HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RW.XII KELURAHAN SENDANGMULYO TEMBALANG SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Fajarina Lathu INTISARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

Dinas Kesehatan Provinsi Bali 2) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 3) Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Denpasar *)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

SKRIPSI. HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN FISIK, KIMIA, SOSIAL BUDAYA DENGAN KEPADATAN JENTIK (Studi di Wilayah Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya)

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagianpersyaratan guna mencapai derajat sarjana strata 1 kedokteran umum

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW XI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Putri Pratiwi *), Suharyo, SKM, M.Kes**), Kriswiharsi Kun S, SKM, M.Kes**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: INDRIANI KUSWANDARI

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KBERADAAN JENTIK

ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang

GAMBARAN FAKTOR KEBERHASILAN KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG DALAM PROGRAM KAWASAN BEBAS JENTIK

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA ANTIGA, WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGGIS I

HUBUNGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 3M DENGAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KELURAHAN KAWUA KABUPATEN POSO. Budiman

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

NASKAH PUBLIKASI GAMBARAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI DESA GROGOL KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

SURVEI ENTOMOLOGI, MAYA INDEX DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEPADATAN LARVA

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

!"#$%&'()*'"%+),#&#+%-%'&).'&),#&/'0.%'&)$'"1'('2'-) 3&-32),#&%&/2'-'&)$3-3),#&.%.%2'&).'&),#+'1'&'&) 2#,'.')$'"1'('2' :;<5:;=)>9?

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS GOGAGOMAN KOTA KOTAMOBAGU.

JURNAL. Suzan Meydel Alupaty dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc,Ph.D Agus Bintara Birawida, S.Kel. M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU

Perilaku Masyarakat Dan Indeks Entomologi Vektor Demam Berdarah Dengue Di Kota Cimahi

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

FAKTOR KEBERADAAN BREEDING PLACE DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI SEMARANG

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD. Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

: Suhu, Kelembaban, Perilaku Masyarakat dan Keberadaan jentik

Transkripsi:

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RW.XII KELURAHAN SENDANGMULYO TEMBALANG SEMARANG Nurdiyantoro 1 Siti Aisah 2 Mifbakhuddin 3 Abstrak Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, adanya kontainer buatan ataupun alami di tempat pembuangan sampah ataupun di tempat sampah lainnya, penyuluhan dan perilaku masyarakat, antara lain : pengetahuan, sikap, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), fogging, abatisasi, dan pelaksanaan 3M (menguras, menutup, dan mengubur). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan perilaku pencegahandan lingkungan fisik dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Semarang. Jenis penelitian adalah metode survei dengan pendekatan belah lintang. Populasi dalam penelitian adalah seluruh rumah di wilayah RW.XII Kelurahan Sendangmulyo Semarang sebanyak 413 KK dengan teknik proportional random sampling sebanyak 81 KK. Hasil penelitian menunjukkan erilaku pencegahan DBD responden sebagian besar baik sebanyak 42 orang (51,9%), faktor lingkungan responden sebagian besar baik sebanyak 48 orang (59,3%), kejadian DBD responden sebagian besar tidak terjadi DBD yakni sebanyak 46 orang (56,8%), terdapat hubungan bermakna antara perilaku pencegahan dan lingkungan fisik dengan kejadian DBD dengan nilai p = 0,000. Masyarakat hendaknya selalu mempraktekkan perilaku pencegahan DBD khususnya tentang menguras bak mandi secara rutin seminggu sekali, menutup rapat tempat bak tandon penampungan air bersih, menutup lubang sumur agar tidak jadi sarang nyamuk dan membersihkan barang-barang bekas yang ada di gudang. Kata Kunci : Perilaku Pencegahan DBD, Lingkungan Fisik, Kejadian DBD Abstract The Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) influenced by environmental conditions, the mobility of the population, population density, the presence of natural or artificial containers in landfill (landfill) or in other bins, counseling and behavior, among other things: knowledge, attitudes, activities mosquito nest eradication (PSN), fogging, abatisasi, and implementation of 3M (drain, cover, and bury). The research objective was to determine the relationship of the behavior of the physical environment pencegahandan with dengue incidence in the Village District Tembalang Sendangmulyo Semarang. This type of research is survey method with cross sectional approach. The population is the entire house in the Village RW.XII Sendangmulyo Semarang as 413 families with proportional random sampling technique as much as 81 KK. Results showed erilaku dengue fever mostly good responders 42 persons (51.9%), the majority of respondents to environmental factors either as many as 48 people (59.3%), the incidence of DHF respondents mostly did not happen that as many as 46 people DBD (56, 8%), there is a significant relationship between preventive behavior and the physical environment with dengue incidence with p = 0.000. The people should always practice the behavior of dengue fever in particular routinely drain the tub once a week, shut tub where clean water reservoir, cover the hole so as not to be a nest of mosquitoes and clean the used goods in the warehouse. Keywords : Dengue Prevention Behavior, Physical Environment, Genesis DBD 1

PENDAHULUAN Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu penyakit DBD menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan luas daerah terjangkit. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD, kecuali daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Penyakit DBD dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, adanya kontainer buatan ataupun alami di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) ataupun di tempat sampah lainnya, penyuluhan dan perilaku masyarakat, antara lain : pengetahuan, sikap, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), fogging, abatisasi, dan pelaksanaan 3M (menguras, menutup, dan mengubur). Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan angka kematian DBD selalu meningkat dari tahun ke tahun. Kejadian Luar Biasa / KLB DBD terjadi setiap 5 tahun, tetapi kini semakin sering, bahkan ada beberapa kota terjadi KLB setiap tahun. Tahun 2004, DBD menimbulkan KLB di 12 propinsi dengan jumlah 79.462 penderita dan 957 menyebabkan kematian. Awal tahun 2007, kembali lagi terjadi KLB di 11 propinsi. Jumlah kasus DBD 2007 sampai Juli adalah 102.175 kasus dengan jumlah kematian 1.098 jiwa. DBD ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. Tempat perindukan nyamuk di lingkungan yang lembab, curah hujan tinggi, terdapat genangan air di dalam maupun luar rumah. Faktor lain penyebab DBD adalah sanitasi lingkungan yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam rumah pada siang hari, dan mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk memegang peranan paling besar dalam penularan virus dengue. Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perilaku. Rendahnya perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan diwilayah yang padat penduduk dan cuaca yang panas akan berpengaruh terhadap peningkatan peyakit DBD dan penyebarannya. Maka diperlukan langkah yang jelas dan sederhana yaitu dengan menumbuhkan perilaku dan kesadaran semua pihak masyarakat, dalam menjaga kebersihan lingkungan terkait dengan pencegahan penyakit DBD (Depkes,2009) Perspektif yang berpusat pada pesona mempertayakan faktor-faktor internal apakah baik berupa sikap, insting, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia (Rakhmat, 1994). Sehingga secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson dalam Rakhmat (2004) perilaku seseorang dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Program ini berfungsi untuk mengatur perilaku manusia untuk memiliki kemampuan memahami ekspresi wajah sampai kepada persaingan politik. Sebagaimana diketahui bahwa perilaku yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya melainkan sebagai akibat dari stimulus atau rangsang yang diterima oleh individu yang bersangkutan, baik stimulus eksternal maupun internal (Walgito, 2001). Kota Semarang sebagai kota metropolitan di Jawa Tengah dengan ketinggian 0,75 348 meter diatas permukaan air laut. Suhu udara berkisar antara 25-30 o C, dan kelembaban udara berada diantara 62 84%, mempunyai tingkat resiko penyakit DBD yang tinggi 2). Pada tahun 2010, terdapat 5556 penderita di kota Semarang dan meninggal 47 kasus. 2

Tahun 2010 Kecamatan Tembalang merupakan kecamatan dengan klasifikasi endemis tertinggi dengan IR/100.000 (710,68) peringkat pertama se Kota Semarang, diikuti oleh Ngalian dengan (454,22) dan Semarang Barat dengan (441,55). Selain itu angka kematian DBD di Kecamatan Tembalang termasuk sepuluh besar angka kematian tertinggi di Kota Semarang diantara 17 kecamatan yang ada. Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang menempati kelurahan tertinggi untuk jumlah penyakit DBD, bahkan menempati Kelurahan tertinggi pertama di kota Semarang dengan jumlah 342 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku pencegahandan lingkungan fisik dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Semarang. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan pendekatan belah lintang (cross sectional). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh rumah di wilayah RW.XII Kelurahan Sendangmulyo Semarang sebanyak 413 KK. Teknik sampel menggunakan proportional random sampling sebanyak 81 KK. Analisis menggunakan analiss univariat dan bivariat. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan ukuran tendensi sentral dan analisis bivariat menggunakan uji uji korelasi chi quadrat HASIL Hasil penelitian menunjukkan perilaku pencegahan DBD responden sebagian besar baik yakni sebanyak 42 orang (51,9%). Faktor lingkungan responden sebagian besar baik yakni sebanyak 48 orang (59,3%). Kejadian DBD responden sebagian besar tidak terjadi DBD yakni sebanyak 46 orang (56,8%). 43 42 42 41 40 39 39 38 37 BAIK TIDAK BAIK Grafik 1 Diagram Distribusi Frekuensi responden berdasarkan perilaku pencegahan DBD di RW. XII Kelurahan Sendangmulyo Tembalang Semarang, Agustus 2012 (n = 81) Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa perilaku pencegahan DBD responden sebagian besar baik yakni sebanyak 42 orang (51,9%) dan tidak baik sebesar 39 orang (48,1%). 3

TIDAK BAIK ; 33; 41% BAIK; 48; 59% Grafik 2 Diagram Distribusi Frekuensi responden berdasarkan lingkungan Fisik di RW. XII Kelurahan Sendangmulyo Tembalang Semarang, Agustus 2012 (n = 81) Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa lingkungan responden sebagian besar baik yakni sebanyak 48 orang (59,3%) dan tidak baik sebesar 33 orang (40,7%). 60 40 20 0 DBD Tidak DBD S1 DBD Tidak DBD Gambar 3 Grafik Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kejadian DBD di RW. XII Kelurahan Sendangmulyo Tembalang Semarang, Agustus 2012 (n = 81) Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa kejadian DBD responden sebagian besar tidak terjadi DBD yakni sebanyak 46 orang (56,8%) dan terjadi DBD sebanyak 35 orang (43,2%). Tabel 1 Hubungan Perilaku Pencegahan dengan Kejadian DBD di RW. XII Kelurahan Sendangmulyo Tembalang Semarang, Agustus 2012 (n = 81) Perilaku Pencegahan Tidak Baik Kejadian DBD DBD % Tidak DBD 29 74,4 10 % 25,6 Total % P 39 100 0,000 Baik 6 14,3 36 85,7 42 100 Jumlah 35 43,2 46 56,8 81 100 Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa responden dengan perilaku pencegahan tidak baik sebagian besar terkena DBD yaitu sebanyak 29 orang (74,4%), sedangkan responden dengan perilaku 4

pencegahan baik sebagian besar tidak terkena DBD yakni sebanyak 36 orang (85,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dapat nilai p = 0,000, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara perilaku pencegahan dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangmulyo Semarang. Tabel 2 Hubungan Lingkungan Fisik dengan Kejadian DBD di RW. XII Kelurahan Sendangmulyo Tembalang Semarang, Agustus 2012 (n = 81) Lingkungan Tidak Baik Kejadian DBD DBD % Tidak DBD 25 75,8 8 % 24,2 Total % p 33 100 0,000 Baik 10 20,8 38 79,2 48 100 Jumlah 35 43,2 46 56,8 81 100 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa responden dengan lingkungan tidak baik sebagian besar terkena DBD yaitu sebanyak 25 orang (75,8%), sedangkan responden dengan lingkungan baik sebagian besar tidak terkena DBD yakni sebanyak 38 orang (79,2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dapat nilai p = 0,000, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara lingkungan fisik dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangmulyo Semarang. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencegahan DBD responden sebagian besar baik yakni sebanyak 42 orang (51,9%) dan tidak baik sebesar 39 orang (48,1%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memahami perilaku pencegahan DBD yang terdiri dari melakukan 3M, tidak menggantung pakaian kotor di kamar, mengganti air di vas bunga dan tempat minum air dan menguras bak mandi minimal 1 minggu sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lingkungan responden baik yakni sebanyak 48 orang (59,3%) dan tidak baik sebesar 33 orang (40,7%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki lingkungan yang sehat dengan tidak adanya jentik nyamuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kejadian DBD responden sebagian besar tidak terjadi DBD yakni sebanyak 46 orang (56,8%) dan terjadi DBD sebanyak 35 orang (43,2%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah terpapar DBD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara perilaku pencegahan dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangmulyo Semarang. Responden dengan perilaku pencegahan tidak baik sebagian besar terkena DBD yaitu sebanyak 29 orang (74,4%), sedangkan responden dengan perilaku pencegahan baik sebagian besar tidak terkena DBD yakni sebanyak 36 orang (85,7%). Hasil perhitungan Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan nilai RP = 5,29 (> 1) hal tersebut menunjukkan bahwa variabel perilaku pencegahan merupakan faktor resiko kejadian DBD. 5

Sampai saat ini pemberantasan vektor masih merupakan pilihan yang terbaik untuk mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi pemberantasan vektor ini pada prinsipnya sama dengan strategi umum yang telah dianjurkan oleh WHO dengan mengadakan penyesuaian tentang ekologi vektor penyakit di Indonesia. Strategi tersebut terdiri atas perlindungan perseorangan, pemberantasan vektor dalam wabah dan pemberantasan vektor untuk pencegahan wabah, dan pencegahan penyebaran penyakit DBD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara faktor lingkungan dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangmulyo Semarang. Responden dengan lingkungan tidak baik sebagian besar terkena DBD yaitu sebanyak 25 orang (75,8%), sedangkan responden dengan lingkungan baik sebagian besar tidak terkena DBD yakni sebanyak 38 orang (79,2%). Hasil perhitungan Rasio Prevalensi (RP) menunjukkan nilai RP = 3,62 (> 1) hal tersebut menunjukkan bahwa variabel faktor lingkungan merupakan faktor resiko kejadian DBD. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes, karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB. Dengan demikian program pemerintah berupa penyuluhan kesehatan masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD antara lain dengan cara menguras, menutup, dan mengubur (3M) sangat tepat dan perlu dukungan luas dari masyarakat dalam pelaksanaannya, 2) kepadatan vector. PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan perilaku pencegahan DBD responden sebagian besar baik yakni sebanyak 42 orang (51,9%). Faktor lingkungan responden sebagian besar baik yakni sebanyak 48 orang (59,3%). Kejadian DBD responden sebagian besar tidak terjadi DBD yakni sebanyak 46 orang (56,8%). Terdapat hubungan bermakna antara perilaku pencegahan dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangmulyo Semarang dengan nilai p = 0,000. Terdapat hubungan bermakna antara faktor lingkungan dengan kejadian DBD di Kelurahan Sendangmulyo Semarang dengan nilai p = 0,000. Masyarakat hendaknya semakin meningkatkan kesadaran dan melaksanakan praktik perilaku pencegahan dengan baik dan benar untuk 3M, tidak menggantung pakaian kotor, dan menutup tempat penampungan air bersih sehingga dapat meminimalisir kejadian DBD. Perilaku pencegahan yang dilakukan khususnya tentang menguras bak mandi secara rutin seminggu sekali, menutup rapat tempat bak tandon penampungan air bersih, menutup lubang sumur agar tidak jadi sarang nyamuk dan membersihkan barang-barang bekas yang ada di gudang. 1 2 3 Nurdiyantoro: Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang. Ns. Siti Aisah, S.Kep. M.Kep, Sp.Kom : Dosen Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Mifbakhuddin, SKM, M.Kes : Dosen Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang. 6

KEPUSTAKAAN Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Kelima, Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, S. (2003). Reabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pustaka. Depkes. (2002). Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta.. (2005). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.. (2009). Pencegahan dan Penangulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Ditjen PPM&PL, Depkes RI. Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit universitas Diponegoro. Hadinegoro et al. (2001). Tatalaksana Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Hastono, S. P. (2010). Analisis Data. Jakarta : FKMUI. Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data. Jakarta : Penerbit Salemba medika. Marzuki. (2002). Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE-UII. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba medika. Soegijanto, S. (2006). Demam Berdarah Dengue (edisi 2). Surabaya : Airlangga University Press. Soemirat, J. S. (2005). Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sugiyono. (2007). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Tridayakisni & Hudaniah. (2001). Psikologi Sosial, Malang: UMM Malang. 7

PERNYATAAN PERSETUJUAN Manuscript dengan judul Hubungan Perilaku Pencegahan dan Lingkungan Fisik dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di RW.XII Kelurahan Sendangmulyo Tembalang Semarang Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, September 2012 Pembimbing I Ns. Siti Aisah, S.Kep. M.Kep, Sp.Kom. Pembimbing II Mifbakhuddin, SKM, M.Kes. 8