BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Program imunisasi merupakan sub sistem dari sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BABI PENDAHULUAN. (Abdul Latief., dkk, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI DEGAP CIRAP (KADER SIGAP UCI DIGARAP) UPK PUSKESMAS KAMPUNG DALAM Lap. Inpovasi : KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan anak dan berpengaruh terhadap penataan dan. pembangunan jangka menengah nasional , mempunyai visi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup (Depkes RI,

Merdha Rismayani*H.Junaid**Jusniar Rusli Afa** Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DI PUSKESMAS SIAK HULU III KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. 1

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

No. Dok UPT.PUSKESMAS RANGKASBITUNG. Revisi KERANGKA ACUAN IMUNISASI. Tanggal Halaman A. PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tujuh macam penyakit (PD3I) yaitu penyakit TBC, Difteri, Tetanus,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

Manggal Karya Bakti Husuda

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan anak yang berkualitas dapat dilakukan dengan. memenuhi kebutuhan anak. Kebutuhan pada anak tidak hanya meliputi

PEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PUSKESMAS AMPLAS

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah melalui pelayanan kesehatan di posyandu. Kegiatan-kegiatan dalam

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada semua kelompok umur. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), dapat disimpulkan bahwa secara teknis upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat telah dijabarkan dalam sub sistem pelayanan kesehatan dalam sistem kesehatan nasional dengan penekanan strategi melalui upaya preventif dan promotif. Salah satu upaya tersebut adalah upaya pencegahan imunisasi guna mencegah terjadinya penyakit secara dini. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010) pelayanan imunisasi dimaksudkan mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh dan dilaksanakan sesuai dengan standar, sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan dapat memutus mata rantai penularan, yang dilakukan pada usia balita maupun pada orang dewasa. Menurut Arofah (2008), pemberian imunisasi dimaksudkan agar bayi atau balita terhindar dari berbagai jenis penyakit menular dan akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi/balita. Program imunisasi pada bayi dan balita merupakan salah satu program prioritas pemerintah yang diselenggarakan secara komprehensif dengan memaksimalkan peran pos pelayanan terpadu, pos kesehatan desa dan unit layanan kesehatan masyarakat lainnya yang ada di masyarakat. Pengelolaan program

imunisasi pada prinsipnya bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan pelayanan imunisasi secara efektif dan efesien (Achmadi, 2006). Keberhasilan program imunisasi secara umum dapat dilihat dari angka cakupan imunisasi berdasarkan wilayah atau disebut Universal Child Immunization (UCI), yaitu pencapaian jumlah bayi yang diimunisasi dari sejumlah bayi yang ada di suatu desa dengan standar yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan RI yaitu 80% dari jumlah bayi yang ada di daerah tersebut. Upaya pencapaian UCI dapat dilakukan melalui kegiatan imunisasi rutin, dan imunisasi tambahan seperti sweeping imunisasi, crash program, imunisasi dalam penanganan kejadian luar biasa, Pekan Imunisasi Nasional (PIN).Tercapainya UCI secara maksimal sesuai dengan target yang direkomendasikan harus dilakukan secara optimal dalam program imunisasi (Kemenkes RI, 2010). Sesuai Profil Kesehatan RI Tahun 2011, disebutkan secara Nasional cakupan imunisasi dasar sudah melebihi dari 80%, seperti campak sebesar 93,65%. Sedangkan berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Daerah (2011), menunjukkan bahwa proporsi anak 12-23 bulan yang memperoleh imunisasi campak adalah 74,5 persen, dengan provinsi terbaik adalah DI Yogyakarta (96,4%) dan terendah Papua (47,1%), sedangkan dilihat dari cakupan imunisasi dasar lengkap tertinggi didaerah DI Yogyakarta yaitu sebesar 91,1% dan terendah di provinsi Papua yaitu sebesar 28,2 persen. Keadaan ini mencerminkan bahwa secara regional masih banyak terdapat daerah yang masih rendah cakupan imunisasi khususnya imunisasi dasar pada bayi dan balita.

Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang secara umum sudah mencapai target cakupan imunisasi secara Nasional yaitu 89,2%, namun disisi lain angka droup out imunisasi (angka yang menunjukkan jumlah bayi yang tidak lengkap imunisasinya) masih tinggi yaitu sebesar 8,11%, dan daerah tertinggi angka droup out adalah daerah Sabang yaitu 36,88%, diikuti Kabupaten Aceh Barat Daya sebesar 19,14% dan seterusnya Kabupaten Pidie Jaya yaitu sebesar 16,33%, artinya meskipun pencapaian secara nasional kategori sesuai target yang diharapkan, namun dengan tingginya angka drop out berpotensi terhadap kejadian penyakit akibat imunisasi yang tidak lengkap, dan justru akan menimbulkan masalah kesehatan baru bagi bayi dan balita, seperti terjadinya ledakan kasus-kasus penyakit yang dapat ditangani dengan imunisasi dasar, misalnya hepatitis pada bayi/balita, kejadian penyakit polio. Berdasarkan indikator derajat kesehatan di Provinsi Aceh, diketahui Angka Kematian Bayi Tahun 2011 adalah sebesar 25 per 1000 kelahiran Hidup, dan Angka Kematian Balita sebesar 45 per 1000 Kelahiran Hidup dan menempati urutan ke-17 seluruh Indonesia. Kontribusi tingginya angka kematian bayi dan balita juga disebabkan oleh rendahnya cakupan imunisasi dasar pada balita, serta tingginya angka droup out imunisasi, karena kecenderungan kematian bayi juga disebabkan oleh penyakit infeksi dan penyakit menular. Salah satu kabupaten yang ada di provinsi Aceh yang masih mempunyai masalah cakupan UCI dan pencapaian imunisasi dasar serta daerah yang tinggi drop out imunisasi adalah Kabupaten Pidie Jaya. Kabupaten Pidie Jaya merupakan salah satu kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Pidie, dan masih mempunyai masalah

kesehatan yang berkaitan dengan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rendahnya atau tidak lengkapnya imunisasi khususnya penyakit infeksi pada bayi dan balita. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Pidie (2011), menunjukkan bahwa pencapaian daerah UCI adalah sebesar 21,17% dari 222 desa, artinya hanya terdapat 47 Desa yang mempunyai desa UCI, dan hal ini menunjukkan cakupan UCI sangat jauh dari target yang diharapkan secara Nasional yaitu 80%. Kabupaten Pidie Jaya secara geografis merupakan daerah yang dikelilingi oleh pegunungan dan daerah dataran rendah, dengan jumlah sarana kesehatan seperti Puskesmas sebanyak 10 Puskesmas dari 8 Kecamatan, Puskesmas Pembantu sebanyak 20 Unit, dan jumlah Posyandu yang aktif sebanyak 30 Posyandu (13,27%), dari 226 Posyandu. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa kuantitas sarana kesehatan memberikan kontribusi terhadap akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, demikian juga dengan kondisi Posyandu, karena posyandu merupakan unit terdepan yang ada di masyarakat yang langsung dapat diakses oleh masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan ibu hamil. Program imunisasi secara praktis merupakan wewenang petugas kesehatan di Posyandu untuk menjaring dan memberikan imunisasi yang berkoordinasi dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Induk. Berdasarkan cakupan imunisasi dasar menunjukkan dari 3.683 sasaran imunisasi terdapat 68,94% bayi sudah mendapatkan imunisasi DPT-HB, 67,99% sudah mendapatkan imunisasi Polio, 77,0% imunisasi BCG, 63,64% imunisasi campak dan 41,65% sasaran sudah memperoleh imunisasi HB-0, keadaan ini

mencerminkan bahwa cakupan imunisasi dasar saja belum mencapai 90% sesuai target Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan, sehingga berpotensi terhadap terjadinya penyakit-penyakit infeksi akibat tidak di imunisasi (Profil Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya, 2011). Cakupan imunisasi di Kabupaten Pidie Jaya secara keseluruhan masih sangat rendah jika dibandingkan dengan standar Nasional, keadaan tersebut pling tinggi terjadi pada desa yang berada di desa kategori daerah pegunungan, seperti kecamatan Bandar Baru hanya rata-rata 18,6% dari 473 bayi yang ada di desa tersebut, demikian juga di kecamatan Ulim, dari 9 desa yang ada hanya 4 desa yang mempunyai cakupan imunisasi 100% selebihnya rata-rata hanya 23,9%. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar desa yang termasuk desa daerah pegunungan memiliki cakupan imunisasi yang rendah yang diasumsikan disebabkan oleh rendahnya partisipasi ibu yang memiliki bayi untuk mengimunisasikan bayinya, sebagai akibat dari minimnya fasilitas kesehatan di desa tersebut, serta diasumsikan rendahnya peran aktif petugas kesehatan terhadap pelaksanaan program imunisasi. Selain itu juga diasumsikan akibat rendahnya kemampuan dan keterampilan petugas imunisasi dalam melaksanakan seluruh kegiatan-kegiatan dalam program imunisasi, baik dari perencanaan maupun pelaksanaan imunisasi. Faktor yang yang diduga juga berkontribusi terhadap pencapaian cakupan imunisasi juga dipengaruhi oleh rendahnya motivasi petugas untuk memberikan imunisasi kepada bayi/balita akibat jarak tempuh ke lokasi sangat jauh, karena cakupan imunisasi yang rendah berada pada daerah pegunungan dengan akses

masyarakat ke sarana kesehatan yang relatif sulit, akan tetapi selama beberapa tahun terakhir pemerintah Daerah dan Pusat telah menempatkan tenaga Bidan ke seluruh daerah terpencil dan sangat terpencil di Kabupaten Pidie Jaya sebanyak 195 bidan, demikian juga dengan alokasi anggaran untuk program Imunisasi juga tidak menjadi permasalahan, serta penyediaan sarana tranportasi bagi bidan dan peralatan yang dibutuhkan dalam program imunisasi juga telah disiapkan oleh pemerintah daerah, namun faktanya cakupan imunisasi masih sangat rendah dan angka drop out imunisasi juga masih sangat tinggi. Rendahnya cakupan imunisasi dasar pada bayi atau balita diasumsikan karena rendahnya partisipasi ibu-ibu yang mempunyai bayi atau balita untuk diimunisasi, sebagai akibat minimnya upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Cakupan imunisasi yang rendah merupakan permasalahan yang sangat kompleks, bukan hanya karena biaya, tetapi juga disebabkan oleh ketersediaan vaksin, dan komitmen petugas kesehatan untuk mensosialisasi informasi tentang imunisasi serta tindakan pemberian imunisasi kepada bayi/balita, selain itu juga dipengaruhi oleh faktor kepercayaan, sosial budaya. Menurut Arofah (2008), menjelaskan bahwa rendahnya cakupan imunisasi dipengaruhi oleh akses ke pelayanan kesehatan, adat istiadat, dan pelayanan kesehatan dilakukan pada waktu yang tidak tepat, serta faktor orang tua karena tidak mengetahui tentang pentingnya imunisasi. Penelitian Rahmawati (2007) di Kabupaten Blora menunjukkan bahwa hasil kegiatan imunisasi pada bayi dan balita dipengaruhi oleh faktor sumber daya manusia

dalam hal ini petugas kesehatan, artinya petugas kesehatan yang benar-benar melakukan tugas dan fungsinya sebagai petugas imunisasi mulai dari perencanaan, pendataan sampai pada evaluasi cakupan imunisasi berpengaruh terhadap pencapaian imunisasi secara sempurna di wilayah kerjanya. Pelaksana imunisasi puskesmas mempunyai peran yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan program baik bersifat teknis maupun administratif. Selain itu petugas pelaksana imunisasi puskesmas juga dituntut untuk menguasai manajemen program secara lebih baik dan professional. Faktor petugas kesehatan dalam hal ini petugas imunisasi juga mempunyai peran dalam meningkatkan kemauan ibu yang mempunyai bayi/balita untuk diimunisasi dengan memberdayakan posyandu, artinya program imunisasi akan tercapai dengan optimal jika masyarakat ikut berpartisipasi terhadap program tersebut, dan partisipasi tersebut terwujud jika masyarakat diberdayakan. Konsep posyandu adalah konsep pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dan menyadari akan kebutuhan kesehatan diri dan keluarga. Fenomena pencapaian posyandu aktif di Kabupaten Pidie Jaya masih sangat rendah yaitu hanya 13,27%, artinya upaya pemberdayaan masyarakat masih sangat rendah untuk melaksanakan seluruh kegiatan-kegiatan dalam posyandu seperti penimbangan bayi/balita, pemberian imunisasi dasar maupun jenis kegiatan lainnya. Penelitian Lumbantobing (2004), menunjukkan bahwa kemampuan dan keterampilan bidan mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan, demikian juga menurut penelitian Penelitian Tjerita (2000) di

Kabupaten Grobogan Jawa Tengah menemukan bahwa kepatuhan petugas puskesmas dalam menerapkan prosedur kerja pelayanan imunisasi dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan petugas serta motivasi petugas dalam menjalankan prosedur kerja tersebut, dan secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh pendidikan, pengetahuan dan motivasi terhadap kepatuhan standar operasional prosedur (SOP) pelayanan imunisasi. Menurut Muninjaya (2004), petugas kesehatan harus menyadari peranannya sebagai customer yaitu staf yang diberikan tugas istimewa memberikan asuhan pelayanan medis dan kesehatan kepada masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan. Peran petugas dalam program imunisasi ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut program imunisasi dengan fungsi dan perannya sesuai dengan tugas pokok dalam program imunisasi pada bayi/balita. Geertz dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat merupakan sesuatu yang harus ditumbuh kembangkan dalam proses pembangunan, namun di dalam prakteknya, tidak selalu diupayakan sungguh- sungguh. Berkaitan dengan tindakan pemberian imunisasi pada bayi partisipasi ibu merupakan hal yang sangat penting diperhatikan, sehingga sangat dibutuhkan stimulan oleh petugas kesehatan untuk meningkatkan partisipasi ibu yang mempunyai bayi/balita agar dapat mengimunisasikan bayi/balitanya melalui upaya pemberdayaan. Berdasarkan analisis di atas peneliti mengasumsikan bahwa permasalahan rendahnya cakupan imunisasi adalah karena rendahnya partisipasi masyarakat terhadap program imunisasi dan minimnya upaya yang dilakukan oleh petugas

kesehatan dalam memberdayakan masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dan balita untuk peduli masalah kesehatan termasuk imunisasi. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh peran petugas kesehatan terhadap partisipasi ibu dalam pemberian imunisasi bayi di desa wilayah pegunungan Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh. 1.2. Permasalahan Cakupan imunisasi dasar di Kabupaten Pidie Jaya secara umum masih termasuk rendah yaitu 68,94% dibandingkan dengan target nasional yaitu 90% dan masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok umur bayi dan balita, khususnya pada daerah pegunungan serta masih tingginya angka drop out imunisasi yaitu sebesar 16,33%, seyogyanya tidak ditemukan balita yang drop out imunisasi. Maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran petugas kesehatan terhadap partisipasi ibu dalam pemberian imunisasi pada bayi di daerah pegunungan pada wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh peran petugas kesehatan (costumer, komunikator, motivator, fasilitator dan konselor) terhadap partisipasi ibu dalam pemberian imunisasi bayi di desa wilayah pegunungan Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh.

1.4. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh peran petugas kesehatan (costumer, komunikator, motivator, fasilitator dan konselor) terhadap partisipasi ibu dalam pemberian imunisasi bayi di desa wilayah pegunungan Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya dalam merumuskan kebijakan evaluasi kinerja petugas Imunisasi Puskesmas serta upaya peningkatan cakupan imunisasi dasar di wilayah kerjanya masingmasing. 2. Memberikan masukan untuk pengembangan pengetahuan tentang pelaksanaan program-program kesehatan pada daerah daerah yang sulit dijangkau akses pelayanan kesehatan serta menjadi referensi untuk rujukan penelitian selanjutnya.