Proses enkripsi disetiap putarannya menggunakan fungsi linear yang memiliki bentuk umum seperti berikut : ( ) ( ) (3) ( ) ( ) ( )

dokumen-dokumen yang mirip
Penggunaan Fungsi Rasional, Logaritma Kuadrat, dan Polinomial Orde-5 dalam Modifikasi Kriptografi Caesar Cipher

Bab 4 Analisis dan Pembahasan

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

PENGGUNAAN DETERMINAN POLINOMIAL MATRIKS DALAM MODIFIKASI KRIPTOGRAFI HILL CHIPER

MODIFIKASI KRIPTOGRAFI HILL CIPHER MENGGUNAKAN CONVERT BETWEEN BASE

PERANCANGAN KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRIS MENGGUNAKAN FUNGSI BESSEL DAN FUNGSI LEGENDRE

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

PEMBANGKIT KUNCI LINEAR FEEDBACK SHIFT REGISTER PADA ALGORITMA HILL CIPHER YANG DIMODIFIKASI MENGGUNAKAN CONVERT BETWEEN BASE

Perancangan dan Implementasi Algoritma Kriptografi Block Cipher

Perancangan Kriptografi Block Cipher 256 Bit Berbasis pada Pola Tuangan Air Artikel Ilmiah

Artikel Ilmiah. Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Dampak S-Box AES Terhadap Perancangan Kriptografi Simetris Berbasis Pola Teknik Putaran Kincir Angin Artikel Ilmiah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA

BAB I PENDAHULUAN. Pengiriman informasi yang dilakukan dengan mengirimkan data tanpa melakukan

Aplikasi Merkle-Hellman Knapsack Untuk Kriptografi File Teks

PROGRAM APLIKASI KRIPTOGRAFI PENYANDIAN ONE TIME PAD MENGGUNAKAN SANDI VIGENERE

Rancangan Kriptografi Block Cipher 128-bit Menggunakan Pola Lantai dan Gerakan Tangan Tarian Ja i

Kombinasi Algoritma Rubik, CSPRNG Chaos, dan S-Box Fungsi Linier dalam Perancangan Kriptografi Block Cipher

General Discussion. Bab 4

Perancangan Kriptografi Block Cipher Berbasis pada Teknik Tanam Padi dan Bajak Sawah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN POLINOMIAL UNTUK STREAM KEY GENERATOR PADA ALGORITMA STREAM CIPHERS BERBASIS FEEDBACK SHIFT REGISTER

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

Perancangan Inisial Permutasi dengan Prinsip Lotre dalam Menahan Kriptanalisis Known Plaintext Attack (KPA) pada Kriptografi Hill Cipher

Oleh: Benfano Soewito Faculty member Graduate Program Universitas Bina Nusantara

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

Pemenuhan Prinsip Iterated Cipher (Suatu Tinjauan Analisis dan Modifikasi Pada Kriptografi Block Cipher Dengan Pola Teknik Burung Terbang)

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan, yaitu : kerahasiaan, integritas data, autentikasi dan non repudiasi.

Perancangan Kriptografi Block Cipher 256 Bit Berbasis Pola Tarian Liong (Naga) Artikel Ilmiah

Modifikasi Kriptografi One Time Pad (OTP) Menggunakan Padding Dinamis dalam Pengamanan Data File

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

Suatu Algoritma Kriptografi Simetris Berdasarkan Jaringan Substitusi-Permutasi Dan Fungsi Affine Atas Ring Komutatif Z n

RANCANGAN KRIPTOGRAFI HYBRID KOMBINASI METODE VIGENERE CIPHER DAN ELGAMAL PADA PENGAMANAN PESAN RAHASIA

Perancangan Kriptografi Block Cipher 64 Bit Berbasis pada Pola Terasering Artikel Ilmiah

Perancangan Kriptografi Block Cipher Berbasis pada Pola Gender Pria Menggunakan Permutation Box (P-Box) Artikel Ilmiah

BAB III PENYANDIAN ONE TIME PAD MENGGUNAKAN SANDI VIGENERE

Protokol Perjanjian Kunci Berdasarkan Masalah Konjugasi Pada Matriks Atas Lapangan Hingga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

Implementasi Modifikasi Kriptografi One Time Pad (OTP) untuk Pengamanan Data File

Artikel Ilmiah. Peneliti: Fahrizal Ahmad ( ) Drs. Prihanto Ngesti Basuki, M.Kom. Ir. Christ Rudianto, MT.

SUATU ALGORITMA KRIPTOGRAFI STREAM CIPHER BERDASARKAN FUNGSI CHAOS

Perancangan Algoritma Message Authentication Code (MAC) Dengan Pendekatan Kriptografi Block Cipher Berbasis 256 Bit Pada Pola Papan Dart

Artikel Ilmiah. Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Perancangan Kriptografi Block Cipher Berbasis pada Alur Clamshell s Growth Rings

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Pada era teknologi informasi yang semakin berkembang, pengiriman data

Aplikasi Perkalian dan Invers Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KRIPTOGRAFI KLASIK DENGAN METODE MODIFIKASI AFFINE CIPHER YANG DIPERKUATDENGANVIGENERE CIPHER

Desain dan Implementasi Efisiensi Bit Cipherteks: Suatu Pendekatan Komparasi Algoritma Huffman dan Rancangan Cipher Block

PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Modifikasi Affine Cipher Dan Vigènere Cipher Dengan Menggunakan N Bit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan kemajuan pesat di

(S.2) KRIPTOGRAFI METODA MODULAR MULTIPLICATON-BASED BLOCK CIPHER PADA FILE TEXT

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perancangan Kriptografi Block Cipher Berbasis Pada Teknik Lipat Amplop dan Linear Congruential Generator (LCG) Artikel Ilmiah

KRIPTOGRAFI HILL CIPHER DENGAN MENGGUNAKAN OPERASI MATRIKS

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai makna. Dalam kriptografi dikenal dua penyandian, yakni enkripsi

SEMINAR TUGAS AKHIR PERIODE JANUARI 2012

ANALISA PROSES ENKRIPSI DAN DESKRIPSI DENGAN METODE DES

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi.

BAB 2 LANDASAN TEORI

A-2 Sistem Kriptografi Stream Cipher Berbasis Fungsi Chaos Circle Map dengan Pertukaran Kunci Stickel

Pemenuhan Prinsip Shannon

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Algoritma Kriptografi Kunci Publik. Dengan Menggunakan Prinsip Binary tree. Dan Implementasinya

Bab 2: Kriptografi. Landasan Matematika. Fungsi

BAB 3 KRIPTOGRAFI RSA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISIS KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM. KriptoSMS akan mengenkripsi pesan yang akan dikirim menjadi ciphertext dan

APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN

Kriptografi Simetris Dengan Kombinasi Hill cipher Dan Affine Cipher Di Dalam Matriks Cipher Transposisi Dengan Menerapkan Pola Alur Bajak Sawah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berikut ini akan dijelaskan pengertian, tujuan dan jenis kriptografi.

Perbandingan Penggunaan Bilangan Prima Aman Dan Tidak Aman Pada Proses Pembentukan Kunci Algoritma Elgamal

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

METODE ENKRIPSI DAN DEKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ELGAMAL

APLIKASI KRIPTOGRAFI KOMPOSISI ONE TIME PAD CIPHER DAN AFFINE CIPHER

STUDI DAN PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA SIMETRI VIGENERE CHIPPER BINNER DAN HILL CHIPPER BINNER Ivan Nugraha NIM :

KOMBINASI ALGORITMA ONE TIME PAD CIPHER DAN ALGORITMA BLUM BLUM SHUB DALAM PENGAMANAN FILE

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya internet sangatlah cepat dan telah menjadi salah satu kebutuhan dari

BAB I PENDAHULUAN. melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal

Analisis dan Modifikasi pada Kriptografi Block Cipher dengan Pola Motif Kain Tenun Timor Guna Pemenuhan Prinsip Iterated Block Cipher.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Perubahan Ciphertext Terhadap Perancangan Kriptografi Block Cipher 64 Bit Berbasis Pola Ikatan Jimbe Dengan Menggunakan Kombinasi S-Box

PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL

Transkripsi:

1 Pendahuluan Penyadapan semakin marak terjadi belakangan ini Masalah ini semakin besar apabila konten yang disadap adalah informasi rahasia suatu negara Indonesia beberapa kali diberitakan disadap oleh pihak asing, hal ini menjadi pertanda bahwa sistem keamanan informasi di negara ini masih lemah Untuk meningkatkan keamanan pertukaran informasi, diperlukan suatu metode yang menjaga akses ke informasi ini Dengan kriptografi kita dapat menjaga kerahasian suatu informasi dari pihak yang tidak diinginkan Untuk menunjang kriptografi dapat menggunakan fungsi-fungsi matematika Fungsi matematika tersebut digunakan dalam proses Enkripsi dan Dekripsi suatu pesan untuk menjaga kerahasiaan data, keabsahan data, integritas data, serta autentikasi data Berdasarkan latar belakang masalah, maka akan dilakukan penelitian yang membahas tentang teknik kriptografi simetris dengan beberapa fungsi matematika yaitu fungsi logaritma kuadrat dan fungsi bernoulli sebagai kunci sedangkan fungsi linear digunakan dalam putaran untuk proses enkripsi-dekripsi Fungsi logaritma kuadrat digunakan karena memiliki bentuk non-linear dan juga merupakan fungsi transenden Sedangkan fungsi bernoulli digunakan karena merupakan fungsi polinomial dan juga memiliki bentuk non-linear Penelitian ini, diharapkan dapat menambah ragam teknik kriptografi dengan kunci simetris 2 Tinjauan Pustaka Penelitian terdahulu yang berjudul Penggunaan Fungsi Rasional, Logaritma Kuadrat, dan Polinomial Orde- dalam Modifikasi Kriptografi Caesar Cipher Penelitian ini memodifikasi Caesar cipher dengan menggunaan dua buah kunci yang digunakan dalam setiap putaran Secara matematis dalam penulisan ini melakukan pergeseran karakter dalam ASCII [1] Penelitian lain yang berjudul Public key cryptography using Permutation P-Polynomials over Finite Fields Penelitian tersebut menggunakan permutasi p- polinomial untuk mendesain kunci kriptografi yang efisien [2] Dari dua penelitian di atas penulis memiliki gagasan untuk merancang kriptografi menggunakan fungsi logaritma kuadrat dan fungsi Bernoulli, yang digunakan sebagai pembangkit kunci Sedangkan fungsi linear digunakan pada proses enkripsi dan dekripsi pada setiap putaran Pembangkit kunci yang pertama menggunakan fungsi logaritma kuadrat Secara umum memiliki persamaan seperti berikut [3]: (1) Pembangkit kunci yang lain menggunakan fungsi Bernoulli yang memiliki bentuk seperti berikut [4]: ( ) Proses enkripsi disetiap putarannya menggunakan fungsi linear yang memiliki bentuk umum seperti berikut : (3) 1

Perhitungan matematika banyak digunakan dalam perancangan kriptografi, selain menggunakan Persamaan (1) (2) dan (3) juga digunakan proses Convert Between Base (CBB) yang secara umum diberikan pada defenisi berikut ini Definisi 1 [5] Konversi sembarang bilangan positif berbasis 10 basis β Secara umum notasinya, ( ) (4) Definisi 2 [5] Konversi dari urutan bilangan (list digit) dalam basis α ke basis β Secara umum dinotasikan, ( ) (5) dengan jumlahan urutan bilangan (jumlahan ) mengikuti aturan, ( ) dimana ( ) adalah nilai terakhir dari urutan bilangan dan adalah bilangan positif Nilai yang diperoleh merupakan kumpulan urutan bilangan dalam basis β 3 Perancangan Kriptografi Dalam perancangan kriptografi simetris menggunakan fungsi logaritma kuadrat dan fungsi bernoulli dibutuhkan beberapa tahapan dalam menyusunan penelitian Analisis Kebutuhan ( ) Pengumpulan bahan Perancangan Kriptografi Simetris Uji Hasil Perancangan Laporan Penelitian Gambar 1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian pada Gambar 1, dapat dijelaskan sebagai berikut Tahap Pertama : Analisis Kebutuhan perancangan kriptografi kunci simetris menggunakan fungsi logaritma kuadrat dan fungsi bernoulli, sehingga ditemukan kebutuhan apa saja yang diperlukan; Tahap Kedua : Pengumpulan bahan, yang meliputi pengumpulan referensi yang berkaitan dengan fungsi logaritma kuadrat dan fungsi bernoulli dan literatur yang berhubungan dengan proses enkripsi dan dekripsi; Tahap Ketiga : Perancangan Kriptografi Simetris, yaitu meliputi pembuatan flowchart untuk pengambilan keputusan, serta melakukan analisaanalisa hasil yang dapat diambil dari modifikasi yang telah dilakukan; Tahap 2

Keempat : Uji Hasil Perancangan, apabila perancangan kriptografi simetris sudah selesai dilakukan pengujian dan analisa; Tahap Kelima : Penulisan Laporan Hasil Penelitian yaitu mendokumentasikan proses penelitian yang sudah dilakukan dari tahap awal hingga akhir ke dalam tulisan, yang menjadi laporan hasil penelitian Dalam perancangan kriptografi, terdapat dua proses pokok yaitu, enkripsi dan dekripsi Proses enkripsi dijelaskan pada Gambar 2 Plaintext ASCII Linear FLK 1 2 Main key ASCII FBer 1 3 = Jumlah FLk FBer 2 +7 FBer ( ) ( ) ( ) FBer 4 2 FBer ( ) ( ) ( ) FLK 4 +6 FLk ( ) FLK 5 5 CBB Ciphertext Gambar 2 Proses Enkripsi 3

Proses enkripsi kriptografi kunci simetris pada Gambar 2 merupakan proses dimana plainteks dikonversi ke dalam kode ASCII, kemudian disubtitusi dalam algoritma linear menggunakan pembangkit kunci logaritma kuadrat dan fungsi bernoulli Berikut dijelaskan tahap persiapan dan langkah-langkah secara umum dalam proses enkripsi kriptografi kunci simetris a) Menyiapkan plainteks Masukkan plainteks yang akan dienkripsi n adalah jumlah plainteks (7) b) Menyiapkan kunci Kunci yang dimasukkan diubah kebentuk bilangan ASCII kemudian setiap bilangannya dijumlahkan lalu dikali 2 dan hasilnya diproses dengan modulo 127 dengan m adalah jumlah inputan kunci sehingga (8) (9) ( ) mod 127 (10) c) Menyiapkan fungsi linear Hasil dari nilai Persamaan (7) dimasukkan kedalam dengan = 2 dan = 7 kemudian diakhiri dengan proses modulo 127 Konstanta yang digunakan dari angka 1 sampai dengan 25 sehingga (11) (12) d) Menyiapkan kunci logaritma kuadrat Hasil dari Persamaan (10) dimasukkan kedalam dimana b = 1 dan c = 2 dan diakhiri dengan proses modulo 127 Kunci logaritma kuadrat digunakan disetiap putaran dalam proses enkripsi dan dekripsi (13) e) Menyiapkan fungsi bernoulli sebagai kunci Hasil dari Persamaan (10) dimasukkan kedalam dimana = (10) 2 dan diakhiri dengan proses modulo 127 Kunci bernoulli digunakan disetiap putaran dalam proses enkripsi dan dekripsi ( ) (15) f) Menyiapkan kunci tambahan yang diambil dari hasil kunci logaritma kuadrat dan kunci bernoulli yang digunakan disetiap putaran proses enkripsi dan dekripsi Konstanta yang digunakan dari angka 1 sampai dengan 25 sehingga (16) Putaran pertama mengambil Persamaan (16) sebagai kunci Dimana = Ɣ dan p = 2 sehingga (17) Putaran pertama mengambil Persamaan (16) sebagai kunci Dimana = β dan p = 3 sehingga 4

(18) Putaran pertama mengambil Persamaan (16) sebagai kunci Dimana = β dan p = 3 sehingga (19) Putaran kedua mengambil Persamaan (16) sebagai kunci Dimana = Ɣ dan p = 4 sehingga (20) Putaran kedua mengambil Persamaan (16) sebagai kunci Dimana = Ɣ dan p = 5 sehingga (21) Putaran kedua mengambil Persamaan (16) sebagai kunci Dimana = β dan p = 9 sehingga (22) Putaran ketiga mengambil Persamaan (16) sebagai kunci Dimana = β dan p = 2 sehingga (23) Putaran ketiga mengambil Persamaan (16) sebagai kunci Dimana = Ɣ dan p = 6 sehingga (24) Putaran ketiga mengambil Persamaan (16) sebagai kunci Dimana = Ɣ dan p = 5 sehingga (25) g) Menyiapkan fungsi linear Setiap proses enkripsi menggunakan fungsi linear Konstanta yang digunakan dari angka 1 sampai dengan 25 sehingga mod 127 (26) Putaran pertama mengambil fungsi linear Persamaan (26) dan = dan = 5 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (27) Putaran pertama mengambil fungsi linear Persamaan (26) dan Persamaan ( ) serta Persamaan ( ) sebagai kunci pembangkit yang dimasukkan dengan = dan = Ɣ lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (28) Putaran pertama mengambil fungsi linear Persamaan (26) dan = dan = 2 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (29) Putaran kedua mengambil fungsi linear Persamaan (26) dan = dan = 5 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (30) 5

Putaran kedua mengambil fungsi linear Persamaan (26) dan Persamaan ( ) serta Persamaan ( ) sebagai kunci pembangkit yang dimasukkan dengan = dan = β lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (31) Putaran kedua mengambil fungsi linear Persamaan (26) dan = dan = 5 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (32) Putaran ketiga mengambil fungsi linear Persamaan (26) dan = dan = 4 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (33) Putaran ketiga mengambil fungsi linear Persamaan (26) dan Persamaan ( ) serta Persamaan ( ) sebagai kunci pembangkit yang dimasukkan dengan = dan = β lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (34) Putaran ketiga mengambil fungsi linear Persamaan (26) dan = dan = 17 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (35) h) Menyiapkan Convert Between Base (CBB) yang diambil dari persamaan (5) bilangan basis yang disiapkan yaitu 416 karena bilangan basis harus lebih besar dari nilai sehingga ( ) (36) Berikut dijelaskan tahap persiapan dan langkah-langkah secara umum dalam proses dekripsi kriptografi kunci simetris a) Menyiapkan invers Convert Between Base (CBB) yang diambil dari persamaan (5) sehingga ( ) (37) b) Menyiapkan invers fungsi linear Setiap proses dekripsi menggunakan invers fungsi linear, bentuk secara umumnya yaitu, mod 127 (38) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (38) dan Persamaan ( ) 17 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (39) 6

Mengambil invers fungsi linear Persamaan (38) dan Persamaan ( ) serta Persamaan ( ) sebagai kunci pembangkit yang dimasukkan dengan = dan = β lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (40) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (38) dan Persamaan ( ) 4 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (41) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (38) dan Persamaan ( ) 5 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (42) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (38) dan Persamaan ( ) serta Persamaan ( ) sebagai kunci pembangkit yang dimasukkan dengan = dan = β lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (43) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (38) dan Persamaan ( ) 5 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (44) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (38) dan Persamaan ( ) 2 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (45) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (38) dan Persamaan ( ) serta Persamaan ( ) sebagai kunci pembangkit yang dimasukkan dengan = dan = Ɣ lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (46) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (38) dan Persamaan ( ) 5 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (47) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (38) dengan = 2 dan = 7 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 ( ) Gambar 2 menjelaskan proses enkripsi, tahap-tahapnya sebagai berikut: a) Baris bilangan dari Persamaan (7) dimasukkan kedalam fungsi linear pada Persamaan (12), dimana setiap nilai dari Persamaan (7) dikalikan dengan (12) dan ditambah (12) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan 7

(49) b) Hasil dari Persamaan (49) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (27) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (17) dan nilai dari Persamaan (27) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (50) c) Hasil dari Persamaan (50) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (28) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (18) dan nilai dari Persamaan (28) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (51) d) Hasil dari Persamaan (51) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (29) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (19) dan nilai dari Persamaan (29) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (52) e) Hasil dari Persamaan (52) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (30) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (20) dan nilai dari Persamaan (30) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (53) f) Hasil dari Persamaan (53) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (31) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (21) dan nilai dari Persamaan (31) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (54) g) Hasil dari Persamaan (54) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (32) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (22) dan nilai dari Persamaan (32) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (55) h) Hasil dari Persamaan (55) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (33) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (23) dan nilai dari Persamaan (33) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (56) i) Hasil dari Persamaan (56) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (34) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (24) dan nilai dari Persamaan (34) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (57) j) Hasil dari Persamaan (57) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (35) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (25) dan nilai dari Persamaan (35) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (58) 8

k) Hasil dari Persamaan (58) dimasukkan kedalam Persamaan (36) untuk adalah jumlah bilangan cipherteks, sehingga menghasilkan (59) Ciphertext InvCBB FLK 5 5 Main key ASCII = Jumlah InvFLK 4 +6 FLk FBer InvFBer 4 2 ( ) InvFBer 2 +7 FBer ( ) ( ) InvFBer 1 3 FLk ( ) InvFLK 1 2 ASCII ( ) InvLinear Plaintex Gambar 3 Proses Dekripsi 9

Gambar 3 menjelaskan proses dekripsi, garis besar yang akan dijelaskan sebagai berikut: a) Hasil dari Persamaan (59) dimasukkan kedalam Persamaan (37) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (60) b) Hasil dari Persamaan (60) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (39) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (25) dan nilai dari Persamaan (39) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (61) c) Hasil dari Persamaan (61) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (40) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (25) dan nilai dari Persamaan (40) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (62) d) Hasil dari Persamaan (62) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (41) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (25) dan nilai dari Persamaan (41) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (63) e) Hasil dari Persamaan (63) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (42) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (25) dan nilai dari Persamaan (42) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (64) f) Hasil dari Persamaan (64) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (43) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (25) dan nilai dari Persamaan (43) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (65) g) Hasil dari Persamaan (65) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (44) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (25) dan nilai dari Persamaan (44) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (66) h) Hasil dari Persamaan (66) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (45) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (25) dan nilai dari Persamaan (45) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (67) i) Hasil dari Persamaan (67) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (46) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (25) dan nilai dari Persamaan (46) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (68) 10

j) Hasil dari Persamaan (68) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (47) dimana memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (25) dan nilai dari Persamaan (47) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (69) k) Hasil dari Persamaan (69) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (48) dan nilai dari Persamaan (48) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (70) l) Persamaan ( ) diubah kedalam bentuk karakter ASCII sehingga diperoleh kembali plainteks 4 Hasil dan Pembahasan Untuk menguji kriptografi kunci simetris, menggunakan logaritma kuadrat dan fungsi bernoulli, dilakukan proses enkripsi dan dekripsi Proses dilakukan sesuai dengan langkah langkah yang telah dilakukan pada perancangan a) Plainteks yang digunakan UKSW b) Kunci yang digunakan FTI08 c) Menyiapkan kunci yang yang akan dibangkitkan dengan fungsi logaritma kuadrat dan fungsi bernoulli Dengan mengambil Persamaan (8) maka menghasilkan bilangan ASCII (71) Dengan mengambil Persamaan (9) maka ( ) (72) Dengan mengambil Persamaan (10) maka (73) d) Fungsi logaritma kuadrat yang digunakan untuk pembangkit kunci yang diambil dari Persamaan (13) Dengan mengambil Persamaan (13) dan masukkan dari Persamaan (73) maka (74) Dengan mengambil nilai Persamaan (74) dan dikalikan 10 untuk setiap angka dibelakang koma, maka (75) Dengan mengambil Persamaan (75) proses dilanjutkan dengan modulo 127 maka mod 127 = 32 (76) e) Fungsi bernoulli yang digunakan untuk pembangkit kunci yang diambil dari Persamaan (15) Dengan mengambil Persamaan (15) dan masukkan dari Persamaan (73) maka ( ) (77) 11

Dengan mengambil Persamaan (77) proses dilanjutkan dengan modulo 127 maka mod 127 = 80 (78) f) Menyiapkan kunci yang digunakan disetiap putaran dengan mengambil dari nilai dari Persamaan (76) dan (78) Dengan merujuk pada Persamaan (17) dan nilai dari Persamaan (76) dimana = 32 dan p = 2 sehingga (79) Dengan merujuk pada Persamaan (18) dan nilai dari Persamaan (78) dimana = 80 dan p = 3 sehingga (80) Dengan merujuk pada Persamaan (19) dan nilai dari Persamaan (78) dimana = 80 dan p = 7 sehingga (81) Dengan merujuk pada Persamaan (20) dan nilai dari Persamaan (76) dimana = 32 dan p = 4 sehingga (82) Dengan merujuk pada Persamaan (21) dan nilai dari Persamaan (76) dimana = 32 dan p = 5 sehingga (83) Dengan merujuk pada Persamaan (22) dan nilai dari Persamaan (78) dimana = 80 dan p = 9 sehingga (84) Dengan merujuk pada Persamaan (23) dan nilai dari Persamaan (78) dimana = 80 dan p = 2 sehingga (85) Dengan merujuk pada Persamaan (24) dan nilai dari Persamaan (76) dimana = 32 dan p = 6 sehingga (86) Dengan merujuk pada Persamaan (25) dan nilai dari Persamaan (76) dimana = 32 dan p = 5 sehingga (87) g) Menyiapkan fungsi linear Setiap proses enkripsi dan dekripsi menggunakan fungsi linear Mengambil fungsi linear dari Persamaan (12) dan diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga (88) Putaran pertama mengambil fungsi linear Persamaan (27) dan = dan = 5 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (89) Putaran pertama mengambil fungsi linear Persamaan (28) dan Persamaan ( ) serta Persamaan ( ) sebagai kunci pembangkit yang dimasukkan dengan = dan = 32 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga 12

mod 127 (90) Putaran pertama mengambil fungsi linear Persamaan (29) dan = dan = 2 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (91) Putaran kedua mengambil fungsi linear Persamaan (30) dan = dan = 5 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (92) Putaran kedua mengambil fungsi linear Persamaan (31) dan Persamaan ( ) serta Persamaan ( ) sebagai kunci pembangkit yang dimasukkan dengan = dan = 80 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (93) Putaran kedua mengambil fungsi linear Persamaan (32) dan = dan = 5 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (94) Putaran ketiga mengambil fungsi linear Persamaan (33) dan = dan = 4 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (95) Putaran ketiga mengambil fungsi linear Persamaan (34) dan Persamaan ( ) serta Persamaan ( ) sebagai kunci pembangkit yang dimasukkan dengan = dan = 80 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (96) Putaran ketiga mengambil fungsi linear Persamaan (35) dan = dan = 17 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (97) h) Menyiapkan invers fungsi linear Setiap proses dekripsi menggunakan invers fungsi linear, bentuk secara umumnya yaitu, Mengambil invers fungsi linear Persamaan (39) dan Persamaan ( ) 17 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (98) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (40) dan Persamaan ( ) serta Persamaan ( )sebagai kunci pembangkit yang dimasukkan 13

dengan = dan = 80 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (99) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (41) dan Persamaan ( ) 4 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (100) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (42) dan Persamaan ( ) 5 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (101) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (43) dan Persamaan ( ) serta Persamaan ( ) sebagai kunci pembangkit yang dimasukkan dengan = dan = 80 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (102) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (44) dan Persamaan ( ) 5 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (103) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (45) dan Persamaan ( ) 2 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (104) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (46) dan Persamaan ( ) serta Persamaan ( )sebagai kunci pembangkit yang dimasukkan dengan = dan = 32 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (105) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (47) dan Persamaan ( ) 5 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 (106) Mengambil invers fungsi linear Persamaan (48) dengan = 2 dan = 7 lalu diakhiri dengan proses modulo 127 sehingga mod 127 ( ) i) Menyiapkan Convert Between Base (CBB) yang diambil dari persamaan (36) j) Menyiapkan invers Convert Between Base (CBB) yang diambil dari persamaan (37) Setelah proses persiapan selesai maka proses enkripsi dapat dimulai Proses yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut: 14

a) Merujuk pada Persamaan (7), maka diperoleh plainteks yang dikonversi menjadi urutan bilangan dalam ASCII (108) b) Baris bilangan dari Persamaan (108) dimasukkan kedalam fungsi linear pada Persamaan (88), dimana setiap nilai dari Persamaan (108) dikalikan dengan = 2 dan ditambah = 7 serta diakhiri dengan proses modulo 127 untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (109) c) Hasil dari Persamaan (109) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (89) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (79) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (110) d) Hasil dari Persamaan (110) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (90) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (80) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (111) e) Hasil dari Persamaan (111) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (91) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (81) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (112) f) Hasil dari Persamaan (112) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (92) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (82) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (113) g) Hasil dari Persamaan (113) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (93) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (83) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (114) h) Hasil dari Persamaan (114) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (94) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (84) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (115) i) Hasil dari Persamaan (115) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (95) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (85) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (116) j) Hasil dari Persamaan (116) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (96) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (86) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (117) k) Hasil dari Persamaan (117) dimasukkan kedalam fungsi linear Persamaan (97) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (87) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (118) 15

l) Pada Persamaan ( ) kemudian disubtitusikan ke dalam Persamaan (36), sehingga diperoleh cipherteks Setelah proses enkripsi selesai dan mendapatkan cipherteks selanjutkan melakukan proses dekripsi untuk mengembalikan cipherteks menjadi plainteks Proses dijelaskan sebagai berikut: a) Nilai dari cipherteks kemudian disubtitusikan ke dalam Persamaan (37), sehingga diperoleh (119) b) Hasil dari Persamaan (119) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (98) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (87) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (120) c) Hasil dari Persamaan (120) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (99) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (86) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (121) d) Hasil dari Persamaan (121) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (100) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (85) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (122) e) Hasil dari Persamaan (122) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (101) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (84) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (123) f) Hasil dari Persamaan (123) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (102) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (83) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (124) g) Hasil dari Persamaan (124) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (103) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (82) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (125) h) Hasil dari Persamaan (125) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (104) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (81) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (126) i) Hasil dari Persamaan (126) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (105) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (80) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (127) j) Hasil dari Persamaan (127) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (106) lalu memanggil kunci pembangkit dari Persamaan (79) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan 16

(128) k) Hasil dari Persamaan (128) dimasukkan kedalam fungsi invers linear Persamaan (107) untuk adalah jumlah bilangan plainteks, sehingga menghasilkan (129) l) Persamaan ( ) kemudian diubah ke dalam bentuk karakter sesuai ASCII sehingga diperoleh plainteks UKSW Berdasarkan penjelasan diatas, terbukti bahwa perancangan kriptografi simetris menggunakan logaritma kuadrat dan fungsi bernoulli dapat melakukan proses enkripsi dan dekripsi, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah sistem kriptografi Stinson [6], menyatakan bahwa sebuah kriptografi harus memenuhi 5 tuple P, C, K, E, D Oleh karena itu akan ditunjukkan perancangan ini memenuhi kelima kondisi tersebut P adalah himpunan berhingga dari plainteks Rancangan kriptografi ini menggunakan plainteks berupa 127 karakter yang ekuivalen dengan ASCII, dan bilangan ASCII adalah sekumpulan karakter yang sebanding dengan jumlah bilangan yang semuanya terbatas dalam sebuah himpunan yang berhingga Maka himpunan plainteks pada perancangan kriptografi simetris adalah himpunan berhingga C adalah himpunan berhingga dari cihperteks Cipherteks dihasilkan dalam elemen bit (bilangan 0 dan 1) Karena himpunan cipherteks hanya {0,1}, maka himpunan cipherteks yang dihasilkan pada perancangan kriptografi simetris merupakan elemen terbatas karena hanya menghasilkan elemen bit K merupakan ruang kunci (Keyspace), adalah himpunan berhingga dari kunci Penggunaan logaritma kuadrat bernoulli adalah fungsi dan kunci yang digunakan dalam proses kriptografi Maka dari itu kunci yang digunakan dalam perancangan ini adalah ruang kunci Untuk setiap, terdapat aturan enkripsi dan berkorespodensi dengan aturan dekripsi Setiap dan adalah fungsi sedemikian hingga ( ( )) untuk setiap plainteks Kondisi ke-4 ini secara menyeluruh, terdapat kunci yang dapat melakukan proses enkripsi sehingga merubah plainteks menjadi cipherteks dan dapat melakukan proses dekripsi yang merubah cipherteks ke plainteks Sebelumnya telah dibuktikan dengan plainteks UKSW juga dapat melakukan proses enkripsi dan dekripsi dengan merubah cipherteks menjadi plainteks Perancangan ini telah memenuhi tuple ini Berdasarkan penjelasan diatas, terbukti bahwa proses perancangan kriptografi menggunakan fungsi logaritma kuadrat dan bernoulli serta dapat melakukan proses enkripsi dan dekripsi dengan merubah plainteks ke cipherteks begitu sebaliknya, maka modifikasi kriptografi ini memenuhi syarat sebuah sistem kriptografi 17

Aplikasi kriptografi kunci simetris dapat melakukan proses enkripsi dan dekripsi pada data teks yang menghasilkan cipherteks dalam bentuk bilangan bit biner Aplikasi menggunakan logaritma kuadrat dan fungsi bernoulli sebagai pembangkit kunci pada proses enkripsi dan dekripsi Setiap proses putaran menggunakan fungsi linier dan invers fungsi linear sebanyak tiga putaran dengan menggunakan kunci yang sudah dibangkitkan Gambar 4 Proses Enkripsi Gambar 4 merupakan tampilan proses enkripsi dan dekripsi Plainteks yang dimasukkan yaitu UKSW Kunci dimasukkan kata FTI08 lalu proses enkripsi dimulai dengan menekan tombol Enkripsi sehingga menghasilkan cipherteks dalam bentuk bit biner Proses dekripsi membutuhkan masukkan kunci yang sama pada proses enkripsi kemudian tekan tombol Dekripsi Dalam inputan kunci tidak dapat menggunakan karakter spasi Sedangkan panjang plainteks yang telah dicoba sampai sebanyak 2000 karakter, namun batasan inputan plainteks belum diketahui Jumlah kunci yang dimaksukkan dapat melebihi jumlah plainteks Berikut ini akan ditunjukkan grafik pengujian banyak pesan teks terhadap waktu dan memori Hasil uji perancangan kriptografi kunci simetris ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu yaitu perancangan kriptografi kunci simetris menggunakan akar kubik fungsi linear dan fungsi Chebyshev orde 2 18

Memori (M) 70 60 50 40 30 20 10 25,75 25,75 25,75 25,75 25,75 15,5 15,55 15,55 15,55 15,55 63,25 63,25 43,6 43,6 0 0 200 400 600 800 1000 Karakter Plainteks KLB KAC Gambar 5 Pengujian Banyak Pesan Teks terhadap Memori 8 7 6 7,3 5,5 5,5 7,5 Waktu (s) 5 4 3 2 1 3,53,6 3,7 3,9 2,23 2,232,27 2,3 2,6 4,4 0 0 200 400 600 800 1000 Karakter Plainteks KLB KAC Gambar 6 Pengujian Banyak Pesan Teks terhadap Waktu Berdasarkan Gambar 5 dan Gambar 6 terlihat bahwa ada perbedaan dalam penggunaan memori dan waktu Pada perancangan kriptografi ini (KLB) terjadi peningkatan waktu dan memory yang signifikan pada inputan plainteks 400 sampai dengan 800, hal tersebut dikarenakan fungsi linear yang digunakan dalam setiap putaranya Pada penelitian yang terdahulu (KAC) juga terjadi fenomena yang sama, tetapi alokasi waktu dan memory yang digunakan lebih banyak karena kunci CBB yang digunakan lebih besar dari kriptografi (KLB) 19

Tabel 1 Nilai Kemiringan Waktu dan Memory dengan Plainteks Nilai Kemiringan Waktu dengan Nilai Kemiringan Memory dengan Plainteks Plainteks Plainteks KLB KAC Plainteks KLB KAC 10-50 0 0,0025 10-50 0 0 50-100 0,001 0,002 50-100 0 0 100-200 0,0003 0,002 100-200 0 0 200-400 0,0015 0,0025 200-400 0 0 400-800 0,0075 0,00725 400-800 0,070125 0,09375 800-100 0 0,001 800-100 0 0 Berikut contoh perhitungan nilai kemiringan waktu dengan plainteks data pertama pada Tabel 1 adalah Inputan plainteks dari 400 sampai dengan 800 pada (KLB) terdapat kemiringan 0,0075, sedangkan pada (KAC) sebesar 0,00725 Penggunaan waktu dan memory pada (KLB) lebih sedikit dibandingkan dengan (KAC) Meskipun pada (KLB) menggunakan fungsi bernoulli dan logaritma kuadrat yang menghasilkan nilai yang besar tetapi hasil tersebut dilakukan proses modulo 127 sehingga menjadi lebih kecil, dan nilai tersebut yang di masukkan dalam setiap putaran 5 Simpulan Dari hasil penelitian kriptografi kunci simetris menggunakan, fungsi logaritma kuadrat dan fungsi Bernoulli sebagai kunci pembangkit dapat melakukan proses enkripsi dan dekripsi, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah sistem kriptografi karena sudah memenuhi 5 tuple P, C, K, E, D Cipherteks yang dihasilkan dalam modifikasi berupa bilangan bit sehingga dapat disejajarkkan dengan metode kriptografi modern lainya yang menghasilkan cipherteks dalam bentuk bit biner 6 Daftar Pustaka [1] Rachmawati, M V & Wowor, A D 2013 Penggunaan Fungsi Rasional, Logaritma Kuadrat, dan Polinomial orde- dalam Modifikasi Kriptografi Salatiga: Skripsi-S1 Sarjana Universitas Kristen Satya Wacana [2] Singh, R P & Sarma, B K 2013 Public key cryptography using Permutation P-Polynomials over Finite Fields Guwahati: Indian Institute of Technology [3] Stewart, James 2008 Kalkulus, Erlangga: Jakarta [4] Maplesoft 2012 Bernoulli: compute Bernoulli numbers and polynomials, Maple-16, Waterloo: Waterloo Maple Inc [5] Maplesoft 2012 Convert/Base: Convert Between Base, Maple-16, Waterloo: Waterloo Maple Inc 20

[6] Stinson, DR 1995 Cryptography Theory and Practice Florida: CRC Press, Inc 21