BAB I PENDAHULUAN. penyidikan dan penagihan. Sistem pemeriksaan harus dapat mendorong kebenaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila sektor perekonomiannya

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan penerimaan negara yang yang berasal dari dalam negeri tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Telah terjadi kenaikan tax ratio yang cukup besar. 14,8 trilyun, tahun 2000 sebesar Rp.16,9 trilyun.

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia maupun negara lainnya dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar (Mardiasmo, 2011: 21).

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak dari sistem official assesment ke sistem self assessment yang

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan negara. Besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Sumber-sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari berbagai sektor,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 80% dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan pendapatan Negara yang cukup potensial untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar pajak. pajak, yaitu dengan memperluas subyek dan obyek pajak atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah dari sektor perpajakan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia yang dapat mendukung kegiatan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAAN. dengan menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban warga Negara, karena itu pemerintah menempatkan perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hal ini juga diiringi dengan meningkatnya APBN dari lima tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, yakni pada tahun 2015 besarnya belanja negara sebesar

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Konstribusi pajak yang terus mengalami peningkatan pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dan pertumbuhan perekonomian perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. mengumpulkan dana untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sebagai Negara yang berkembang, sebenarnya Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Tujuan tersebut dapat diwujudkan,

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan dalam kepentingan perkembangan serta pembiayaan pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kewajiban..., Mohamad, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penegakan hukum (Law Enforcement) dilakukan dengan pemeriksaan, penyidikan dan penagihan. Sistem pemeriksaan harus dapat mendorong kebenaran dan kelengkapan pelaporan penghasilan, penyerahan dan pemotongan, pemungutan serta penyetoran pajak oleh Wajib Pajak, (Sadhani, 1995) Norman (1973 ; 68) menekankan bahwa pemeriksaan pajak memberikan pengaruh yang positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, yaitu dapat mencegah terjadinya penyelundupan pajak oleh WP yang diperiksa. Wajib Pajak bakal lebih sering kedatangan pemeriksa pajak menyusul rencana Dirjen Pajak Darmin Nasution melipatgandakan cakupan pemeriksaan pajak (audit coverage ratio). Selama ini, tingkat cakupan pemeriksaan hanya sekitar 1,2% dari jumlah wajib pajak terdaftar. Ke depan, rasio tersebut akan ditingkatkan menjadi 5%. Namun, tidak disebutkan kapan audit coverage ratio 5% itu akan dijalankan. (Bisnis Indonesia,13 November 2006) Untuk meningkatkan audit coverage ratio dan mencapai rasio 5%, selain menambah tenaga fungsional pemeriksa juga akan ditata ulang kebijakan pemeriksaan yang lebih menekankan pada kriteria seleksi dengan lebih memperhatikan jenis industri dan tingkat risiko, (Darmin Nasution,2009)

Tabel 1.1 Jumlah Pemeriksaan Pajak Keterangan 2003 2004 Pemeriksaan lengkap 15.871 19.944 Pemeriksaan sederhana 56.705 47.548 Total 72.576 67.492 Sumber : Bisnis Indonesia,13 November 2006 Berdasarkan tabel 1.1, jumlah pemeriksaan pajak masih cukup rendah, hal itu terlihat karena setiap tahunnya rata-rata pemeriksaan pajak hanya sekitar 70.000 dengan jumlah wajib pajak sekitar 3,6 juta. Oleh karena itu maka direktorat jenderal pajak berencana akan meningkatkan pemeriksaan sampai 180.000 setiap tahunnya. Dalam Surat Edaran tersebut dinyatakan pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Pemeriksa Pajak (UP3) akan dilaksanakan sepenuhnya oleh tenaga fungsional pemeriksa pajak. Dengan demikian, tenaga strutural yang selama ini juga ikut melakukan pemeriksaan pajak akan ditiadakan. Tingkat kepatuhan untuk melaporkan kewajiban pajak, seperti pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penghasilan (PPh), masih rendah. Rendahnya laporan pemotongan pajak ini disebabkan ketidaktahuan dan ketidakmauan bendahara untuk melaporkan kewajiban PPN dan PPh kepada kantor pajak. (Suara Karya, 4 Juni 2009) 2

Dirjen pajak Darmin Nasution (2009) menjelaskan untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan, akan diterbitkan pedoman pemeriksaan dan pedoman teknis pemeriksaan yang diperbarui. Selain itu, Direktorat Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak juga akan mengkaji kembali mekanisme penelaahan hasil pemeriksaan yang selama ini ditangani kantor pusat. Namun terlepas dari kesadaran dan solidaritas nasional, dan mewajibkan kewarganegaraan pada sebagian besar rakyat, kewajiban dalam membayar pajak tidak akan dapat meresap begitu saja tanpa memeberikan perlawanan, hal ini ditunjang dengan sistem self assesment yang digunakan, yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi Wajib Pajak untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dari ketentuan perundang-undangan dan bahkan bila ada kemungkinan sedikit saja, pada umumnya Wajib Pajak cenderung untuk meloloskan diri dari kewajiban pajak. (Pajak online.com) Untuk menghindari dari kondisi di atas, peran fiskus sangat diharapkan untuk memotivasi, mengarahkan, dan bahkan merangsang wajib pajak untuk patuh dan taat dalam memenuhi kewajibannya. Hal ini selaras dengan tugas fiskus yang harus berperan aktif dalam melaksanakan pengadilan administratif pemungutan pajak yang meliputi tugas-tugas pembinaan, penelitian, pengawasan, dan penerapan sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana dibidang perpajakan. Sejalan dengan itu dan sesuai dengan berlakunya sistem self assesment, dalam administrasi perpajakan yang memungkinkan kecurigaan adanya kelalaian dan perlawanan yang dilakukan oleh wajib pajak, akan ditindak lebih lanjut oleh aparat perpajakan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. 3

Pemeriksaan merupakan salah satu tindakan yang dilakukan oleh fiskus terhadap kecurigaan adanya kelalaian dan perlawanan dari Wajib Pajak mengenai kebenaran dari laporan pajak yang diserahkan. Pemeriksaan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain. Pelaksanaan pemeriksaan tersebut adalah dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Ketentuan pemeriksaan pajak diatur dalam Pasal 29 Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan undang-undang no 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan dibidang perpajakan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2008 tentang tata cara pelaksanaan pemeriksaan pajak. Di dalam tujuan dari pemeriksaan pajak salah satunya adalah menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Sebagai salah satu upaya tercapainya kepatuhan Wajib Pajak, maka perlu adanya pemeriksaan pajak yang baik. Oleh karena itu, pemeriksaan pajak penting dilakukan untuk menghindari adanya Wajib Pajak yang ingin meloloskan diri dari kewajiban pajak. Direktur Jenderal Pajak Departemen Keuangan, Darmin Nasution, mengatakan penerimaan pajak di Indonesia seharusnya bisa lebih besar dari realisasi maupun target pajak. Ini menunjukkan gap atau kesenjangan antara penerimaan pajak dan potensi pajak yang belum diterima masih besar. 4

Kesenjangan itu dapat diketahui dengan membandingkan antara tax ratio Indonesia saat ini sekitar 13,5 persen dan negara-negara yang perekonomiannya setara Indonesia sekitar 19-20 persen. Hal ini berarti bahwa kesenjangan penerimaan pajak masih tergolong besar. Namun kesenjangan itu belum tentu karena pengusaha tidak menyetor semua kewajiban pajaknya, hal ini bias terjadi karena pengusaha dibebani pungutan liar atau diminta untuk menyogok. (Tempo Interaktif, 2008). Dirjen Pajak Darmin Nasution (2008), menjelaskan bahwa pada dasarnya pemeriksaan pajak dilakukan melalui dua mekanisme : Pertama, pemeriksaan atas laporan SPT yang lebih bayar. Kedua, di luar itu sama sekali, seperti surat pemberitahuan pajak tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan, surat pemberitahuan pajak memenuhi kriteria yang ditentukan oleh direktorat jenderal pajak dan ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut diatas tidak dipenuhi. Target setoran pajak dari hasil pemeriksaan pajak yang dilakukan selama 2009 sebesar 669,119 triliun atau naik sekitar 28,11 triliun dari tahun 2008 merupakan hasil pembuktian yang dilakukan aparat pajak atas berapa kekurangan pembayaran pajak dari wajib pajak yang diperiksa. (Bisnis Indonesia) Tabel 1.2 Jumlah pemeriksaan dan penerimaan PPh 21 PPh 21 Tahun Pemeriksaan sebelum pemeriksaan setelah pemeriksaan 2007 49 401,550,750.00 724,372,118 2008 243 16,913,256,451 17,221,931,326 2009 525 4,167,822,073 6,368,568,256 5

Dari table 1.2, terjadi fenomena dimana jumlah pemeriksaan tahun 2008 meningkat dari 49 pemeriksaan menjadi 243 pemeriksaan, seiring dengan itu jumlah penerimaan PPh 21 juga meningkat dari Rp. 724.372.118 menjadi Rp. 17.221.931.326, namun pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah pemeriksaan dari 243 pemeriksaan menjadi 525 pemeriksaan, tetapi peningkatan itu tidak diikuti dengan peningkatan penerimaan PPh 21. Penelitian serupa juga sudah pernah dilakukan oleh Salip dan Tendy Wato (2006), Salip dan Tendy Wato mengatakan bahwa pemeriksaan pajak meningkatkan penerimaan pajak penghasilan badan untuk masing-masing wajib pajak secara nominal. Dalam penelitian tersebut objek yang diteliti adalah pajak penghasilan badan, sedangkan dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah pajak penghasilan orang pribadi. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik mengadakan penelitian yang membahas tentang pengaruh pemeriksaan terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di KPP yang berbeda, yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Tingkat Penerimaan Pajak PPh Pasal 21. 6

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas dan luasnya permasalahan tentang pemeriksaan pajak maka rumusan masalah yang timbul adalah sebasgai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu Jakarta 2. Bagaimana penerimaan pajak PPh pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu Jakarta 3. Bagaimana pengaruh pemeriksaan terhadap tingkat penerimaan pajak PPh 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu Jakarta 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data atau informasi mengenai pemeriksaan pajak yang telah dilakukan pada Wajib Pajak yang diterapkan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan tersebut terhadap tingkat penerimaan pajak PPh pasal 21 di KPP Pratama Pasar Minggu, Jakarta. 1.3.2 Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu Jakarta 2. Untuk mengetahui jumlah penerimaan pajak PPh pasal 21 orang pribadi di KPP Pratama Pasar Minggu Jakarta 7

3. Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan terhadap tingkat penerimaan pajak PPh pasal 21 di KPP Pratama Pasar Minggu Jakarta 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Akademis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi pengembangan pengetahuan mata kuliah akuntansi perpajakan pada jurusan akuntansi. 2. Pemerintah (KPP) Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjdi masukan dan pertimbangan bagi kantor pajak untuk lebih meningkatkan kepatuhann wajib pajak 3. Wajib Pajak Dengan penelitian ini diharapkan wajib pajak dapat lebih tahu dan mengerti aturan perpajakan dan fungsi dan kegunaan pajak bagi negara ini 1.5 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Pasar Minggu Jakarta, Jln. TB.Simatupang no.39 Jakarta 8