sama hal nya dengan bahan pustaka yang dijadikan rujukan utama di dalam penelitian. Sebagai sumber utama dalam penelitian ini adalah buku buku yang berkaitan langsung dengan tema yang sedang diteliti, data tentang hadits mukhtalif wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah. Data ini bersumber dari kitab kitab hadits yang memuat hadits hadits tersebut. Adapun kitab kitab hadits yang menjadi sumber primer hadits yang membolehkan wanita keluar rumah dalam masa `iddah, yaitu Sunan An Nasa`i. Sedangkan kitab hadits yang memuat hadits yang melarang wanita keluar rumah dalam masa `iddah, yaitu Sunan Abu Daud. Selain itu, rujukan penting dalam penelitian ini adalah kitab Mu`jam al Mufahraz li - alfazh al Hadits an Nabawi karya A. J. Wensinck. b. Data Sekunder adalah kesaksian dari siapa pun yang bukan saksi pandangan mata 16. Sama hal nya dengan referensi yang mendukung tema tema pokok yang dibahas, baik berupa buku, ataupun bahan pustaka lainnya yang dapat dijadikan bahan untuk memperkuat argumentasi dari hasil penelitian. Data ini bersumber dari kitab kitab syarah hadis seperti Tahzib al Kamal fi Asma` al Rijal karya al 15. 15 Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis ( Jakarta : Bulan Bintang, 1995 ), h. 16 Ibid, h. 16.

13 Mizzi, Tahzib al Tahzib karya Imam al Hafiz Syihabuddin Ahmad Ibn Ali Ibn Hajar al Asqalani, dan Syarah Sahih Muslim. Serta buku buku pendukung lainnya seperti Shahih Fikih Sunnah karya Abu Malik Kamal bin as Sayyid Salim, Fikih Sehari Hari karya Fauzan, dan Metode Penyelesaian Hadis Hadis Mukhtalif Imam As Syafi`i karya Edi Safri. 2. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Melakukan pelacakan lafaz yang terdapat pada matan hadits yang akan diteliti (pendekatan kosa kata ). Buku yang dapat dijadikan rujukan adalah Mu`jam al Mufahras li Alfazh al Hadis al Nabawi karya A. J. Wensinck dengan terbitan tahun 1936. Dari sinilah akan diperoleh informasi tentang hadits hadits yang akan diteliti, dan mengarahkan kepada kitab hadits asalnya, serta nama mukharrij ( penyusun ). b. Mengklasifikasikan hadits wanita boleh keluar rumah dalam masa `iddah dan wanita tidak boleh keluar rumah dalam masa `iddah. c. Meneliti kualitas para perawi hadits dengan menggunakan Ilm al- Jarh Wa al-ta dil dan merujuk kepada kitab-kitab Rijal al-hadits seperti kitab Tahzib al-tahzib karya Ibn Hajar al-asqalani, Tahzib al-kamal Fi Asma al-rijal karya al-mizzi, al-jarh Wa al-ta dil karya syaikh al-islam al-razi dan lain-lain.

14 d. Meneliti ketersambungan sanad dengan melihat keterkaitan antara perawi satu dengan yang lain, baik hubungan guru, murid ataupun sebaliknya berdasarkan tahun lahir dan wafat dengan data yang di informasikan dalam kitab-kitab Rijal al-hadits. e. Melihat masing masing syarah (penjelasan) hadits, dan sumber sumber lain sesuai yang dibahas untuk mengetahui fiqh haditsnya dan dalam pemahaman serta penyelesaian hadits mukhtalif tersebut. 3. Teknik Analisa Data Setelah data terkumpul, maka data data tersebut dianalisa dengan menggunakan metode hadits dengan dua pendekatan, yaitu : a. Pendekatan sanad Kegiatan ini dimaksudkan untuk memastikan apakah hadits ini shahih atau tidak. Ukuran keshahihan hadits itu terpenuhi paling tidak lima unsur. Adapun unsur-unsur tersebut adalah sanadnya bersambung, periwayatnya adil, dhabith, terhindar dari syadz dan illat. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan langkah-langkah metodologis. Langkah-langkah tersebut adalah: 1. Melakukan i tibar al-sanad, yaitu meneliti jalur-jalur periwayatan hadits yang diduga diriwayatkan sendiri, agar diketahui bahwa hadits tersebut memiliki hadits muttabi (yang mengikuti hadits

15 dari jalur periwayatan lain yang semakna), syahidnya (hadits lain yang jadi penguat) atau tidak memiliki syahid atau muttabi`17. 2. Meneliti dan menganalisis perawi dan metode periwayatannya, yang meliputi ilmu Jarh wa Ta dil, shighat tahammu wa alada,serta penelitian kemungkinan adanya syadz dan illat. 3. Menyimpulkan hasil penelitian sanad. b. Pendekatan Matan. Pendekatan ini lebih mengacu kepada 2 hal, yaitu : 1. Kaedah-kaedah keshahihan matan hadis, diantaranya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang dikandung al-qur an, tidak menyalahi terhadap hadits yang lebih shahih, tidak bertentangan dengan akal sehat manusia, indra dan sejarah yang telah baku, kemudian terhindar dari syaz dan illat 18. 2. Memahami hadits secara kontekstual, yaitu memahami hadits - hadits Rasulullah dengan memperhatikan dan mengkaji keterkaitannya dengan peristiwa atau situasi yang melatar belakangi munculnya hadits hadits tersebut, atau dengan kata lain, dengan memperhatikan dan mengkaji konteksnya. Dengan demikian asbab al wurud dalam kajian kontekstual dimaksud merupakan bagian yang paling penting. Tetapi kajian yang lebih luas tentang pemahaman kontekstual tidak hanya terbatas pada asbab al wurud dalam arti khusus seperti yang biasa dipahami, 17 Nazwir Yuslem, Ulumul Hadis ( Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya, 2001 ), h. 423. 18 M. Syuhudi Ismail, Sunnah Nabi Menurut Pembela, Pengingkar, dan Pemalsunya ( Jakarta : Gema Insani Press, 1995 ), h. 79

16 tetapi lebih luas dari itu meliputi : konteks historis, sosiologis, dan antropologisnya. 19 Metode ini penulis gunakan untuk menganalisa data dari matan hadis dan merujuk pada kitab kitab syarah beserta asbabul wurudnya guna untuk mendapatkan penelitian yang optimal. c. Pendekatan Ilmu Mukhtalif al Hadist. Tujuan utama pendekatan ini adalah berupaya untuk mengamalkan kedua hadits yang saling bertentangan, seperti dengan memperhatikan situasi dan kondisi. Ketika kedua hadits tersebut tidak bisa diamalkan, maka langkah selanjutnya meneliti hadits yang memiliki status lebih kuat baik dari segi sanad maupun matan. Apabila metode ini belum bisa menetapkan sebuah hujjah maka harus menetukan hadits yang lebih dahulu dan belakangan datang. Jika diketahui, hadits yang datang belakangan menjadi nasikh ( penghapus ) terhadap hadits yang datangnya lebih dahulu ( mansukh). Jika ketiga metode ini tidak bisa juga menyelesaikan pertentangan kedua hadits tersebut, langkah terakhir yaitu dengan mentawaqqufkannya ( mendiamkan ) hadis tersebut sampai ada dalil yang menunjukkan keabsahan hadits tersebut. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini dengan membagi bab sebagai judul besar yang sesuai dengan isi bab tersebut. Kemudian setiap bab terbagi 19 Said Agil Munawwar, Studi Kritis Hadis Nabi Pendekatan Sosio-Historis-Kontekstual Asbabul Wurud( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001 ), h. 26.

17 pula kepada sub bab. Selanjutnya disusun dengan sistematis sehingga mudah untuk dipahami. BAB I : Pendahuluan, meliputi : Latar Belakang, Alasan Pemilihan Judul, Penegasan Istilah, Perumusan dan Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II : Merupakan tinjauan umum tentang ilmu mukhtalif hadits dan `Iddah. BAB III : Kajian takhrij tentang hadis wanita yang keluar rumah dalam masa `iddah BAB IV : Merupakan pemahaman hadis secara kontekstual serta metode yang digunakan di dalam menyelesaikan hadis yang kontradiktif ( berlawanan ) tersebut. BAB V : Penutup, yang berisikan : Kesimpulan dan Saran. Pada lembaran terakhir berisi daftar pustaka yang dijadikan sebagai sumber dalam penelitian ini.