II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Parwati (2003) dalam penelitiannya Pendapatan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Ternak Kambing dengan Laserpunktur. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan biaya produksi, pendapatan dan pendapatan dari bisnis peternakan kambing dengan dan tanpa laserpunctur dan factor-faktor produksi yang mempengaruhi peternakan kambing. Data primer berasal dari 60 peternak kambing, 36 dari mereka menggunakan teknologi laserpunctur, dan lainnya 24 tidak. Untuk menguji perbedaan antara responden kedua kelompok digunakan statistik t-test. Pendapatan peternakan kambing dipengaruhi oleh jumlah kambing, harga benih, penjualan benih, HMT, konsentrat, umur induk kambing, upah dan ukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan peternak kambing dengan penggunaan teknologi laserpuncture adalah lebih tinggi dibandingkan yang tidak menggunakan. Sedangkan teknologi untuk mamassa pemanasan harga konsentrat, harga benih telah mempengaruhi produksi kambing. Putranto (2006) dalam penelitiannya Analisis Keuntungan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keuntungan dari usaha peternakan sapi perah rakyat dan mempelajari hubungan output dan input dari usaha peternakan di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang dan Kota Semarang Jawa Tengah. Sistem usaha peternakan sapi perah yang diteliti adalah yang mempunyai karaktristik skala pemilikan dan rata-rata keuntungan perunit
sapi laktasi, efisiensi usaha peternakan sapi perah ini bisa diketahui dari output yang dihasilkan dan juga dari identifikasi keuntungan Rata-rata keuntungan total per unit sapi perah per laktasi adalah strata I Rp 2,408 juta, strata II Rp 2,505 juta, strata III Rp 2,994 juta dan strata IV Rp 2,869 juta Dari perhitungan skala usaha ditemui kondisi dimana pada strata III dalam keadaan increasing return to scale, sedang dari perhitungan efisiensi ekonomi diperoleh hasil bahwa kondisi peternakan sapi perah di Jawa Tengah berada pada keadaan belum atau tidak efisien, demikian juga dari perhitungan keuntungan maksimal diperoleh hasil bahwa keuntungan maksimal belum tercapai. Kesimpulan pokok dari hasil penelitian ini adalah usaha peternakan sapi perah masih membutuhkan usaha-usaha utuk meningkatkan efsiensi dan performa pengolahan susu pada tingkat peternak dan koperasi. Priyanto (2008) dalam penelitiaanya Target Kelayakan Skala Usaha Ternak Domba Pola Pembibitan Mendukung Pendapatan Petani di Perdesaan. Usaha ternak domba di pedesaan masih dikelola sebagai usaha campuran dengan manejemen masih berbasis sumberdaya lokal yang tersedia di lokasi, dan merupakan alternatif biaya rendah (low external input). Pengaturan produksi dalam mendukung kinerja pendapatan peternak secara kontinue belum dilakukan, khususnya dalam menentukan skala usaha. Penelitian target kelayakan skala usaha dilakukan terhadap 20 peternak domba (survey terstruktur) untuk mengetahui kinerja usahaternak dan faktor-faktor penentu yang diduga berpengaruh terhadap skala usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha terrnak model pembibitan di pedesaan masih rendah (6,05 ekor/peternak), dengan pemilikan
induk 2,31 ekor/peternak, dan rataan penjualan sebanyak 3,05 ekor/tahun, serta kinerja ekonomi sebesar Rp.776.315,-/peternak/tahun. Hasil analisis faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap skala usahaternak adalah jumlah induk yang dipelihara sangat nyata berpengaruh (P<0,01) dalam meningkatkan skala usaha. Demikian pula jumlah anggota keluarga, harga jual domba, luas lahan, dan total pendapatan rumahtangga juga positif sebagai penentu rekomendasi pengembangan skala usahaternak. Sebaliknya pendapatan usaha pertanian (hortikultura) merupakan usaha kompetitif terhadap pengembangan skala usaha, kaitannya dengan pengalokasian tenaga kerja keluarga dalam usahatani di pedesaan. Rekomendasi target penjualan 1 ekor anak/bulan, disarankan peternak memelihara sebesar 9,08 ekor induk, dengan kapasitas skala usaha mencapai 23,80 ekor, yang mampu memberikan pendapatan usaha ternak mencapai Rp.254.421,-/peternak/bulan. Peternak sangat berminat untuk mengembangkan skala usaha, tetapi kendala modal usaha masih dominan. Saleh, dkk (2006) dalam penelitiannya Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah propotional stratified random sampling yaitu dengan cara memilih 3 buah desa berdasarkan populasi ternak sapinya, yaitu desa Buluh Cina (populasi tertinggi), desa Tandem Hilir 1 (populasi sedang), dan desa Hamparan Perak (populasi rendah). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 49 keluarga peternak sapi potong yang didapat dari 30%
peternak, masing-masing dari desa Buluh Cina (31 peternak), desa Tandem Hilir I (16 peternak), dan desa Hamparan Perak (2 peternak). Parameter yang diamati meliputi : pendapatan, skala usaha (jumlah ternak), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman peternak, jumlah tangungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa skala usaha (jumlah ternak sapi), motivasi beternak berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong. 2.2. Landasan Teori Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya. Ternak sapi menghasilkan sekitar 50 % kebutuhan daging di dunia, 95 % kebutuhan susu, dan kulitnya menghasilkan sekitar 85 % kebutuhan kulit untuk sepatu. Sapi potong adalah salah satu genus dari famili Bovidae. Ternak atau hewan hewan lainnya yang termasuk famili ini adalah bison, banteng (bibos), kerbau (babalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa (Zainal, 2002). Sapi potong asli Indonesia adalah sapi potong yang sejak dahulu kala sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia, tetapi sudah berkembang biak dan dibudidayakan lama sekali di Indonesia, sehingga telah mempunyai ciri khas tertentu. Bangsa sapi potong asli
Indonesia hanya sapi Bali (Bos Sondaicus), sedangkan yang termasuk sapi lokal adalah sapi Madura dan sapi Sumba Ongole (SO) (Anonimous, 2010). Memelihara sapi sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging atau susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai potensi tenaga kerja. Sapi potong sebagai penghasil daging, persentase karkas (bagian yang dapat dimakan) cukup tinggi, yaitu berkisar antara 45% - 55% yang dapat dijual pada umur 4-5 tahun (Rianto dan Purbowati, 2006). Dilihat dari pola pemeliharaannya peternakan di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok (Mubyarto, 1977), yaitu: a. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional. Ketrampilan sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu yang relative terbatas. Ternak pemakan rumput digembalakan di padang umum, di pinggir jalan dan sawah, di pinggir sungai atau di tegalan sendiri. Kalau siang hari diberi minum dan dimandikan seperlunya sebelumnya dimasukkan ke dalam kandang. Pemeliharaan dengan cara ini dilakukan setiap hari dan dikerjakan oleh anggota keluarga peternak.tujuan utama ialah sebagai hewan kerja dalam membajak sawah/tegalan, hewan penrik gerobak atau pemgamgkut beban sedang kotorannya dipakai sebagai pupuk. b. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersil. Ketrampilan yang mereka miliki dapat dikatakan lumayan.penggunaan bibit unggul, obat obatan dan makanan penguat cenderung meningkat, walaupun lamban.jumlah ternak yang dimiliki 2 5 ekor ternak besar dan 5 100 ekor ternak kecil terutama ayam.bahan makanan berupa ikutan panen seperti bekatul, jagung, jerami dan rumput rumputan yang dikumpulkan oleh tenaga dari
keluarga sendiri. Tujuan utama dari memelihara ternak untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri. c. Peternak komersil. Usaha ini dijalankan oleh golongan ekonomi yang mempunyai kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang agak modern.semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak terutama dibeli dari luar dalam jumlah yang besar. Tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan sebanyak banyaknya. Biaya produksi ditekan serendah mungkin agar dapat menguasai pasar. Teori produksi merupakan analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang pengusaha atau produsen, dalam teknologi tertentu memilih dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu, seefisien mungkin (Sudarman, 1989 ) Produksi adalah suatu proses pengubahan faktor produksi atau input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah Penentuan kombinasi faktor faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil produksi yang didapat menjadi optimal. Input pada suatu proses produksi terdiri dari tanah, tenaga kerja, kapital dan bahan baku, jadi input adalah barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu proses produksi sedangkan yang dimaksud dengan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor faktor produksi: capital, tenaga kerja, teknologi, managerial skill (Soeharno, 2006). Suatu perekonomian senantiasa menggunakan
teknologi yang dimiliki untuk mengkombinasikan berbagai input guna menghasilkan output. Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara faktor produksi dengan hasil produksi. Fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah barang yang diproduksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut : Q = f (K, L, R, T) Keterangan : Q = output K = kapital / modal L = labour / tenaga kerja R = resuources / sumber daya T = teknologi Dari persamaan tersebut berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat produksi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda beda tentunya memerlukan faktor produksi yang berbeda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah produksi yang tidak sama akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap, biasanya adalah faktor produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah tenaga kerja. Berkaitan dengan periode produksi, situasi produksi dimana perusahaan tidak dapat mengubah outputnya disebut jangka waktu yang sangat pendek sedangkan situasi produksi dimana output dapat dirubah namun demikian ada sebagian faktor produksi yang bersifat tetap atau
input tetap dan sebagian lagi faktor produksinya dapat dirubah atau input variabel disebut produksi jangka pendek dan produksi jangka panjang yaitu suatu produksi tidak hanya output dapat berubah tetapi mungkin semua input dapat diubah dan hanya teknologi dasar produksi yang tidak mengalami perubahan. Modal adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangan kemudian ternyata pengertian modal mulai bersifat non physical oriented, dimana pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang barang modal (Riyanto, 1989). Modal yang dapat digunakan berulang kali disebut modal tetap. Misalnya bajak, makin hari makin habis kengunaannya setelah jangka waktu tertentu harus digantikan dengan yang baru. Lain halnya dengan faktor produksi yang sifatnya variabel yang hanya sekali pakai dan harus disediakan yang baru setiap akan dibutuhkan. Mengingat modal dan faktor produksi lain yang dimiliki petani jumlahnya terbatas, maka petani diharapkan dapat menggunakan sumber-sumber tersebut sedemikian rupa sehingga diperolah hasil yang maksimal. Pendapatan adalah hasil produksi total yang diperoleh dalam satu kali musim tanam dikalikan dengan angka persatuan produk pada saat panen. Sektor produksi membeli hasil produksi dengan harga yang berlaku pada pasar faktor produksi. Harga juga ditentukan oleh tarik menarik antara permintaan dan penawaran. Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap
anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. (Samuelson dan Nordheus, 1995). Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. (Samuelson dan Nordhaus, 1995). Dalam hal ini pendapatan juga bisa diartikan sebagai pendapatan bersih seseorang baik berupa uang atau natura. Secara umum pendapatan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu : 1. Gaji dan upah Suatu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah. 2. Pendapatan dari kekayaan Pendapatan dari usaha sendiri. Merupakan nilai total produksi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan baik dalam bentuk uang atau lainnya, tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital untuk sendiri tidak diperhitungkan 3. Pendapatan dari sumber lain Dalam hal ini pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja antara lain penerimaan dari pemerintah, asuransi pengangguran, menyewa aset, bunga bank serta sumbangan dalam bentuk lain. Tingkat pendapatan (income level) adalah tingkat hidup yang dapat dinikmati oleh seorang individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan mereka atau sumber-sumber pendatapan lain. (Samuelson dan Nordhaus, 1995). Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha
dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji dan upah, tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut. (Sukirno, 1996). 2.3. Kerangka Konseptual Peternak sapi potong merupakan orang yang mengusahakan ternak sapi mulai dari pemeliharaan bibit hingga sapi tersebut siap untuk dijual. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas sapi potong adalah sistem pemeliharaan usaha ternak yang digunakan oleh peternak. Pemeliharaan secara intensif akan memberikan pendapatan petani peternak sapi potong lebih banyak dibanding secara tradisional. Pendapatan petani peternak secara intensif maupun tradisional sangat ditentukkan dalam mengelola analisis usaha ternak. Analisis usaha ternak sering digunakan untuk optimalisasi produksi sehingga dapat dilihat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Dalam peternakan secara intensif maupun tradisional faktor produksi lebih berhubungan dengan aspek sumber daya seperti tenaga kerja serta modal. Selain itu juga ada faktor-faktor lain seperti bibit, pakan, pemasaran dan manajemen yang menunjang produksi. Semua faktor produksi akan berpengaruh pada pendapatan usaha petani ternak. Produksi yang terus meningkat tidak hanya ditentukan oleh tersedianya teknologi maju yang lebih baik, akan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah penyediaan sarana dan
prasarana, perbaikan sistem pemasaran dan harga serta keuntungan usaha yang lebih menarik. Bagi para petani peternak, bibit dan pakan yang baik sangat berpengaruh terhadap hasil penjualan sapi potong, hasil penjualan yang besar maka akan baik pula pengaruhnya terhadap pendapatan yang diperoleh, sehingga diperkirakan bahwa usaha ternak sapi potong tersebut dapat memberikan kontibusi atau pemasukan yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga. Kerangka konseptual pemikiran disajikan pada Gambar 2.1. Pendapatan Petani Peternak Sapi Potong Peternak Intensif Peternak Tradisional Bibit Pakan Tenaga Bibit Pakan Tenaga Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian 2.4. Hipotesis Penelitian Sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian ini disusun hipotesis sebagai berikut : 1. Petani peternak sapi potong secara intensif memiliki pendapatan yang lebih besar dan berbeda secara signifikan dibanding petani peternak secara tradisional di Kecamatan Pantai Cermin dan Serba Jadi di Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Bibit, pakan, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani peternak sapi potong di Kecamatan Pantai Cermin dan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai.