KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI KTSP DALAM INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN BAGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSIF

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengertian Konsep. Suatu kata yang bernuansa abstrak dan dapat digunakan untuk mengelompokan ide, benda, atau peristiwa (Bruner, 1996)

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DI INDONESIA. SUPRIYANTA Dosen Fakultas Hukum UNISRI

Muatan Materi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri Singkawang Utara Kota Singkawang

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TULISAN NARASI Inayah Hanum Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA. Oleh Fitri Siti Sundari

PENDIDIKAN KARAKTER DI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1

Hakikat Budi Luhur. Pusat Studi Kebudiluhuran Universitas Budi Luhur Jakarta 06/07/17

LATAR BELAKANG. Jika dicermati, ternyata kesepuluh tanda jaman tersebut sudah ada di Indonesia.

PERAN PENGASUHAN ORANGTUA PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SEJAK USIA DINI 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah-sekolah pada saat ini menghadapi tantangan di dalam mendidik

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa. Hal ini tercermin dari semakin

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

Authentic Couching Untuk Pengembangkan Perangkat Pembelajaran Character Building Berbasis Kearifan Lokal Sari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Rohiman Lesmana, 2013

SENI TRADISI NUSANTARA GONDANG BUHUN SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER REMAJA DI KABUPATEN PANGANDARAN

IbM DAERAH KONFLIK (NUNU-TAVANJUKA) PALU BARATSULAWESI TENGAH.

KESIAPAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG BERBASIS PENDIDIKAN BERKARAKTER DI KOTA KARAWANG JAWA BARAT

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

SENI TRADISI GONDANG BUHUN SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN EKOWISATA : UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN PANGANDARAN JAWA BARAT

ILMU PENDIDIKAN. Dwi Siswoyo

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

PERAN PENDIDIKAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) AJAR DIRGANTORO *) *) Dosen STKIP PGRI Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA 1

LOYALITAS DAN PERAN AKTIF SISWA DALAM MENDUKUNG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam bab II ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut : (1) Kajian

BAB I PENDAHULUAN. muda dan masyarakat) untuk membentuk budi pekerti luhur, berakhlak mulia dan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA Darussalam, Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER FAKULTAS ILMU SOSIAL UNY

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

Dedy Ari Nugroho Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH: MASIHKAH MENJADI TANGGUNG JAWAB UTAMA PKN?

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

JURNAL PENELITIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MORAL BAGI ANAK USIA DINI. Ati Sukmawati Dosen Jurusan Pendidikan IPA Biologi FITK IAIN Mataram.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013

PENGEMBANGAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN MEDIA GAMBAR DI SEKAR MELATI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

PERAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI REVOLUSI MENTAL UNTUK MEMBANGUN GENERASI BANGSA. M. ABDUL ROZIQ ASRORI *) *) Dosen STKIP PGRI Tulungagung

PERAN PENDIDIK PAUD DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK 1

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah survei pernah dilakukan Mazzola (2003) tentang bullying di sekolah.

INTUISI JURNAL PSIKOLOGI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan moral dalam diri masyarakat terlihat semakin nyata akhirakhir

KARAKTER SEBAGAI MODAL MAYA MEMBANGUN INDIVIDU DAN BANGSA. Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER. Dr. Tutuk Ningsih

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. perumusan masalah dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK YANG TERINTEGRASI NILAI KARAKTER DAN KEARIFAN LOKAL UNTUK SISWA SD

PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER

IKLIM KELAS YANG KONDUSIF UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER KEMANDIRIAN DI MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL (MBS) YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan (transfer of knowledge) kepada orang lain (murid), tepi lebih dari itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

MEMBANGKITKAN KEMBALI TRADISI DOLANAN ANAK SEBAGAI UPAYA PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA SMA KELAS XI MATERI ASAM BASA UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

Mengapa Pendidikan Karakter? Oleh: Ajat Sudrajat FIS UNY Abstrak. Kata kunci: pendidikan, karakter, dan bangsa

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME IBU PENDIDIK BANGSA Magelang, 29 Desember A. Pendahuluan

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN EKONOMI DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

Ichsan 1 ABSTRACT. Keywords: development, research instruments, teaching materials, education, character, character entrepreneur ABSTRAK

Business Ethic & Good Governance

Implementasi Pendidikan Karakter 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santu) di SMA Negeri 3 Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

PENDIDIKAN KARAKTER HUBUNGAN KARAKTER DAN KEPRIBADIAN

BAB V PEMBAHASAN. terurai, maka dalam pembahasan ini akan disajikan sesuai dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 537

Transkripsi:

0 KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM (Kompasiana, 2010) Melihat kondisi bangsa saat ini dimana banyak terjadi penyimpangan moral di kalangan remaja dan generasi muda, maka perlu adanya sebuah solusi bijak yang mampu mengatasi permasalahan ini hingga sampai ke akar-akarnya. Menurut penulis pendidikan merupakan media yang sangat efektif dalam mengatasi permasalahan dekadensi moral pada remaja dan generasi muda Indonesia sekarang ini. Salah satunya adalah melalui pendidikan moral di sekolah dan perguruan tinggi. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya melalui karyanya yang sangat memukau, The Return of Character Education sebuah buku yang menyadarkan dunia barat secara khusus dimana tempat Lickona hidup, dan seluruh dunia pendidikan secara khusus dimana tempat Lickona hidup, dan seluruh dunia pendidikan secara umum, bahwa pendidikan karakter adalah sebuah keharusan. Inilah awal kebangkitan pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter, Lickona (1992) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang mental dan moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Bagan dibawah ini merupakan bagan keterkaitan ketiga kerangka pikir ini.

1 KONSEP MORAL Kesadaran Moral Pengetahuan Nilai Moral Pandangan ke Depan Penalaran Moral Pengambilan Keputusan Pengetahuan Diri SIKAP MORAL Kata Hati Rasa Percaya Diri Empati Cinta Kebaikan Pengendalian Diri Kerendahan Hati Karakter/Watak PERILAKU MORAL Kemampuan Kemauan Kebiasaan Bagan 1. Komponen karakter (Lickona, 1992) Adapun penjelasan dari komponen-komponen tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Moral knowing adalah pengertian atau pemahaman moral ini seringkali disebut dengan penalaran moral atau pemikiran moral atau pertimbangan moral hal

2 yang penting untuk diajarkan, terdiri dari enam hal, yaitu: moral awareness (kesadaran moral), knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral), perspective taking, moral reasoning, decision making dan self knowledge (Kesuma, 2012: 71-79)). a) Moral awareness (Kesadaran Moral) Definisi: Melek moral atau ketajaman (dalam menangkap/melihat) moral, antonimnya adalah buta moral. Ini adalah kemampuan menangkap isu moral, yang sering implisit dari suatu objek/peristiwa. Dalam bahasa Lickona sendiri, kesadaran moral adalah kemampuan:...to use their intelligence to see when a situation requires moral judgment and then to think carefully about what the right course of action is. (...menggunakan kecerdasan mereka untuk melihat kapan sebuah situasi mempersyaratkan pertimbangan moral dan kemudian berpikir secara cermat tentang apa tindakan yang sebaiknya). Pengalaman belajar: dengan hidup dalam lingkungan orang-orang yang melek moral (conditioning). Hasil belajar: dapat mengidentifikasi isu moral dari sebuah peristiwa. Dapat mengeplisitkan isu moral dari sebuah peristiwa. b) Knowing moral values (Mengetahui Nilai-Nilai Moral) Definisi: ethical literacy, literasi etis, kemampuan hasil belajar teori-teori tentang berbagai nilai etis, seperti: menghargai kehidupan dan kebebasan, bertanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, toleransi, sopan santun, disiplin diri, integritas (teguh pada prinsip moral), kebaikan hati, berbelas kasih dan keberanian. Pengalaman belajar: melalui pengalaman belajar kognitif C1, C2, C3 (mengingat, memahami, menerapkan) tentang teori-teori nilai, dapat disebut sebagai pengajaran nilai-nilai. Diskusi-diskusi peristiwa konkret yang melibatkan isu nilai dapat meningkatkan kognisi nilai-nilai pada tataran aplikasi. Hasil belajar: menyebutkan nilai moral tertentu. Menginterpretasi nilai moral dari suatu peristiwa atau komunikasi. c) Perspective taking (Memahami Sudut Pandang Orang Lain)

3 Definisi: kemampuan menerima sudut pandang orang lain, memahami situasi sebagaimana orang lain berpikir, mereaksi, dan berperasaan. Pengalaman belajar: dengan mempraktikkan pengambilan perspektif (sudut pandang) orang lain pada para siswa. Menganalisis sudut pandang orang lain atau budaya lain. Hasil belajar: menginterpretasi secara objektif perasaan dan pikiran orang lain. Menerjemahkan perasaan dan pikiran orang lain. Mengekstrapolasi perasaan dan pikiran orang lain (kemampuan (C2) dari Bloom: interpretasi, translasi, dan ekstrapolasi). d) Moral reasoning (Penalaran Moral) Definisi: memahami makna apa itu bermoral dan mengapa harus bermoral. Ini adalah kemampuan analisis hubungan (C4) dari Bloom. Pengalaman belajar: melalui belajar kognitif C4 (analisis) tentang perbuatan bermoral. Hasil belajar: menyediakan alasan atas semua perbuatan moral. Menjelaskan alasan atas suatu perbuatan moral. Menginterpretasi alasan dari suatu perbuatan moral (kemampuan (C2) dari Bloom: interpretasi dan C6 kreasi) e) Decision making (Pembuatan Putusan) Definisi: proses seseorang dalam memiliki dan menentukan sebuah keputusan. Biasanya orang menghadapi masalah atau dilema moral. Apa pilihan saya? Apa konsekuensi yang mungkin terjadi dari berbagai tindakan bagi orang yang terkena pengaruh putusan saya? Pengalaman belajar: mengalami secara simultif konflik atau dilema nilai, dapat juga konflik nilai yang dialami orang lain, kemudian membuat putusan nilai, dan mengkajinya. Hasil belajar: memiliki putusan nilai lengkap dengan konsekuensinya yang sudah terkaji secara baik, atas konflik nilai yang tersedia (kemampuan (C6) dari Bloom: kreasi). f) Self knowledge (Pengetahuan Diri) Definisi: kemampuan melihat kembali perilaku sendiri dan mengevaluasinya.

4 Pengalaman belajar: dilakukan dengan meminta siswa membuat jurnal etis/akhlak/budi pekerti dengan mencatat kejadian-kejadian moral dalam kehidupan mereka. Apa saja respon-respon mereka dalam kejadian moral tersebut, dan adakah respon ini dapat dipertanggungjawabkan secara etis. Hasil belajar: perkembangan kejujuran individu dalam melihat diri sendiri. Perkembangan upaya-upaya mengatasi kelemahan diri. 2. Moral feeling adalah aspek yang lain yang harus ditanamkan kepada anak yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Dalam hal ini lebih menekankan pada kesadaran akan hal-hal yang baik dan tidak baik. Terdapat 6 hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni conscience (nurani), self esteem (percaya diri), empathy (merasakan penderitaan orang lain), loving the good (mencintai kebenaran), self control (mampu mengontrol diri) dan humility (kerendahan hati). a) Hati Nurani (conscience) Definisi: nurani memiliki dua sisi: sisi kognitif yaitu pengetahuan tentang apa yang baik dan sisi emosional yaitu merasa wajib melakukan apa yang baik. Pengalaman belajar: berlatih menghadapi kasus-kasus yang menuntut individu mengekspresikan nuraninya melalui stimulasi yang mendorong individu mengekspresikan nuraninya dan diskusi tentang kasus-kasus penggunaan atau pengabaian nurani. Hasil belajar: kapasitas untuk merasa bersalah dan merasa wajib untuk perbuatan moral. Pada tataran lebih rendah ekspresi-ekspresi nurani ini melalui kata-kata. b) Self Esteem (percaya diri) Definisi: kemampuan merasa bermartabat karena memiliki kebaikan atau nilai luhur. Pengalaman belajar: perbuatan baik yang dilakukan seseorang sering membuat orang merasa senang atau bahagia karena melakukannya.

5 Hasil belajar: individu yang puas dengan dirinya sendiri dalaam perbuatan baik dan sebaliknya merasa tidak senang atau tidak bahagia dalam perilaku buruk. c) Empathy (merasakan penderitaan orang lain) Definisi: identifikasi diri pada keadaan orang lain atau pengalaman tidak langsung Pengalaman belajar: dapat melatih melakukan empati di bawah bimbingan guru, setelah berlatih guru dapat membimbing siswa untuk mendiskusikannya. Hasil belajar: mengungkapkan apa yang dirasakan orang lain, bertoleransi, dan menghargai perbedaan sikap. d) Loving the Good (mencintai kebenaran) Definisi: ketertarikan sejati atau tulus pada kebaikan. Pengalaman belajar: para guru dapat menerapkan dan mengembangkan program-program peer tutoring dan pelayanan masyarakat di sekolah Hasil belajar: upaya-upaya pribadi dan dalam kelompok untuk berbuat baik e) Self Control (mampu mengontrol diri) Definisi: emosi dapat menenggelamkan penalaran. Inilah pentingnya kontrol diri adalah sebuah kebajikan moral yang dapat membantu kita berperilaku moral/bermoral dan tidak bermoral. Pengalaman belajar: dalam bentuk menolak kesenangan atau kebencian demi kebaikan Hasil belajar: tekun belajar/bekerja, menunda kesenangan, tugas-tugas belajar diselesaikan dengan baik. f) Humility (kerendahan hati). Definisi: sisi afektif dari pengetahuan diri, yang terdiri dari keterbukaan yang sejati pada kebenaran dan kemauan untuk bertindak memperbaiki kesalahan-kesalahan kita. Pengalaman belajar: berlatih terbuka terhadap kebenaran, dari manapun sumbernya, dan mau memperbaiki kesalahan-kesalahan diri sendiri.

6 Hasil belajar: mengakui kebenaran pendapat orang lain, mengaku bersalah jika melakukan kesalahan, dan memberikan penghargaan terhadap pendapat orang lain. 3. Moral Action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perilaku moral merupakan kemampuan untuk melakukan keputusan dan perasaan moral kedalam perilaku-perilaku nyata Perbuatan tindakan moral ini merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter, yaitu kompetensi (competence), keinginan (will) dan kebiasaan (habit). a) Kompetensi (Competence) Definisi: kompetensi moral adalah kemampuan mengubah putusan dan perasaan moral menjadi tindakan moral yang efektif. Pengalaman belajar: Psikologiawan Ervin Staub menemukan bahwa anakanak memiliki pengalaman yang terbimbing dalam role playing. Dalam serangkaian situasi bermasalah, yang di dalamnya seorang anak membantu anak lainnya pada waktu berikutnya lebih mungkin (dibandingkan dengan anak-anak tanpa pengalaman yang demikian) untuk menyelidiki suara tangisan seorang anak dalam ruangan. Hasil belajar: kemampuan melaksanakan tindakan moral, berbuat baik dan membantu orang lain untuk berbuat baik. b) Keinginan (Will) Definisi: adalah inti dari keberanian moral Pengalaman belajar: siswa diminta untuk mencatat kemauan-kemauan moral apa saja yang tidak dipenuhinya, selanjutnya adalah praktik-praktik mewujudkan kemampuan tersebut. Hasil belajar: individu yang berupaya memiliki kemauan melakukan tindakan moral, berbuat adil sekalipun terhadap orang yang tidak disukainya. Berdisiplin melakukan suatu tindakan moral. c) Kebiasaan (Habit) Definisi: melakukan hal-hal yang baik oleh kekuatan kebiasaan

7 Pengalaman belajar: anak-anak membutuhkan sebagai bagian dari pendidikan moral mereka, banyak kesempatan untuk mengmbangkan kebiasaan baik, banyak praktik menjadi orang baik. Hasil belajar: kebiasaan dalam hal tertentu (biasa sopan santun, tolong menolong, adil, dan lain-lain.

8 DAFTAR RUJUKAN Kesuma, Dharma, Cepi Triatna, dkk. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya. Kompasiana. 2010. (online) http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/10/memahami-pendidikan-moral- 190214.html, diakses tanggal 27 Februari 2014. Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character How Our Scholls Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantan Books Megawangi, Ratna. 2013. Pendidikan Karakter 3 M (Moral Knowing, Moral Feeling, dan Moral Action. (online) https://www.sahabatnestle.co.id/page/anak/parenting/dunia/pendidikankarakter-3-m, diakses tanggal 27 Februari 2014. 9