SENI TRADISI GONDANG BUHUN SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN EKOWISATA : UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN PANGANDARAN JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SENI TRADISI GONDANG BUHUN SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN EKOWISATA : UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN PANGANDARAN JAWA BARAT"

Transkripsi

1 614 SENI TRADISI GONDANG BUHUN SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN EKOWISATA : UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN PANGANDARAN JAWA BARAT Nia Emilda, Ai Juju Rohaeni, Wanda Listiani Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Jl.Buahbatu No. 212 Bandung ABSTRAK Gondang Buhun merupakan salah satu seni tradisi yang terdapat di Provinsi Jawa Barat khususnya di Kabupaten Pangandaran. Seni tradisi ini terus dilestarikan oleh masyarakat setempat, selain sebagai hiburan, juga memiliki nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan sebagai pendidikan karakter bagi generasi muda, terutama kaum perempuan sebagai pelaku seni, sekaligus sebagai tonggak peradaban. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yaitu dengan mendeskripsikan proses internalisasi seni Gondang Buhun terhadap pendidikan karakter perempuan. Hasil penelitian ini mendeskripsikan tentang seni tradisi Gondang Buhun sebagai pendidikan karakter dan ekowisata serta upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pangandaran. Kata Kunci: Gondang Buhun, Pendidikan Karakter, Perempuan PENDAHULUAN Jawa Barat dikenal sebagai suatu provinsi yang kaya akan seni, budaya, serta pariwisata. Setiap kabupaten di Jawa Barat memiliki kekhasan masing-masing, seperti halnya Kabupaten Pangandaran yang memiliki banyak kesenian tradisi, di antaranya seni Gondang Buhun, Ronggeng Gunung, dan Seni Badud. Ketiga seni tradisi tersebut dijadikan sebagai ikon disalah satu kabupaten di Jawa Barat yaitu Kabupaten Pangandaran yang diupayakan dan dikembangkan di semua sektor, seperti pada sektor pendidikan, Karang Taruna, event pariwisata, serta festival seni budaya yang diselenggarakan setiap tahun dimulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten sampai tingkat provinsi. Seni Gondang Buhun sebagai salah satu kesenian di Kabupaten Pangandaran yang sangat dijaga kelestariannya oleh masyarakat setempat. Seni Gondang Buhun bukan sebagai seni pertunjukkan saja, melainkan sebagai sebuah kesenian yang mengandung banyak nilainilai luhur yang dapat diinternalisasikan dalam kehidupan sehai-hari sebagai pengembangan karakter yang baik bagi masyarakat. Nilai karaker tersebut seperti: kesabaran, kerja keras, kebersamaan, komunikatif, dan keteraturan. Nilai-nilai tersebut diharapkan tidak hanya sebatas menjadi pengetahuan saja bagi masyarakat, namun dapat melekat dalam pribadi masyarakat. Pelaku seni Gondang Buhun di Kabupaten Pangandaran adalah kaum perempuan. Seni Gondang Buhun mempertunjukkan proses dari mulai padi setelah dipanen sampai menjadi beras dengan bantuan alat yang disebut alu dan lesung dan diiringi dengan syair-syair yang dinyanyikan oleh semua pelaku seni Gondang Buhun. Oleh sebab itu, seni Gondang Buhun dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pendidikan karakter juga peningkatan eko wisata bagi masyarakat Pangandaran.

2 615 METODE Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan proses internalisasi nilai seni Gondang Buhun sebagai pendidikan karakter perempuan. Penelitian yang dilakukan dengan cermat terhadap peristiwa, aktivitas, proses, maupun sekelompok individu yang berada di lokasi penelitian bisa memberikan informasi yang komprehensif. Sebagaimana yang dikatakan oleh Creswell (2010: 20) menjelaskan bahwa Studi kasus merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Seni Tradisi Gondang Buhun Seni Gondang Buhun adalah suatu bentuk wujud budaya dan keunggulan lokal yang memiliki nilai-nilai kearifan yang khas dan unik. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sofyan Sauri dan Herlan Firmansyah (2010: 131) bahwa keunggulan lokal merupakan suatu proses dan realisasi peningkatan nilai dari suatu potensi daerah sehingga menjadi produk jasa atau karya lain yang bernilai tinggi, bersifat unik, dan memiliki keunggulan komparatif. Seni tradisi Gondang Buhun merupakan salah satu kesenian yang dilestarikan di Kabupaten Pangandaran secara turun temurun. Pelestarian seni Gondang Buhun yang tetap dijaga ini menjadikan Gondang Buhun sebagai salah satu kesenian tradisi yang daat dijumpai sampai sekarang. Pada awalnya seni Gondang Buhun dijadikan sebagai sarana komunikasi yang ada di masyarakat Kabupaten Pangandaran. Bunyi yang dihasilkan dari alu dan lesung sebagai penanda bahwa akan diadakan acara hajatan pada masyarakat Kabupaten Pangandaran. Perkembangan selanjutnya Gondang Buhun dijadikan sebagai suatu seni pertunjukkan yang sarat dengan nilai-nilai yang harus dimiliki masyarakat secara umum. Seni Gondang Buhun ini dipertunjukkan oleh 14 orang perempuan dengan menunjukkan prosesi dari mulai padi masih diikat yang diambil dari lumbung padi(leuit) sampai padi tersebut menjadi beras, diiringi dengan irama alu dan lesung yang sangat beraturan, serta kakawihan Sunda yang dinyanyikan bersama, sehingga pada prinsipnya bahwa unsur dari Gondang Buhun terdiri atas tiga yaitu: alu, lesung, dan kakawihan/ syair yang dinyanyikan. Kaum perempuan yang memainkan seni Gondan Buhun ini biasanya adalah perempuan yang sudah berumur/sudah bersih, oleh sebab itu pemerintah Kabupaten Pangandaran mengupayakan pewarisan seni Gondang Buhun tehadap generasi muda, sehingga seni Gondang Buhun tidak mengalami kepunahan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, baik melalui kegiatan Karang Taruna, maupun melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang ada di lembaga pendidikan. Selain dukungan dari pemerintah, kesadaran masyarakat di Kabupaten Pangandaran juga menjadi faktor penting bagi pelestarian seni Gondang Buhun, meskipun demikian tenyata masih ada anggapan dari generasi muda yang menganggap bahwa seni Gondang Buhun merupakan kesenian yang kampungan dan tidak sesuai untuk generasi muda.

3 616 Anggapan itu perlahan mulai dihilangkan, seingga generasi muda juga ikut andil dalam pelestarian seni Gondang Buhun. Upaya pewarisan seni Gondang Buhun di Kabupaten Pangandaran ditunjukkan dengan dilibatkannya generasi muda untuk ikut menjadi pelaku seni Gondang Buhun, meskipun masih dibimbing oleh pelaku-pelaku Gondnag Buhun yang telah ahli dalam seni Gondang Buhun tersebut. Kesulitan lain yang dialami oleh generasi muda di Kabupaten Pangandaran dalam memainkan seni Gondang Buhun ialah, sulitnya mempelajari irama alu dan lesung, serta kakawihan yang menuntut keahlian dalam memainkannya. Namun berbagai upaya terus dilakukan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat untuk memberikan pengetahuan dan teknik memainkan seni Gondang Buhun bagi generasi muda. Salah satu wilayah yang konsisten melestarikan seni Gondang Buhun ialah wilayah Kampung Badud. Kampung Badud merupakan kampung budaya yang berada di Desa Margacinta Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran. Kegiatan pelestarian seni Gondang Buhun ini rutin dilakukan melalui kegiatan latihan satu kali dalam satu minggu, serta aktif mengikuti festival seni baik yang diselenggarakan oleh desa, kecamatan, kabupaten, ataupun menjadi kontingen kesenian mewakili Kabupaten Pangandaran di tingkat provinsi. Gambar 1. Kantor Kepala Desa Margacinta Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran (Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2016) Pemerintahan Desa Margacinta sangat menaruh perhatian terhadap pengembangan potensi seni dan budaya sebagai dukungan kepada Kabupaten Pangandaran yang dikenal sebagai kabupaten dengan destinasi pariwisata yang ada di Provinsi Jawa Barat. Pemerintahan Desa Marga Cinta menjadikan Kampung Badud sebagai sentral pengembangan seni dan budaya. Kampung Badud berjarak kurang lebih 7 km dari pusat pemerintahan desa, akses jalan menuju Kampung Badud ini melewati jalan bebatuan dan dituntut untuk berhati-hati karena tanjakan dan turunan yang sangat ekstrim. Meski Kampung Badud ini susah dijangkau, tapi pelaku seni Gondang Buhun tetap semangat untuk menjaga konsistensi latihan dan memainkan pertunjukkan seni Gondang Buhun di luar Kampung Badud.

4 617 Gambar 2.Peneliti dan Kepala Desa Margacinta melewati jalan menuju Kampung Badud (Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2016) Perjalanan menuju ke Kampung Badud dapat menggunakan kendaraan roda empat sejauh 5 KM. Selanjutnya 2 KM dari padepokan Kampung Badud hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua ataupun dengan berjalan kaki. Gambar 2. Padepokan Badud di Kampung Badud sebagai tempat latihan seni Gondang Buhun dan seni tradsi lainnya (Sumber: Dokumentasi Peneltian, 2016) B. Pendidikan Karakter Perempuan melalui Seni Gondang Buhun Dewasa ini, pendidikan karakter merupakan wacana yang menarik baik di lembaga pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Berbagai definisi pendidikan karakter pun bermunculan dari berbagai aspek. Fakry Gaffar (Dharma Kesuma, dkk., 2011: 5) memberikan definisi pendidikan karakter ialah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam kehidupan orang itu.

5 618 T. Ramli (Jamal Ma mur Asmani, 2013: 32) menjelaskan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan akhlak. Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, yaitu warga masyarakat dan negara yang baik. Manusia, masyarakat, dan warga negara yang baik adalah menganut nilai-nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Menurut Thomas Lickona karakter terdiri dari tiga bagian yang saling terkait yaitu pengetahuan tentang moral (moral khowing), perasaan (moral feeling) dan perilaku moral (moral behavior) (Dasim Budimansyah, 2010:38). Pendidikan karakter merupakan sesuatu yang sangat penting, apalagi dalam menghadapi era globalisasi dengan segala dampak positif dan negatifnya, diperlukan generasi muda yang tangguh yang memiliki nilai-nilai luhur sehingga tidak tergerus oleh perubahan zaman. Berbagai upaya telah dilakukan dalam pendidikan karakter baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, termasuk di bidang seni budaya yang merupakan basis kekayaan budaya yang ada di Indonesia. Pewarisan nilai dalam seni Gondang Buhun sebagai salah satu upaya pendidikan karakter di Kabupaten Pangandaran didukung oleh pemerintah. Hal ini tebukti pada tahun pelajaran 2016, di Kabupaten Pangandaran mencanangkan pendidikan berkarakter, yaitu meliputi bidang: keagamaan, pramuka, dan seni budaya. Upaya ini dilakukan karena mengingat pentingnya pendidikan karakter bagi generasi muda, yang bisa diupayakan melalui ketiga bidang tersebut. Pendidikan karakter dapat diupayakan melalui kesenian, karena seni tidak hanya sebatas persoalan indah dan tidak indah, melainkan lebih dari itu, seni juga mengandung banyak nilai yang dapat dinternalisasikan dalam kehidupan manusia. Seni Gondang Buhun merupakan seni tradisi yang memuat banyak nilai, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pendidikan karakter terutama bagi kaum perempuan. Adapun nilai-nilai yang ada dalam seni Gondang Buhun ini di antaranya ialah nilai kesabaran, kerja keras, kebersamaan, komunikatif, dan keteraturan. Dengan nilai-nilai tersebut diharapkan akan terjadi proses internalisasi nilai baik bagi pelaku seni Gondang Buhun maupun masyarakat luas. Nilai kesabaran yang terdapat dalam seni Gondang Buhun telihat dari proses mengolah padi menjadi beras yang menuntut kesabaran dari pelaku seni Gondang Buhun. Hal ini dapat diinternalisasikan sebagai salah satu nilai karakter yang baik dalam kehidupan sehaihari. Nilai kerja keras yang terdapat dalam seni Gondang Buhun terlihat dari usaha pelaku Gondang Buhun dalam menumbuk padi menjadi beras yang membutuhkan banyak tenaga. Nilai kebersamaan sangat terlihat dalam pertunjukkan seni Gondang Buhun. Para pelaku seni Gondang Buhun memainkan alu yang ditumbuk dalam lesung, serta syair yang dinyanyikan secara bersama. Di samping itu, bahwa Gondang Buhun pada awalnya merupakan ajang berkumpulnya kaum perempuan ketika hajatan akan berlangsung.

6 619 Nilai komunikatif ditunjukkan dari syair-syair yang dinyanyikan dalam seni Gondang Buhun yang berisi pesan-pesan moral. Di samping itu, dalam sejarahnya, seni Gondang Buhun dijadikan sebagai alat komunikasi penanda akan digelar suatu hajatan. Nilai keteraturan dalam seni Gondang Buhun sangat diperlukan, berkenaan dengan proses mengolah padi menjadi beras. Setiap proses dilakukan secara bertahap. Demikian juga dengan alu yang ditumbuk ke dalam lesung juga menghasilkan irama yang teratur. Nilai-nilai yang ada dalam seni Gondang Buhun tersebut tidak hanya bermanfaat bagi pertunjukkan seni Gondang Buhun, tetapi juga dapat diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga seni Gondang Buhun tidak hanya dijadikan sebagai suatu pertunjukkan kesenian, namun juga sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Proses internalisasi nilai karakter bagi masyarakat terutama perempuan melalui seni Gondang Buhun tidak hanya sebatas sebagai pengetahuan moral (moral knowing), tetapi juga harus dijadikan sebagai perasaan moral (moral feeling), serta juga perilaku moral (action moral). Ketiga aspek pendidikan karakte tersebut dijabarkan oleh Thomas Lickona (Zaim Elmubarok, 2008: ) menjadi: Aspek Moral Knowing terdiri atas: 1) Moral Awerness; 2) Knowing Moral Values; 3) Perspective Taking; 4) Moral Reasoning; 5) Decision Making; dan 6) Self Knowledge. Aspek Moral Feeling terdiri dari beberapa hal, yaitu: 1) Conscience; 2) Self Esteem; 3) Emphaty; 4) Loving the Good; 5) Self Control; dan 6) Humility. Aspek Moral Action terdiri atas: 1) Kompetensi (Competence); 2) Keinginan (Will); dan 3) Kebiasaan (Habit). Integrasi dari semua nilai yang ada dalam ketiga aspek tersebut merupakan upaya yang dilakukan dalam pendidikan karakter, yaitu proses internalisasi nilai-nilai yang terdapat dalam Gondang Buhun bagi pelaku seni yaitu kaum perempuan, maupun untuk masyarakat secara luas. Gambar 3. Kepala Desa Margacinta memberikan arahan sebelum pertunjukkan seni Gondang Buhun dilakukan (Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2016)

7 620 Arahan yang disampaikan oleh Kepala Desa Margacinta sebelum pertunjukkan seni Gondang Buhun dimulai ialah berupa harapan-harapan dari pemerintah desa untuk selalu melestarikan seni tradisi Gondang Buhun sebagai ikon dari Kabupaten Pangandaran, disamping itu, Kepala Desa juga mengajak kepada semua pelaku Gondang Buhun untuk menghayati nilai-nilai yang ada dalam pertunjukkan tersebut dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Gondang Buhun adalah perwujudan dari aktivitas masyarakat, selain menjadi nelayan, masyarakat di Kabupaten Pangandaran juga kebanyakan menjadi petani sawah. Penggambaran aktivitas masyarakat tersebut terwakili dalam pertunjukkan Gondang Buhun yang menggambarkan hasil panen yang diolah menjadi beras. Gambar 4. Pertunjukan Gondang Buhun Kampung Badud Desa Margacinta (Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2016) Kaum perempuan sebagai pelaku Gondang Buhun di Kampung Badud terdiri atas perempuan-perumpuan yang sudah berumur, namun pada perkembangannya pada masa sekarang, pemerintah dan masyarakat setempat mengupayakan pewarisan seni Gondang Buhun kepada generasi muda untuk dijaga dan dilanjutkan kelestariannya. Gambar 5. Lesung yang Digunakan dalam Pertunjukan Gondang Buhun Kampung Badud Desa Margacinta (Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2016)

8 621 Lesung yang digunakan dalam pertunjukan seni Gondang Buhun merupakan lesung dengan ukuran yang besar dan panjang. Hal ini dimaksudkan untuk menjadi wadah menumbuk padi dengan jumlah yang lebih besar, sehingga membutuhkan banyak orang untuk menumbuk padi menjadi beras. Nilai kebersamaan sangat terasa ketika pelaku Gondang Buhun secar abersama mempertunjukkan proses mengolah padi menjadi beras, degan irama alu danlesung yang dihasilkan sangat beraturan, ditambah dengan kakawihan yang dilantunkan secara konsisten dan bersama-sama. PENUTUP Gondang Buhun merupakan salah satu seni tradisi di Kabupaten Pangandaran yang memiliki nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan sebagai upaya pendidikan karakter. Nilai-nilai luhur yang terdapat pada seni Gondang Buhun dapat diinternalisasikan terhadap generasi muda terutama bagi kaum perempuan sebagai pelaku seni Gondang Buhun sekaligus tonggak bagi peradaban. DAFTAR PUSTAKA Asmani, Jamal Ma mur, (2013), Buku Panduang Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Jogjakarta: DIVA Press. Budimansyah, Dasim, (2010), Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa, Bandung: Widya Aksara Press. Creswell, John W. (2010), Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Elmubarok, Zaim, (2008), Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta. Kesuma, Dharma, dkk., (2011), Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Sauri, Sofyan dan Herlan Firmansyah, (2010), Meretas Pendidikan Nilai, Bandung : Arfino Raya.

SENI TRADISI NUSANTARA GONDANG BUHUN SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER REMAJA DI KABUPATEN PANGANDARAN

SENI TRADISI NUSANTARA GONDANG BUHUN SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER REMAJA DI KABUPATEN PANGANDARAN SENI TRADISI NUSANTARA GONDANG BUHUN SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER REMAJA DI KABUPATEN PANGANDARAN Nia Emilda, Ai Juju Rohaeni, Wanda Listiani Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Jl. Buah

Lebih terperinci

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSIF

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSIF URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENGOPTIMALKAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSIF Bayu Pamungkas Universitas PGRI Yogyakarta (bayu.pamungkas@upy.ac.id) ABSTRAK Sekolah

Lebih terperinci

Pengertian Konsep. Suatu kata yang bernuansa abstrak dan dapat digunakan untuk mengelompokan ide, benda, atau peristiwa (Bruner, 1996)

Pengertian Konsep. Suatu kata yang bernuansa abstrak dan dapat digunakan untuk mengelompokan ide, benda, atau peristiwa (Bruner, 1996) PENGERTIAN KONSEP, NILAI, MORAL, DAN NORMA DALAM PEMBELAJARAN PKn SD FATHURROHMAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Konsep Suatu kata yang bernuansa abstrak dan dapat digunakan

Lebih terperinci

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM 0 KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM (Kompasiana, 2010) Melihat kondisi bangsa saat ini dimana banyak terjadi penyimpangan moral di kalangan remaja dan generasi muda, maka perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era global ditandai dengan pengaruhnya yang cukup signifikan terhadap perubahan kehidupan manusia, baik ekonomi, politik dan kebudayaan.tiga dimensi ini berpengaruh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KTSP DALAM INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN BAGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

IMPLEMENTASI KTSP DALAM INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN BAGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA IMPLEMENTASI KTSP DALAM INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN BAGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA PENDAHULUAN Dalam dunia pendidikan, proses akulturasi dan perubahan perilaku bangsa menjadikan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D). Menurut Sugiyono (2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional menurut Sedyawati (1981:48) mempunyai predikat tradisional yang dapat diartikan segala yang sesuai dengan tradisi, sesuai dengan kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang masingmasing memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.kekhasan dan keunikan itulah yang pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk budaya, berbicara mengenai makhluk budaya tentu saja kita akan kembali membahas tentang asal muasal manusia atau hakikat dari manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan tidak akan tercipta jika tidak ada manusia yang melestarikanya, karena manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode survei. Menurut Sukmadinata (2013),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang membahas mengenai nilai sosial dalam karya sastra sebelumnya dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi. Hal ini menunjukkan sastra sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya, dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya, dari sabang sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya, dari sabang sampai merauke terhampar beribu adat/etnis yang berbeda dari yang lainnya. Inilah yang membedakan bangsa

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Menurut Suharsimi (2010: 9-10), dengan cara ini peneliti sengaja membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

Muatan Materi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri Singkawang Utara Kota Singkawang

Muatan Materi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri Singkawang Utara Kota Singkawang Emusti Rivasintha Muatan Materi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS Sejarah... September 2014, Vol. 11, No. 2, 183-188 Muatan Materi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia sudah semakin modern, globalisasi sangat berpengaruh dalam pergaulan anak bangsa pada masa kini. Saat ini teknologi sudah semakin canggih, segalanya dapat diakses

Lebih terperinci

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR PENDIDIKAN KARAKTER DALAM DIMENSI PROSES BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (Dapat Dijadikan Bahan Perbandingan dalam Mengembangkan Proses Belajar dan Pembelajaran pada Lembaga Diklat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Oleh: Edy Supriyadi ABSTRAK Sistem pendidikan di Indonesia belum secara efektif membangun peserta didik memiliki karakter atau akhlak mulia sesuai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Namun, disisi lain nilai kesetiakawanan sosial semakin berkurang, sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Namun, disisi lain nilai kesetiakawanan sosial semakin berkurang, sehubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi meningkatnya perkembangan hubungan sosial juga semakin meningkat. Hal tersebut dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI LINGKUNGAN KELUARGA. Maria Purnama Nduru Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Flores

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI LINGKUNGAN KELUARGA. Maria Purnama Nduru Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Flores PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI LINGKUNGAN KELUARGA Maria Purnama Nduru Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Flores (mariapurnama99@yahoo.co.id) ABSTRAK Sikap dan perilaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman Halaman Pengesahan. ii

DAFTAR ISI Halaman Halaman Pengesahan. ii DAFTAR ISI Halaman Halaman Pengesahan. ii Daftar Isi iii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... vi Ringkasan. vii Prakata.. viii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi... 1 1.2. Permasalahan Mitra. 6 1.3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama dan bahasa daerah berbeda sehingga, Indonesia tercatat sebagai negara yang

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama dan bahasa daerah berbeda sehingga, Indonesia tercatat sebagai negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang berbentuk Republik, dengan banyak pulau didalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan didalamnya tumbuh berbagai suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik Melayu Indonesia lahir pada tahun 50an. Musik Melayu Indonesia sendiri adalah musik tradisional yang khas di daerah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Fokus Penelitian, Penegasan Istilah. A. Latar Belakang Di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Rumlah (09220274) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni tradisi yang tumbuh dan berkembang di setiap daerah di Indonesia awal mulanya berasal dari kebiasaan dan adat-istiadat nenek moyang bangsa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Antan Delapan adalah nama salah satu Kesenian di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik yang diiringi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian terpadu dari gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang membentuk Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA

PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA PENDIDIKAN KARAKTER DALAMKELUARGA Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Pendahuluan Agama merupakan sistem aturan yang bersumber dari wahyu Tuhan yang membawa manusia menuju kebahagiaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan jenis kesenian baik tradisi maupun kreasi. Salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya transformasi budaya dan nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh generasi terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan Kreatif posted : 24 Oktober 2013, diakses : 8 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan Kreatif posted : 24 Oktober 2013, diakses : 8 Maret 2015) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang dianugerahi dengan kekayaan alam dan budaya yang sangat tinggi atau Negara Biodiversity. Indonesia memiliki 13.466

Lebih terperinci

23. URUSAN KEBUDAYAAN

23. URUSAN KEBUDAYAAN 23. URUSAN KEBUDAYAAN Pemerintah daerah memiliki peran yang cukup strategis dalam melestarikan dan mengembangkan nilai- nilai budaya yang ada di masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA Pendidikan Karakter Sebagai Pembentuk Karakter Bangsa 15 PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA Oleh: Yulianti Siantayani 1 Konflik antar suku dan agama yang terus bergulir dari waktu ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2010) hlm Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2010) hlm Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh terhadap perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Paradigma baru dalam dunia pendidikan dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten di Bali yang memiliki peran sentral dalam pertanian. Kabupaten Tabanan yang memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tradisi sedekah bumi dengan berbagai macam istilah memang banyak diadakan di berbagai tempat di pulau Jawa. Namun, tradisi ini sudah tidak banyak

Lebih terperinci

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah yang kaya akan ragam kesenian tradisional. Subang dikenal dengan kesenian Sisingaan yang menjadi ikon kota Subang. Kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai Dinamika Kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi Tahun 1970-1995, maka terdapat empat hal yang ingin penulis simpulkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara, yang didiami oleh beberapa suku seperti suku Batak Toba, Karo, Mandailing. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ciamis adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini berada di Tenggara Jawa Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Majalengka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya seni tari terkadang tidak sesuai dengan harapan. Pembelajaran seni tari di sekolah mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam bab II ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut : (1) Kajian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam bab II ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut : (1) Kajian BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut : (1) Kajian Teoritis, dan (2) Kajian Empiris. 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pendidikan Karakter Megawangi (Kesuma 2011) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimasa globalisasi ini seni dan budaya banyak mengalami pergeseran atas nilainilai seni dan budaya kita sendiri, itu disebabkan karena masuknya kebudayaan luar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman kebudayaannya dari sabang sampai merauke dan setiap kebudayaannya memiliki ciri khas dan karakter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

Sanggar Belajar CANTRIK Dusun Karanggumuk, Semin, Gunung Kidul, Yogyakarta

Sanggar Belajar CANTRIK Dusun Karanggumuk, Semin, Gunung Kidul, Yogyakarta Seorang teman memprotes mengapa berbagai tulisan saya lebih banyak mengkritik dan mengkritik. Lalu mana sebenarnya kepedulian kamu. Saya nyengir saja mendengar dia protes begitu. Tapi hari ini saya ingin

Lebih terperinci