BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang lebih baik.pendidikan sebagai pranata pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Suatu pendidikan yang berkualitas,

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA DI SMK NEGERI 1 SELONG TAHUN PEMBELAJARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sedang bangsa Indonesia hadapi saat ini. Dimana pengangguran merupakan akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu, hal tersebut dapat dilihat dari semangat dan prestasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulkan banyak permasalahan,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

MENINGKATKAN SIKAP ENTERPRENEURSHIP SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAUHULUAN. dan terus berupaya melakukan dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki pada

BAB I. ASEAN) melalui penandatanganan Asean Economic Community (AEC), memperbolehkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwisata Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai seorang calon sarjana maupun sarjana, mahasiswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rizky Aprillian Utami, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis global yang melanda Amerika sejak akhir tahun 2008 yang diawali dengan ambruknya sektor perbankan di USA dan merambat ke berbagai sektor di kawasan Eropa, Asia terutama Asean dan Indonesia pada tahun 2009. Krisis global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di Indonesia melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak dan dampaknya adalah meningkatnya jumlah pengangguran. Hal ini didukung oleh pernyataan Ketua Kamar Dagang Indonesia Suryo Bambang Sulisto yang mengemukakan bahwa saat ini pertumbuhan lapangan kerja lamban, pertumbuhan tenaga kerja setiap tahunnya sebesar 2,91 juta, sedangkan lapangan pekerjaan yang tersedia hanya 1,6 juta sehingga terdapat gap sebesar 1,3 juta orang yang kemungkinan menjadi pengangguran terbuka. Pendidikan yang menjadi salah satu solusi dalam mengatasi kondisi perekonomian ternyata belum terealisasi. Seharusnya dengan kualitas pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang baik pula. Namun pada kenyataannya jumlah pengangguran terdidik di Indonesia masih banyak. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 mengenai tingkat pengangguran berdasarkan pendidikannya.

2 Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT ) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2010-2012 (persen) Pendidikan Tertinggi 2010 2011 2012 yang ditamatkan Februari Agustus Februari Agustus Februari SD Ke Bawah 3,71 3,81 3,37 3,56 3,69 Sekolah Menengah Pertama 7,55 7,45 7,83 8,37 7,80 Sekolah Menengah Atas 11,90 11,90 12,17 10,55 10,34 Sekolah Menengah Kejuruan 13,81 11,87 10,00 10,43 9,51 Diploma I/II/III 15,71 12,78 11,59 7,61 7,50 Universitas 14,24 11,92 9,95 8,02 6,95 Jumlah 7,41 7,14 6,80 6,56 6,32 Sumber: Badan Pusat Statistik Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa lulusan SMA dan SMK yang menjadi pengangguran menempati posisi teratas. Hal ini bertentangan dengan posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 18 dan pasal 15 yang menyebutkan bahwa satuan pendidikan menengah kejuruan sebagai lanjutan dari pendidikan dasar yang bertujuan mempersiapkan peserta didik terutama dalam bidang pekerjaan tertentu. Dengan kata lain SMK dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap pakai di lapangan kerja dan mudah terserap ke dunia kerja. Pendidikan menengah kejuruan merupakan jalur pendidikan formal yang mempersiapkan lulusannya untuk menjadi tenaga kerja yang terampil, kreatif, produktif, dan berkompetisi untuk memasuki dunia usaha dan industri. Selain itu, lulusan SMK juga dipersiapkan untuk mampu membuka usaha atau berwirausaha. Masalah pengangguran tersebut menuntut pemerintah melakukan upaya mengatasinya. Maka pada tahun 1995 terbitlah Intruksi dari Presiden (Inpres)

3 Nomor 4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudidayakan Kewirausahaan (GNMK). Sejak itu kewirausahaan mulai diselenggarakan di Indonesia. Namun pada kenyataannya jumlah wirausaha di Indonesia masih sangat sedikit, seperti yang dikatakan oleh Deputi Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, Agus muharam bahwa Jumlah Wirausaha di Indonesia saat ini 1,56% kita masih di bawah Cina Jepang, Singapura dan Malaysia yang jumlah wirausahanya sudah diatas 5%. Padahal idealnya Indonesia saat ini memiliki 4,8 juta wirausaha. Data tersebut menunjukan bahwa wirausaha di Indonesia dikatakan masih sedikit. Terdapat dua hal yang menghambat perkembangan ssesorang untuk beriwirausaha. Pertama adalah persoalan mindset atau pola pikir yakni masih banyak lulusan yang berpikir sebagai pencari kerja, bukan pencipta kerja. Sehingga persaingan dalam mencari pekerjaan semakin ketat dan lapangan pekerjaan yang tersedia semakin sedikit. Konsep pendidikan yang menghasilkan pekerja bukan pencipta lapangan kerja masih merupakan arus utama dalam pendidikan nasional Indonesia khusunya kurikulum pendidikan di SMK yang memang ditujukan untuk mengasah kemampuan keterampilan dunia kerja. Seperti yang terjadi juga pada SMK Negeri 1 Bandung. SMK Negeri 1 Bandung merupakan sebuah sekolah menengah kejuruan yang beralamat di Jl. Wastukencana No.3 Bandung. SMK Negeri 1 Bandung merupakan salah satu bagian dari SMK sebagai penghasil tenaga kerja tingkat menengah dengan akreditasi A, terdiri dari empat kompetensi keahlian yaitu

4 akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, dan usaha perjalanan wisata (UJP). Bidang keahlian akuntansi merupakan salah satu program keahlian yang menghasilkan lulusan tenaga kerja terampil dan professional. Berbagai prestasi telah diraih oleh kompetensi keahlian akuntansi diantaranya: Lomba Kompetensi Siswa Jurusan Akuntansi juara I tahun 2003, Lomba Cepat Tepat Akuntansi (UPI) juara II tahun 2009, Lomba Cepat Tepat Akuntansi IX (UPI) juara III tahun 2008 dan lain sebagainya. Dalam bidang keahlian akuntansi para siswa diharapkan memiliki kemampuan dalam bidangnya tersebut, agar menjadi tenaga kerja terampil dan professional. Dengan memiliki keahlian akuntansi, siswa dapat membuat laporan keuangan untuk keperluan informasi keuangan yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Apabila tujuan perusahaan telah tercapai otomatis keahlian akuntansi yang diharapkan pun telah dimiliki oleh siswa dan tujuan sekolah pun akan tercapai. Siswa akan termotivasi bekerja untuk mengaplikasikan keahliannya dan mendapatkan penghasilan sendiri. Melalui praktek tersebut secara langsung siswa juga memperoleh nilai-nilai kewirausahaan yang dibentuk melalui praktek tersebut nilai-nilai yang dapat diperoleh antara lain: percaya diri, memiliki inisiatif, memiliki motif berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan, dan berani mengambil resiko. Siswa yang telah berhasil dalam praktek otomatis telah memiliki kemampuan dalam akuntansi dan memperoleh nilai-nilai kewirausahaan sehingga para siswa dapat dengan mudah bekerja di perusahaan atau membuka usaha sendiri dengan menerapkan usaha yang kreatif dan inovatif. Maka dari itu dari sini awal munculnya minat berwirausaha.

5 Pada kenyataannya yang terjadi sekarang menunjukan bahwa lulusan SMK menjadi salah satu penyumbang jumlah pengangguran terbanyak setelah SMA. Selain itu jumlah wirausaha di Indonesia pun masih sedikit. Begitu pula yang terjadi pada SMK Negeri 1 Bandung. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelusuran dokumentasi Bimbingan dan Konseling SMK Negeri 1 Bandung, menunjukan bahwa persentase lulusan yang bekerja menurun, selain itu jumlah lulusan yang wirausaha pun cenderung menurun dan masih sedikit. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.2 mengenai rekapitulasi penelusuran tamatan siswa SMK Negeri 1 Bandung. Tabel 1.2 Rekapitulasi Penelusuran Tamatan Siswa SMK Negeri 1 Bandung Tahun Lulus 2007/ 2008 2008/ 2009 2009/ 2010 2010/ 2011 Program Keahlian Bekerja Wirausaha Melanjutkan Lainlain Jurusan Jumlah % % % % Akuntansi 109 85,32 5,50 7,34 1,84 Adm Perkantoran 103 61,17 1,94 6,80 30,09 Pemasaran 73 68,49 1,37 2,74 27,40 UPW 34 55,88 2,94 11,76 29,41 Jumlah 319 70,53 3,13 6,58 19,75 Akuntansi 106 56,60 2,83 14,15 26,42 Adm Perkantoran 114 57,02 3,51 9,65 29,82 Pemasaran 77 81,82 3,90 14,29 0 UPW 37 78,38 2,70 18,92 0 Jumlah 334 64,97 3,29 13,17 18,56 Akuntansi 147 54,42 2,72 11,56 31,29 Adm Perkantoran 111 79,28 0,90 5,41 14,41 Pemasaran 111 70,27 0,90 8,11 20,72 UPW 73 72,60 4,11 10,96 12,33 Jumlah 442 67,65 2,04 9,05 21,27 Akuntansi 151 75,70 0,66 17,22 6,62 Adm Perkantoran 148 50,00 2,03 7,43 40,54

6 Pemasaran 99 37,37 2,02 10,10 50,50 UPW 68 61,76 1,47 35,29 1,47 Jumlah 466 57,30 1,50 12,88 25,97 Sumber: Bimbingan Konseling SMK Negeri 1 Bandung Berdasarkan data pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa lulusan siswa SMK Negeri 1 Bandung yang bekerja persentasenya menurun yaitu pada tahun 2007/2008 sebesar 70,53%, 2008/2009 sebesar 64,97%, 2009/2010 sebesar 67,65% dan 2010/2011 sebesar 57,30%. Diikuti pula oleh persentase jumlah lulusan yang wirausaha pun cenderung menurun dan dikatakan masih sedikit yaitu pada tahun 2007/2008 sebesar 3,13%, 2008/2009 sebesar 3,29%, 2009/2010 sebesar 2,04% dan 2010/2011 sebesar 1,50%. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa data di SMK Negeri 1 Bandung tersebut menunjukan lulusan yang bekerja dan wirausaha menurun, padahal jika dilihat SMK Negeri 1 Bandung merupakan sekolah unggulan serta banyak prestasi yang telah diraih dalam bidang keahliannya masing-masing khususnya dalam bidang akuntansi. Pemerintah memiliki harapan yang begitu besar terhadap SMK untuk dapat menanggulangi pengangguran serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun di sisi lain kinerja SMK yang telah ada ternyata belum optimal. Menurut Suyanto (2007) belum optimalnnya kinerja SMK ini ditandai oleh pencapaian indikator keberhasilan yang belum optimal. Indikator-indikator yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Terserapnya tamatan di dunia kerja sesuai dengan kompetensi pada program keahliannya. 2. Mampu mengembangkan diri dalam berwirausaha sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru. 3. Mampu bersaing dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

7 Dapat disimpulkan bahwa terjadi kesenjangan antara data yang telah disajikan dengan harapan pemerintah. Hal yang terungkap dalam tabel 1.2 bertentangan dengan harapan pemerintah pada poin satu dan dua. Poin pertama dikatakan bahwa lulusan terserap ke dunia kerja sesuai dengan kompetensi program keahliannya, namun yang terjadi bahwa lulusan yang bekerja ternyata persentasenya mengalami menurun. Poin kedua lulusan mampu mengembangkan diri dalam berwirausaha sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru, namun yang terjadi lulusan yang wirausaha dikatakan masih sedikit Oleh karena itu, diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan menyelenggarakan pendidikan kewirausahaan di sekolah diwujudkan dengan adanya mata pelajaran/ diklat kewirausahaan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Suryana (2006:63) mengemukakan bahwa: Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi dan lingkungan. Faktor individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen, dan ketidakpuasan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut kewirausahaan dapat diawali dan berkembang. Salah satu faktor tersebut adalah pendidikan. Melalui pendidikan kewirausahaan diharapkan rasa ketertarikan dan keingintahuan siswa terhadap wirausaha dapat ditumbuhkan sehingga akan membentuk sikap wirausaha guna mencetak para wirausaha-wirausaha baru. Menurut Iskandar (2001:9) mengemukakan minat wirausaha adalah: Kesediaan untuk bekerja keras dan tekun untuk mencapai kemajuan usahanya, kesediaan untuk menanggung macam-macam risiko berkaitan

8 dengan tindakan berusaha yang dilakukannya, bersedia menempuh jalur dan cara baru, kesediaan untuk hidup hemat, kesediaan belajar dari kegagalan yang dialami. Menurut Pendapat Surya (2004) minat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari: 1. Cita-cita dan keyakinan, tujuan belajar yang berhubungan dengan citacita atau harapan merupakan pendorong untuk belajar lebih baik 2. Ketertarikan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif 3. Sikap sesorang yang mencerminkan minat, yaitu kemauan kerja keras terhadap sesuatu, ketabahan dan keuletan pada kegiatan, sikap positif dan senag terhadap sesuatu, disiplin waktu dan belajar Faktor eksternal terdiri dari: 1. Keluarga 2. Teman Pergaulan (Teman Sekolah) 3. Lingkungan masyarakat sekitar Dari pendapat Surya disebutkan bahwa sikap mencerminkan minat. Sikap dapat diperoleh di lingkungan sekolah seperti yang dikemukakan oleh Yoesoef (Purwanto, 2002:16) bahwa Untuk membentuk sikap kewirausahaan, termasuk didalamnya minat adalah mulai dengan tahap pemahaman teori, studi kasus, dan pemberian motivasi, ketiga tahapan ini dapat dilakukan dilingkungan sekolah. Melalui proses belajar di lingkungan sekolah, minat dapat diperoleh dan ditumbuhkan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Super dan Criter (Karno,1986:5) Proses identifikasi dan proses belajar turut membentuk minat, maka kegiatan belajar mengajar di sekolah pun dapat mempengaruhi pertumbuhan minat. Pernyataan ini didukung pula oleh angket yang disebarkan sebelum penelitian kepada 30 responden kelas XI jurusan akuntansi, pernyataan yang diajukan adalah untuk meningkatkan ketertarikan berwirausaha sangat

9 ditentukan oleh faktor apa? hasil yang diperoleh dapat digambarkan sebagai berikut. Tabel 1.3 Angket Pra Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi minat % a. Cita-cita dan keyakinan bahwa belajar lebih baik dari sekarang untuk mewujudkan masa depan memperoleh tujuan menjadi seorang 53,3 wirausaha b. Ketertarikan menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif 13,3 c. Kerja keras terhadap sesuatu 3,3 d. Ketabahan dan keuletan pada setiap kegiatan 0 e. Sikap positif, kecenderungan terhadap wirausaha 10 f. Rasa senang terhadap kegiatan wirausaha 20 g. Disiplin waktu dan belajar 0 h. Keluarga, orang tua selalu mendorong saya untuk berwirausaha 0 i. Teman pergaulan (teman sekolah), karena teman saya sering mengadakan transaksi jual beli 0 j. Lingkungan masyarakat sekitar 0 Jumlah 100 Merujuk kepada pendapat Surya (2004) Berdasarkan tabel 1.3 dapat disimpulkan bahwa pilihan terbanyak 53,3% responden memilih poin (a) yaitu cita-cita dan keyakinan bahwa belajar lebih baik dari sekarang untuk mewujudkan masa depan dan memperoleh tujuan menjadi seorang wirausaha, artinya mereka setuju bahwa pembelajaran mempengaruhi tumbuhnya minat berwirausaha karena di dalam pembelajaran tidak hanya berisi materi saja yang harus diajarkan melainkan nilai-nilai kewirausahaan yang ditanamkan pada siswa untuk menumbuhkan minat berwirausaha. Sehubungan dengan adanya latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis merasa tertarik dan mencoba mengamati dan mencermati pembelajaran kewirausahaan dan minat berwirausaha yang dituangkan dalam judul penelitian

10 Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XI Pada Jurusan Akuntansi di SMK Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, penulis membuat rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran pembelajaran kewirausahaan siswa kelas XI pada jurusan akuntansi di SMK Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2012/2013. 2. Bagaimana gambaran mengenai tingkat minat berwirausaha siswa kelas XI pada jurusan akuntansi di SMK Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2012/2013. 3. Bagaimana pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI pada jurusan akuntansi di SMK Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2012/2013. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha siswa.

11 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis gambaran mengenai pembelajaran kewirausahaan siswa kelas XI pada jurusan akuntansi di SMK Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2012/2013. 2. Menganalisis gambaran mengenai tingkat minat berwirausaha siswa kelas XI pada jurusan akuntansi di SMK Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2012/2013. 3. Menganalisis bagaimana pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI pada jurusan akuntansi di SMK Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2012/2013. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua kegunaan adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti lain serta masyarakat luas dalam mengembangkan bidang kajian sejenis, khususnya bidang pembelajaran kewirausahaan.

12 2. Kegunaan praktis a. Bagi lembaga pendidikan SMK, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi untuk mengambil kebijakan dalam peningkatan minat berwirausaha bagi para siswa. b. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pentingnya pembelajaran kewirausahaan guna meningkatkan minat berwirausaha sehingga para siswa dapat menjadi seorang wirausaha setelah lulus dan tidak tergantung sebagai pencari kerja bahkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.