BAB II KERANGKA TEORI. dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan

- Fungsi reproduksi : saluran untuk melanjutkan keturunan (fungsi esensial). b. Memperhatikan ketercukupan kebutuhan psikologis dan kasih sayang

BAB II TEORI SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM. ataupun kelompok sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

Sumber-sumber Pendidikan Karakter

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN. 1. Solidaritas Sosial sebagai Kekuatan dalam Hubungan Kekerabatan dan

BAB II KAJIAN TEORI. solidaritas dan sosial. Solidaritaas sosial merupakan perasaan atau

BAB IV ANALISIS DATA

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN. 1. Pengertian Agama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. Asumsi umum yang paling fundamental yang mendasari pendekatan Durkheim

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB XI MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunitas dapat diartikan sebagai masyarakat community atau masyarakat

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB I PENDAHULUAN. juga dengan komunitas. Komunitas merupakan sekumpulan individu yang

SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: SOSIOLOGI (KODE: S05)

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu

I REALITAS SOSIO-KULTURAL

MANUSIA dan AGAMA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI. Pertemuan III FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

GBI Keluarga Allah Yogyakarta

Pendidikan Pancasila. Implementasi Sila Ke 2 dan 3 Pancasila. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

KLASIFIKASI AGAMA DAN PERAN AGAMA ISLAM DALAM KEHIDUPAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada awalnya komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA.

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Teori Perubahan Sosial Budaya.

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUHAN. membutuhkan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa. hidupnya di tengah masyarakat yang majemuk.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

BAB II SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT GERSIK PUTIH. paradigma fakta sosial yang di dalamnya memuat teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut R. Linton (1936) yang dikutip Basrowi, masyarakat adalah setiap

BAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya.

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA

2016 PERANAN POLA ASUH PENGURUS PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL ANTAR ANAK

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I. Pendahuluan UKDW

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NATUR PENDIDIKAN KRISTEN Modul: Falsafah Pendidikan Kristen P4TK TRAMPIL Wednesday, March 23, 2011

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

Transkripsi:

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Agama dan Masyarakat Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta sehingga peraturan yang dibuat-nya betul-betul adil. Secara terperinci agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari: aspek keagamaan (religius), kejiwaan (psikologis), kemasyarakatan (sosiologis), hakikat kemanusiaan (human nature), asal usulnya (antropologis) dan moral (ethics). Peran lembaga agama di bidang sosial adalah sebagai penentu, agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Peran agama sebagai sosialisasi individu akan tampak secara nyata pada saat individu tumbuh menjadi dewasa. Pada saat itu, individu memerlukan suatu sistem nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Pendidikan agama merupakan tanggung jawab dari orangtua untuk mengenalkan, memberikan contoh, dan menanamkan ajaran-ajaran moral kepada anak-anaknya. Agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Peranan sosial agama harus dilihat terutama sebagai sesuatu yang mempersatukan. Dalam pengertian harfiahnya, agama menciptakan suatu ikatan 14

bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Karena nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan, maka agama menjamin adanya persetujuan bersama dalam masyarakat. Peranan agama di dalam masyarakat sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat dan melestarikan, namun juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai kekuatan mencerai-beraikan, memecah belah dan bahkan dapat menghancurkan. Dalam pandangan Emile Durkheim agama merupakan suatu sistem kepercayaan beserta prakteknya dalam suatu komunitas moral. Dalam pandangannya agama berasal dari masyarakat itu sendiri. Adapun agama berisi tentang: a. Sesuatu yang dianggap sakral, melebihi kehidupan duniawi dan menimbulkan kekaguman dan kehormatan. b. Sekumpulan kepercayaan yang dianggap sakral. c. Pelaksanaan ritual aktivitas keagamaan. d. Sekumpulan kepercayaan yang ikut dalam ritual yang sama. Agama dipandang sebagai petunjuk untuk mengatasi kesulitan yang diakibatkan oleh ketidakpastian, ketidakberdayaan dan keterbatasan. Sebagai sebuah lembaga sosial agama merupakan asosiasi yang terorganisir dan terbentuk baik untuk kepentingan masyarkat (Murdiyatmoko, 2007: 46). Sebuah lembaga sosial memiliki fungsi manifest dan fungsi latent tidak terkecuali lembaga agama. 15

a. Fungsi Manifest Fungsi manifest adalah fungsi yang disadari dan biasanya merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh pelaku-pelaku ajaran agama (Ishomuddin, 2002:51). Fungsi manifes agama meliputi: a. Doktrin, yaitu pola yang menentukan sifat hubungan antar manusia dengan sesamanya dan manusia dengan Tuhan. b. Ritual, yaitu aturan-aturan tertentu yang digunakan dalam pelaksanaan agama (yang melambangkan doktrin dan yang meningatkan manusia pada doktrin. c. Seperangkat norma perilaku, yang konsisten dengan doktrin tersebut. Dalam menjalankan tugas, setiap agama membentuk petugas masing-masing yang memerlukan investasi dan personil yang besar untuk menjelaskan dan membela doktrin serta melaksanakan ritual dan perilaku yang diinginkan dalam suatu pola pemujaan dan penyiaran agama. b. Fungsi Laten Fungsi latent adalah fungsi yang tersembunyi yang kurang disadari oleh pelaku-pelaku ajaran agama ( Inshomuddin, 2002: 51). Fungsi laten agama menurut Durkheim dapat meningkatkan integritas masyarakat, baik pada tingkatan mikro maupun makro. Pada tingkat mikro fungsi laten agama ialah Ttuhan menggerakkan dan membantu kita untuk hidup. Melalui komunikasi dengan Tuhannya, umat beragama bukan saja mengetahui kebenaran yang tidak diketahui oleh orang yang tidak beriman, melainkan juga menjadikan manusia lebih kuat karena agama menggerakkan dan memberi semangat hidup. 16

Dari segi makro, agama menjalankan fungsi positif karena agama dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang secara berkala menegakkan dan memperkuat perasaann dan ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan dan kesatuan. Dengan melalui kegiatan ritual keagamaan yang diselenggaraka secara bersama, kesatuan dan peratuan umat dapat di pupuk dan di bina. Fungsi latent agama menurut Durkhaim dapat meningkatkan integrasi masyarakat baik pada tingkat makro maupun pada tingkat mikro. Pada tingkat mikro fungsi laten agama ialah untuk menggerakkan dan membantu kita untuk hidup. Dari segi makro fungsi laten agama adalah dapat menentukan kebutuhan masyarakat yang setara berkala dan memperkuat perasaan dan ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan dan kesatuan. http://fajarhidayatasbar.blogspot.com/2012/10/tugasmakalah-fungsi-manifes-dan-fungsi.html, diakses hari Rabu, 14 Mei 2014 pukul 07:30 WIB) Ishomuddin (2002: 54-56), dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat anatar lain: 1. Fungsi edukatif, ajaran agama memberikn ajaran-ajaran yang harus diapatuhi secara yuridis menyuruh dan melarang sehingga penganut agama dibembing berbuat baik sesuai ajaran agama yang dianut. 2. Fungsi penyelamat, keselamatan yang dimaksud adalah keselamatan dunia dan akhirat. Untuk mencapai keselamatan tersebut agama mengajarkan penganutnya melalui pengenalan yang sakral,berup keimanan kepada Tuhan. 3. Fungsi sebagai pendamaian, melalui agama seseorang yang melakukan kesalahan atau dosa dapat merasakan kedamaian batin melalui penebusan dosa dan pertobatan. 17

4. Fungsi sebagai sosial kontrol, ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma sehingga agama berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok. 5. Fungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas, penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kasamaan dalam satu-kesatuan iman dan kepercayaan sehingga akan membina rasa solidaritas secara individu maupun kelompok. 6. Fungsi transformatif, ajaran agama dapat megubah kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupanyang baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. 7. Fungsi kreatif, ajaran agama memotivasi penganutnya untuk bekerja produktif bukan hanya untuk kepentingan sendiri tetapi juga untuk kepentingan orang lain. 8. Fungsi sublimatif, segala usaha penganutnya yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama bila dilakukan dengan tulus untuk Allah merupakan ibadah. 2. 2 Solidaritas Sosial Solidaritas adalah kesepakatan bersama, dukungan kepentingan dan tanggung jawab antar individu dalam kelompok, terutama karena diwujudkan dalam tindakan kolektif untuk sesuatu hal. Solidaritas sosial menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama. Adanya pengalaman 18

emosional yang sama dalam anggota kelompok merupakan elemen yang membentuk solidaritas sosial. Konsep solidaritas sosial merupakan konsep sentral Emile Durkheim yang menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat (Lawang, 1994:181). Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan. Solidaritas mekanik muncul pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif, ikatan sosial yang dibangun atas kebersamaan, kepercayaan dan adat bersama yang didasarkan pada homogenitas yang tinggi. Serta belum mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok Pada masyarakat seperti ini belum terdapat pembagian kerja yang berarti : apa yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat biasanya dapat dilakukan pula oleh orang lain. Dengan demikian tidak terdapat saling ketergantungan antara kelompok yang berbeda, karena masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhanya sendiri dan masing-masing kelompok pun terpisah satu dengan yang lain. 19

Doyle Paul Johnson (1994), secara terperinci menegaskan indikator solidaritas sosial, yakni : a) Adanya Pembagian Kerja Teori pembagian kerja adalah bahwa anggota kelompok tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. Pembagian kerja dalam hal ini bukan untuk mengakibatkan disintegrasi masyarakat yang bersangkutan tetapi tetapi justru meningkatkan solidaritas karena menjadikan anggota kelompok saling tergantung. Indikator pembagian kerja antara: 1. Penempatan individu Disesuaikan dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan individu, hal ini bertujuan untuk memaksimalkan individu dalam melakukan tanggung jawabnya. 2. Beban tanggung jawab Berkaitan dengan tanggung jawab yang diemban oleh individu. 3. Spesialisasi tanggung jawab Dilakukan karena individu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing (Anwar Yesmin dan Adang, 2010:31) b) Adanya Kesadaran Kolektif Kesadaran kolektif merupakan seluruh rasa kepercayaan dan perasaan bersama antar anggota kelompok. Kesadaran kolektif dibentuk karena adanya rasa seperasaan dan sepenanggungan. Kesadaran kolektif terjadi karena setiap 20

anggota di dalamnya merasa bertanggung jawab dan merasa memiliki terhadap segala sesuatu yang ada dalam kelompok tersebut (sense of belonging). Ciri-ciri kesadaran kolektif dalam masyarakat : 1. Adanya rasa kepercayaan Dilakukan karena adanya rasa menjadi bagian dari individu lain. 2. Adanya rasa memiliki Mengakibatkan kesadaran tanggung jawab terhadap individu lain (Nasution 2009:12) c) Hukum Represif dominan Secara sederhana hukum represif dapat diartikan sebagai hukum yang mengabdi kepada kekuasaan represif dan kepada tata tertib sosial yang represif. Bentuk dari hukum represif diaplikasikan dalam bentuk kekerasan terhadap individu atau kelompok yang ingin dikuasai. Hukum represif adalah hukum yang di dalam pelaksanaanya tidak banyak memasukkan campur tangan dari masyarakat sehingga hukum yang berkembang tidak disertai perkembangan masyarakat justru mendukung kemajuan dan perkembangan kelompok yang memiliki kekuasaan. pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman. Ciri-ciri hukum represif dominan: 1. Penguasa cenderung mengidentifikasikan kepentingannya dengan kepentingan masyarakat. 2. Keadilan yang diterima oleh masyarakat bersifat terbatas. 21

3. Badan pengawas khusus seperti polisi menjadi pusat kekuasaan yang bebas. 4. Hukum dan otoritas resmi digunakan untuk menegakkan konformitas kebudayaan (http://books.google.co.id/books?id=_rxraaaamaaj&q=ciriciri+hukum+represif&dq=ciriciri+hukum+represif&hl=id&sa=x&ei=yj_-undhpdp8awnuokwcq&ved=0cb4q6aewaa Diakses pada hari Rabu 16 Juni 2014, pukul 10.11WIB) d) Memiliki Karakter Individualitas Berbicara mengenai karakter individualitas menjelaskan tentang tinggi atau rendahnya sikap dan penilaian serta pemikiran individu ketika berhubungan dengan masyarakat. Karakter individualitas terbentuk tergantung bagaimana penerimaaan masyarakat terhadap pola perilaku individu tersebut. Ciri Ciri karakter individualitas: 1. Gaya hidup disesuaikan dengan kesempurnaan masyarakat. 2. Memiliki dorongan ke-akuan dan ke-kitaan. Keakuan mengacu pada pengabdian terhadap diri sendiri dan kekitaan mengacu pada pengabdian terhadap dunia luar (Nasution 2009:12) e) Memiliki Pola Konsensus Secara Normatif Konsensus merupakan kesepakatan yang tercipta dalam masyarakat. Dalam hal ini kesepakatan yang dimaksud adalah kesepakatan terhadap peraturan peraturan yang sudah lama ada di masyarakat dan itu sudah disepakati dari awal dalam masyarakat tersebut. 22

Ciri-ciri pola konsensus secara normatif : 1. Menciptakan integrasi dalam masyarakat. 2. Konflik dalam masyarakat multikultural menjadi pendukung utama konsensus (Anwar Yesmin dan Adang, 2010:32-33) f) Adanya keterlibatan badan kontrol sosial dalam melaksanakan pengendalian sosial Badan kontrol sosial menjadi pemegang kekuasaan tertinggi dalam pengambilan keputusan dalam masyarakat. Badan kontrol sosial yang dimaksud adalah kelompok masyarakat yang sudah lama ada dan berdiri di masyarakat dalam bentuk organisasi maupun komunitas. Badan kontrol sosial yang ada di masyarakat berfungsi sebagai pengendali di masyarakat. Pemberian hukuman terhadap orang yang menyimpang diberikan oleh badan kontrol sosial tersebut. Ciri-cirri keterlibatan badan kontrol sosial dalam melaksanakan pengendalian sosial : 1. Hukum sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. 2. Negara sebagai wadah terciptanya hukum tersebut. 3. Masyarakat berfungsi sebagai pencipta nilai dan norma (Anwar Yesmin dan Adang, 2010:32-33) g) Memiliki sifat ketergantungan Terjadi karena adanya kelebihan dan kekurangan setiap individu dan kelompok dalam masyarakat. Saling melengkapi kelemahan dan kelebihan masing masing individu mengakibatkan sifat ketergantungan menjadi hal yang wajib berlaku di masyarakat. 23

Ciri-ciri sifat ketergantungan : 1. Terjadi pada masyarakat multikultural. 2. Terjadi ketika masyarakat mengalami globalisasi. 3. Berdampak pada empat bidang yaitu ekonomi, sosial budaya, teknologi dan politik. 2.3 Pemuda Dalam Gereja Pemuda dalam konsep sosiologis merupakan produk dan agen perubahan sosial (agent of change). Naafs dan White (2012:3-4) mengidentifikasikan tiga gagasan utama dalam pemuda yaitu : Pemuda sebagai generasi yaitu pemuda yang berperan sebagai penerus dari keberlanjutan sebuah kelompok masyarakat, Pemuda sebagai transisi yaitu pemuda yang berperan sebagai penggerak perubahan yang terjadi dalam masyarakat, pemuda sebagai pencipta budaya yaitu pemuda dipandang sebagai kelompok yang penting dalam masyarakat sebagai produsen budaya karena dari pemuda kebudayaan mengalami perubahan dari hari ke hari. Pandangan lain mengenai pemuda bisa kita ketahui dari teori Talcott Parson (1942) di mana menurut Talcott Parson pemuda merupakan suatu kategori sosial yang muncul seiring perubahan peran keluarga yang disebabkan oleh perkembangan kapitalisme. Gereja bukan sekedar organisasi saja tetapi gereja merupakan kumpulan dari anggota gereja yang menyadari bahwa mereka memiliki sistem kepercayaan yang sama. Seksi pemuda merupakan salah satu anggota kelompok dalam gereja. Pemuda merupakan tumpuan harapan bagi orang tua, bangsa dan gereja, sehingga pemuda sering sebagai generasi pewaris penerus cita-cita. Pemuda secara 24

psikologis adalah mereka yang masih dalam proses pembentukan kepribadian dan pengembangan pengetahuan. Gereja merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam keberlangsungan kegiatan agama Kristen. Pertumbuhan dari suatu gereja dipengaruhi oleh keterlibatan dari anggotanya dalam pelaksanaan pengembangan gereja. Kegiatan yang dilaksanakan dalam gereja dibagi dalam tiga tugas penting yaitu : bersaksi disebut dengan marturia, melayani yang disebut diakonia, persekutuan disebut dengan koinonia. Adapun tujuan dari ketiga tugas tersebut adalah terciptanya kehidupan gereja yang seimbang di masyarakat. Persekutuan (koinonia) yang tercipta di lembaga agama dijalankan oleh seluruh komponen gereja. Pemuda memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan atau pengembangan gereja. Seperti halnya di gereja GKPS Huta Rih pemuda berperan aktif dalam kegiatan gereja. Lembaga agama memiliki peranan dalam membentuk persekutuan antar anggota kelompok gereja termasuk antar pemuda dalam gereja. Hal ini ini ditandai dengan kegiatan-kegiatan yang di lakukan pemuda tidak hanya bersaksi dan melayani tetapi ada juga persekutuan. Kegiatan yang dilakukan oleh pemuda tidak hanya berfokus pada kegiatan keagamaan yang bersifat religius saja, tetapi juga berupaya untuk membangun kesatuan atau membangun hubungan yang baik diantara sesama komponen gereja maupun diluar komponen gereja. Persekutuan pemuda dalam gereja berfungsi dalam membangun solidaritas antar anggota pemuda. Keterlibatan pemuda sangat mempengaruhi perkembangan dari suatu gereja, hal ini dikarenakan pemuda memiliki sifat yang paling aktif dan paling 25

antusias dalam pelaksanaan kegiatan gereja. Seperti halnya di GKPS Huta Rih, pemuda berperan aktif dalam kegiatan gereja. Tidak hanya di ibadah umum tetapi pemuda juga ikut dalam memperlengkapi anak sekolah minggu. Pemuda juga menyelenggarakan kebaktian khusus unutuk pemuda, ikut dalam aktif adalam kegiatan-kegiatan sosial seperti mengunjungi keluarga baik dalam kondisi suka cita maupun duka cita. Pemuda GKPS Huta Rih juga aktif ambil bagian dalam kegiatan kebersihan seperti kegiatan gotong royong dalam membersihkan lingkungan gereja. 26