PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN HASIL PENGELASAN PADUAN Al-6061

dokumen-dokumen yang mirip
PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB II KERANGKA TEORI

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

KUALITAS REPAIR WELDING MENGGUNAKAN METODE PENGELASAN TIG DENGAN PERLAKUAN PREHEATING DAN POST WELD HEAT TREATMENT PADA CAST WHEEL ALUMINIUM

DASAR-DASAR PENGELASAN

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK LOGAM DISSIMILAR AL-STEEL

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

Ir. Hari Subiyanto, MSc

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

16 Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

ANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

Available online at Website

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

BAB III METODE PENELITIAN

Analisa Perbandingan Kualitas Hasil Pengelasan Dan Struktur Mikro Material Aluminium 5083 Dan 6082 Menggunakan Metode Pengelasan GMAW Dan GTAW

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMUNIUM DENGAN METODE SMAW

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

BAB 3 METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Studi Komparasi Sambungan Las Dissimilar AA5083- AA6061-T6 Antara TIG dan FSW

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

Studi Karakteristik Hasil Pengelasan MIG Pada Material Aluminium 5083

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR PADUAN UZrNb PASCA PERLAKUAN PANAS

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

Kajian Struktur Mikro Sambungan Las TIG Al-13,5Si

Pengaruh Variasi Putaran Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Sambungan Las Tak Sejenis Paduan Aluminium 5083 dan 6061-T6 Pada Proses Las FSW

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

STUDI PENGARUH BESARNYA ARUS LISTRIK TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KEKUATAN IMPAK PADA BAJA KARBON RENDAH JENIS SB 46

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

PENGARUH PROSES QUENCHING TERHADAP LAJU KOROSI BAHAN BAKAR PADUAN UZr

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

ANALISA PENGARUH PERBEDAAN INTERPAS TEMPERATUR PENGELASAN GTAW ALUMINIUM 6061 MENGGUNAKAN FILLER ER4043 TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO

Kajian Kekuatan Baja Paduan Rendah Yang Dilas Listrik Elektroda Terbungkus Dengan Kampuh V Dan Elektroda Rd 320 E.6013 Panas yang t erjadi t idak cuku

WELDABILITY, WELDING METALLURGY, WELDING CHEMISTRY

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS ALUMINIUM 6061 HASIL FRICTION WELDING ABSTRACT

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

MENINGKATKAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Q&T STEEL LOKAL DENGAN MGMAW TANPA PENERAPAN PH DAN PWHT

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

PENGARUH HEAT TREATMENT T6 PADA ALUMINIUM ALLOY 6061-O DAN PENGELASAN TRANSVERSAL TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO

Transkripsi:

ISSN 0852-4777 Pemeriksaan Mikrostruktur, Komposisi dan Kekerasan Hasil Pengelasan Paduan Al-6061 (Masrukan, Fatchatul, dan Chaerul) PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN HASIL PENGELASAN PADUAN Al-6061 Masrukan (1), Fatchatul B (2) dan Chaerul (2) 1. Pusat Teknolog Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang 2. Pusat Teknologi Bahan Nuklir dan Radiometri -BATAN Jl. Taman Sari, Bandung ABSTRAK PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN HASIL PENGE- LASAN PADUAN Al-6061. Telah dilakukan percobaan untuk mengamati pengaruh pengelasan terhadap kekerasan dan mikrostruktur paduan Al6061. Mula-mula dua potongan pelat paduan Al6061 dilas dengan menggunakan lasan GTAW dan filler dari paduan Al-4043. Pengujian logam hasil pengelasan yang terdiri atas kekerasan, mikrostruktur dan komposisi kimia dipilih pada daerah logam induk, daerah terpengaruh panas (HAZ) dan daerah logam lasan. Dari pengujian kekerasan Rockwell F terlihat bahwa kekerasan tertinggi dicapai pada daerah logam induk yakni sebesar 66,4 RF, kemudian di derah HAZ (56,8 RF) dan logam lasan (54,5 RF). Pada pengamatan mikrostruktur, terlihat bahwa bentuk butir logam induk, HAZ dan logam lasan masingmasing berbentuk cill, columnar dan equiaxial. Dari pengukuran ukuran butir dapat diketahui bahwa ukuran butir pada logam induk, HAZ dan logam lasan masing-masing sebesar 13,5µm, 15,9 µm dan 19,4 µm. Sementara itu, dari analisis komposisi kimia dengan menggunakan SEM-EDS terlihat bahwa kandungan unsur Si dan O tertinggi pada logam lasan, yakni masing-masing sebesar 10,14% dan 6,68 % berat. Kata kunci : Pengelasan, paduan Al-6061, mikrostruktur, komposisi kimia dan kekerasan. ABSTRACT MICROSTRUCTURE OBSERVATION, CHEMICAL COMPOSITION AND HARDNESS OF Al-6061 ALLOY WELDING RESULT. The microstructure observation, chemical composition and hardness of Al-6061 alloy welding result has been done. Two Al6061 alloy plates were welded by using GTAW and the Al-4043 alloy as a filler. The metal examinations after welding that consist of hardness, microstructure, and chemical composition were selected at the logam induk, the heat affected zone (HAZ), and the logam lasan areas. The highest hardness examination by Rockwell F was reached at logam induk (66.4 RF), followed by the HAZ (56.8 RF), and the logam lasan (54.5 RF). The microstructure observations found that the grain shape of logam induk, HAZ, and logam lasan areas are cill, columnar, and equiaxial, respectively. The grain size examinations of base 1

Urania Vol. 15 No. 1, Januari 2009: 1-60 ISSN 0852-4777 metal, HAZ, and weld metal areas are 13.5 µm, 15.9 µm and 19.4 µm, respectively. While, the highest Si and O content during chemical composition analysis by using of SEM-EDS is found to be 10.14% and 6.68 % weight respectively for logam lasan area. Key word: Welding, Al-6061 alloy, microstructure, chemical composition and hardness. PENDAHULUAN Paduan aluminium magnesium silicon (AlMgSi) termasuk paduan aluminum yang dapat dikeraskan dengan perlakuan panas (heat traetable) dan termasuk dalam seri 6061. Paduan Al 6061 banyak digunakan dalam industi seperti industri mobil, konstruksi rumah, jembatan dan bahkan dapat digunakan untuk industri nuklir. Dalam industri nuklir paduan Al6061 misalnya untuk bahan struktur elemen bakar reaktor riset dan komponen tangki reaktor. Pemilihan bahan tangki dari Al-6061 disebabkan paduan tersebut mempunyai kekerasan yang cukup tinggi sehingga mampu menahan beban selama digunakan di reaktor. Oleh karena sifat kekerasan Al-6061 tersebut maka paduan Al-6061 cocok untuk dikembangkan sebagai kelongsong bahan bakar baru seperti U 3 Si 2 -Al, UMo dan U-Zr. Penggunaan paduan Al-6061 yang lain adalah untuk tangki reaktor seperti Reaktor TRIGA di Bandung. Dalam fabrikasinya menjadi pelat elemen bakar maupun untuk komponen tangki reaktor TRIGA, kedua penggunaan memerlukan proses penyambungan yaitu pengelasan. Pengelasan pada proses fabrikasi elemen bakar dilakukan pada ujung-ujung komposit sebelum dilakukan pengerolan, sedangkan fabrikasi untuk komponen tangki reaktor dilakukan pada tangki dinding reaktor. Proses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan pemanasan temperature tinggi secara serentak, sehingga terjadi perubahan sifat metalurgiknya seperti sifat mekanik, mikrostruktur maupun komposisi unsur penyusunnya [1]. Perubahan mikrostruktur dapat mengakibatkan perubahan sifat yang merugikan misalnya ketangguhan di daerah lasan (HAZ) menurun sehingga mudah retak [1]. Dalam peneitian ini dilakukan pengelasan bahan Al 6061, selanjutnya dilakukan pemeriksaan mikrostruktur, kekerasan dan komposisi unsur akibat proses pengelasan. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati perubahan yang terjadi pada bahan Al-6061 hasil pengelasan terhadap mikrostruktur dan sifat mekaniknya (kekerasan). TEORI Paduan AlMgSi (Al-6061) Paduan Al-6061 termasuk dalam kelompok paduan aluminium magnesium silicon (AlMgSi) yang memiliki kekuatan dan mampu lasan baik serta ketahanan korosi cukup baik. Paduan AlMgSi dapat digolongkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, yaiu meliputi paduan logam dengan jumlah yang seimbang antara unsur Si dengan Mg antara 0,8 % dan 1,2 % berat. Kelompok ini dapat diekstrusi. Kelompok kedua, mengandung Mg dan Si lebih dari 1,4 %. Paduan ini dapat didiginkan cepat (quenching) untuk meningkatkan keku-atan setelah proses ekstrusi. Kelompok ketiga merupakan kelompok yang popular di Amerika Utara dan mempunyai komposisi Si lebih banyak dengan tujuan untuk meningkatkan kekerasan. 2

ISSN 0852-4777 Pemeriksaan Mikrostruktur, Komposisi dan Kekerasan Hasil Pengelasan Paduan Al-6061 (Masrukan, Fatchatul, dan Chaerul) Dalam diagram fasa biner seperti terlihat pada Gambar 1, kelarutan maksimum Mg 2 Si berada pada komposisi 1,85 % berat, dan setelah melampaui batas kelarutan akan membentuk fasa beta (Mg 2 Si). Apabila di dalam paduan AlMgSi tidak terdapat unsur Mn atau Cr tetapi terdapat unsur Fe maka akan terbentuk fasa fasa Fe 3 SiAl 12, Fe 2 Si 2 Al 9, atau campuran magnesium, silikon dan besi [2,3]. Unsur Mn dan Cr menstabilkan fasa (Fe, Mn, Cr) 3 SiAl 12 apabila ditambahkan ke dalam paduan tersebut seperti Al 6063. Paduan AlMgSi seri 6061 biasanya mempunyai kelebihan Mg 2 Si pada temperatur kelarutannya dan bila didinginkan lambat membentuk struktur Widmanstatten. Gambar 1. Diagram fasa pseudobinery Al-Mg 2 Si [4] Gambar 1. Diagram fasa pseudobinery Al-Mg 2 Si [4] Pengelasan logam Pengelasan logam adalah proses penyambungan logam antara dua bagian logam atau lebih dengan dengan menggunakan energi panas [1]. Karena proses pengelasan, maka logam di sekitar lasan mengalami siklus termal cepat yang menyebabkan terjadinya perubahan perubahan metalurgi yang rumit, deformasi dan tegangan tegangan termal. Hal ini sangat erat hubungannnya dengan ketangguhan, cacat lasan, retak dan lain sebagainya yang pada umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dan konstruksi lasan. [1] Dilihat dari daerah pengelasannya, proses pengelasan dapat dibedakan menjadi : - Daerah logam induk (BM = base metals), adalah daerah yang mana logam asal sebelum dilakukan pengelasan, - Daerah terpengaruh panas (HAZ = Heat Affected Zone), adalah daerah lasan yang tidak mencair tetapi sudah mengalami pengaruh perubahan mikrostruktur akibat pemanasan dan pendinginan selama 3

Urania Vol. 15 No. 1, Januari 2009: 1-60 ISSN 0852-4777 proses pengelasan. HAZ dan batas cair padat merupakan dua daerah yang sangat kritis, karena di tempat ini sering terjadi retak dan beberapa jenis cacat lainnya. Temperatur tertinggi daerah HAZ dipengaruhi oleh masukan panas yang bergantung pada arus listrik, kecepatan pengelasan, ketebalan palisan kerja, pemanasan awal, dan polaritas listrik. Laju pendinginan daerah HAZ tergantung pada temperatur tertinggi daerah HAZ, media pendingin, ketebalan benda kerja, dan pemanasan awal. Laju pendinginan ini juga akan menentukan jenis fasa yang akan terbentuk pada temperatur kamar setelah pendinginan daerah lasan. - Daerah batas lebur (fusion line) adalah daerah yang mana terjadi batas antara padat dan cair. Daerah batas lebur dan HAZ adalah daerah paling berbahaya karena pada daerah tersebut sering terjadi retak dan beberapa cacat lasan lainnya. - Daerah logam lasan (WM= Logam lasans), umumnya memiliki sifat yang lebih baik daripada logam induk, karena logam lasan merupakan campuran unsur yang berasal dari logam pengisi dan logam induk. Logam pengisi biasanya memiliki unsur pemadu yang menghasilkan sifat yang lebih baik daripada logam induk. - Daerah garis pusat lasan (WCL= weld centre line), adalah daerah logam lasan yang membeku paling akhir dan memiliki kandungan unsur paduan yang paling tinggi. Pada Gambar 2 ditampilkan pembagian daerah-daerah hasil pengelasan logam. BM HAZ WCL WM FL Gambar 2. Daerah hasil pengelasan [1] Gambar 2. Daerah hasil pengelasan [1] TATA KERJA Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah potongan pelat Al -6061 yang telah dilas dengan menggunakan logam pengisi (filler) Al-4043 dengan komposisi seperti tertera pada Tabel 1 dalam Lampiran. Pemilihan bahan untuk pengisi diusahakan agar memiliki komposisi yang mendekati logam induknya selain dari sifat-sifat mekanik dan ketahanan korosinya. Teknik pengelasan yang digunakan yaitu GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) yaitu pengelasan dengan pencairan (fusion welding). Pengambilan sampel uji dilakukan pada daerah logam lasan, Heat Affected Zone (HAZ) dan logam induk. Pengelasan dilakukan dalam dua tahap yaitu pada bagian dalam tabung dan bagian luar. Untuk dapat dilakukan pengujian mikrostruktur, kekerasan maupun komposisi unsur dengan menggunakan SEM-EDS, merk Philips, sampel dipotong kecil kemudian dibingkai untuk memudahkan pemegangan pada saat penghalusan. Penghalusan sampel dilakukan dengan menggunakan mesin gerinda dan dilanjutkan dengan menggunakan mesin polis. Setelah sampel halus, dietsa dengan menggunakan campuran 15,5 ml HNO 3, 1,5 ml HF dan 3g 4

ISSN 0852-4777 Pemeriksaan Mikrostruktur, Komposisi dan Kekerasan Hasil Pengelasan Paduan Al-6061 (Masrukan, Fatchatul, dan Chaerul) CrO 3, selanjutnya diuji mikrostruktur yang terjadi dengan menggunakan mikroskop optik, kekerasan dengan menggunakan teknik uji kekerasan Rockwell, dan analisis komposisi unsur dengan menggunakan SEM- EDS. Pada Gambar 3 ditampilkan daerah yang diuji, sedangkan pada Gambar 4 ditampilkan skema diagram alir penelitian. Gambar 3. Penampang melintang daerah yang sambungan yang diuji Keterangan : 1, 2, 3, 9, 8 = lasan bagian luar tabung 5, 4, 6,11,12, 7, 6 = lasan pada bagian dalam tabung Potongan pelat Lasan Al-6061 Pemotongan sampel Pemeriksaan Pemeriksaan hasil lasan Pengujian kekerasan Rockwell F Pemeriksaan mikrostruktur Mikr. Optik, SEM-EDS Analisis data Kesimpulan Gambar 4. Diagram alir penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian kekerasan ditampilkan pada Tabel 1 dan mikrostruktur pada Gambar 5 sampai dengan 7.. Dari Tabel 1 yang menampilkan data kekerasan Rockwell dapat 5

Urania Vol. 15 No. 1, Januari 2009: 1-60 ISSN 0852-4777 dilihat bahwa pada daerah lasan (logam lasan) mempunyai nilai kekerasan terendah yakni 54,5 Rockwell F, sedangkan nilai kekerasan tertinggi dicapai pada logam induknya yakni sebesar 66,8 Rockwell F. Perbedaan nilai kekerasan ini disebabkan oleh pengaruh panas (masukan panas) yang digunakan, yang mana pada daerah lasan menerima panas yang paling tinggi dibandingkan pada daerah HAZ maupun logam induknya. Selain disebabkan oleh faktor pemanasan, rendahnya nilai kekerasan pada daerah lasan juga disebabkan kondisi pada saat pengelasan. Pada saat temperatur pengelasan tinggi, terjadi pencairan logam lasan dan logam hidrogen yang berasal dari sekeliling mudah larut ke dalam logam cair. Apabila kemudian logam cair membeku, gas hidrogen yang terlarut akan terjebak/terperangkap dalam bekuan logam sehingga menyebabkan timbulnya pori-pori. Semakin banyak pori-pori yang terbentuk pada logam lasan akan semakin rendah kekerasannya. Tabel 1. Hasil uji kekerasan Daerah lasan Nilai kekerasan rata-rata (Rockwell F) Logam induk 66,4 Daerah pengaruh panas (HAZ) 56,8 Logam lasan (logam lasan) 54,5 Proses pengelasan menimbulkan pemanasan pada logam induk maupun logam pengisi, dan sumber panas akan bergerak sehingga timbul pencairan dan pembekuan secara terus menerus. Rangkaian proses ini akan menimbulkan pengintian dan pertumbuhan butir yang berakibat terbentuknya bermacam-macam bentuk maupun ukuran butir. Bentuk, ukuran butir, pori-pori dan inklusi merupakan bagian dari mikrostruktur. Apabila diamati mikrostruktur yang terjadi, dari logam induk ke tengah daerah lasan terlihat masing-masing mempunyai bentuk butir cill, columnar dan equiaxial seperti pada Gambar 5, 6 dan 7. Bentuk butir cill berbutir halus, terbentuk karena pendinginan relative cepat sehingga laju pengintianpun cepat dan pertumbuhan butir lambat. Bentuk butir seperti ini terlihat pada daerah batas batas antara logam induk dengan logam lasan (logam lasan) seperti Gambar 5. Pada bentuk columnar/ memanjang, berhubungan dengan terjadinya perpindahan panas. Pertumbuhan butir terpengaruh oleh arah perpindahan panas dari daerah tengah ke arah logam induk seperti ditampilkan pada Gambar 4. Untuk bentuk butir equiaxial berbutir kasar, terjadi di bagian tengah yang menerima panas yang paling banyak karena proses pengelasannya berlapis-lapis dan dilakukan pemanasan berulang-ulang. Akibat menerima panas paling banyak maka pendinginan menjadi lambat dan laju pengintian butir menjadi lambat pula dibandingkan pertumbuhan butir, sehingga butir yang terbentuk menjadi kasar seperti ditampilkan pada Gambar 5. Apabila diamati ukuran butir yang terjadi, dari pengukuran diameter butir yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop optic dan dilengkapi dengan Image Pro & 6

ISSN 0852-4777 Pemeriksaan Mikrostruktur, Komposisi dan Kekerasan Hasil Pengelasan Paduan Al-6061 (Masrukan, Fatchatul, dan Chaerul) Omnimet Advantage maka dihasilkan ukuran butir pada daerah logam induk, HAZ dan logam lasan masing-masing mempunyai ukuran butir sebesar 13,5 µm ; 15,9 µm dan 19,4 µm. Dari pemeriksaan mikrostruktur dan bila dikaitkan dengan perubahan kekerasannya dapat diketahui bahwa pada logam induk, HAZ dan logam lasan masing-masing mempunyai bentuk butir cill, columnar dan equiaxial terlihat mempunyai niai kekerasan yang semakin rendah yakni masing-masing 66,4 RF; 56,8 RF dan 54,5 RF. Gambar 5. Mikrostruktur daerah batas antara HAZ logam induk dengan daerah lasan Gambar 6. Mikrostruktur pada daerah Gambar 5. Mikrostruktur daerah batas antara logam induk dengan daerah lasan Gambar 6. Mikrostruktur pada daerah HAZ Gambar 7. Mikrostruktur pada daerah loga lasan Hal lain yang terjadi pada proses pengelasan adalah teradinya pelelehan sebagian logam induk yang bersinggungan dengan logam lasan sehingga terjadi proses pelarutan. Keadaan ini terlihat pada daerah perbatasan antara logam induk dengan daerah lasan (Gambar 3). Peristiwa pelarutan menyebabkan daerah tersebut mempunyai kompo-sisi yang berbeda antara logam induk dengan logam pengisi. Untuk mengetahui distribusi unsur yang terjadi akibat peristiwa pelarutan, diamati dengan menggunakan spektrometer EDS (Energy Dispersive Spectroscopy) seperti ditampilkan pada Tabel 2, Gambar 1, 2 dan 3 pada Lampiran. Dari data tersebut dapat dilihat perbandingan kendungan unsur-unsur paduan antara logam induk dengan HAZ serta logam lasan. Terdapat perbedaan kandungan logam Si antara logam induk, HAZ dan logam lasan, 7

Urania Vol. 15 No. 1, Januari 2009: 1-60 ISSN 0852-4777 yang mana kandunga Si yang paling tinggi terdapat pada logam lasan disebabkan terdapat logam pengisi yang terlarut dan mengandung unsur Si sekitar 4,5 % sampai dengan 6% berat. Pada daerah HAZ, kandungan Si lebih besar dari logam induk yang disebabkan terjadinya difusi atom-atom Si dari logam lasan ke daerah HAZ. Selain itu, selama proses pengelasan terjadi proses pelarutan oksigen yang akan membentuk oksida pada logam lasan, yang mana pada percobaan ini kandungan oksigen terbesar terdapat pada logam lasan. Unsur Mg yang terdapat pada logam pengisi sekitar 0,05 % berat, tetapi pada saat pencairan logam dalam proses pengelasan sebagian besar unsur Mg terbakar baik yang berasal dari logam pengisi maupun logam induk yang ikut mencair. Unsur Mg merupakan unsur yang mudah teroksidasi. Tabel 2. Hasil analisis komposisi dengan menggunakan EDS Logam dasar Daerah terpengaruh Logam lasan Elemen panas (HAZ) (% berat) (% berat) (% berat) O 4,22 4,06 6,68 Mg 1,22 - - Al 94,05 94,36 83,18 Si 0,51 1,57 10,14 Total 100 100 100 SIMPULAN Dari proses pengelasan paduan Al- 6061 yang dilasan dengan teknik GTAW dengan logam pengisi Al-4043 dapat disimpulkan bahwa, kekerasan logam berkurang dari logam lasan (wel metal) ke arah HAZ dan logam induk, yakni masingmasing sebesar 66,4 RF; 56,8 RF; dan 56,8 RF. Hasil pemeriksaan mikrostruktur menunjukkan dari logam induk ke tengah/daerah lasan terlihat masing-masing mempunyai bentuk butir cill, columnar dan equiaxial. Sementara itu, dari analisis komposisi unsur dengan menggunakan EDS terlihat perbedaan kandungan logam Si antara logam induk, HAZ dan logam lasan, yang mana kandungan Si yang paling tinggi terdapat pada logam lasan yakni sebesar 10,14% berat. Untuk unsur Mg, pada daerah lasan dan HAZ tidak terdapat unsur Mg. Dilihat kandungan unsur oksigen yang terbentuk sebagai oksida, maka unsur oksigen terbesar terdapat pada logam lasan yakni sebesar 6,68 % berat. DAFTAR PUSTAKA 1. HARSONO WIRYOLUKITO, TOSHIE OKUMURA, Teknologi Pengelasan Logam, Pradnya Paramita, 1991, cetakan kelima. 2. CALLISTER, W.D, Material Science and Engineering an Introduction, Fourth Edition, John Willey and Sons, Canada, 1997. 3. POLMEAR, Light Alloy,: Metallurgy of the Light Metals, 1988. 4. HART J, Aluminum: Properties and Physical Metallurgy, American Society f or Metals, Metals Park Ohio, 1983. 8

ISSN 0852-4777 Pemeriksaan Mikrostruktur, Komposisi dan Kekerasan Hasil Pengelasan Paduan Al-6061 (Masrukan, Fatchatul, dan Chaerul) LAMPIRAN Tabel 1. 1 Komposisi material logam paduan Al 6061 dan pengisi A- 4043 Klasanifikasi AWS 4043 6061 Si 4,5 6,0 0,4-0,8 Fe 0,8 0,7 Cu 0,3 0,15-0,4 Mn 0,05 0,15 Mg 0,05 0,8-1,2 Cr 0,04-0,05 Zn 0,1 0,25 Ti 0,2 0,25 Unsur lain Masing-masing 0,05 0,05 Total 0,15 0,15 Al Sisa sisa Gambar 1. Kurva intensitas sinar terhadap persen berat unsur pada logam induk 9

Urania Vol. 15 No. 1, Januari 2009: 1-60 ISSN 0852-4777 Gambar 2. Kurva intensitas sinar terhadap persen berat unsur pada logam lasan Gambar 3. Kurva intensitas sinar terhadap persen berat unsur pada HAZ 10