BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP DISKRIMINASI GENDER DENGAN PELECEHAN SEKSUAL PADA MAHASISWA SKRIPSI. Oleh : Zilkarnain Iskandar

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Nomer : Jenis Kelamin : Semester : PETUNJUK PENGISIAN

SKALA SIKAP TERHADAP PELECEHAN SEKSUAL

Kata Pengantar. Kuisioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data dari para buruh pabrik X yang akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan manifestasi dari besarnya sistem patriarkhi di mana laki-laki merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tindak: kekerasan seksual kian marak terjadi di sekitar kita saat ini. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah yang dalam masa perkembangannya berada di dalam

Tanggal : Pendidikan : Usia : Tinggal dengan Ortu : Jenis Kelamin : Mempunyai Pacar : Ya / Tidak * PETUNJUK PENGISIAN SKALA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman globalisasi yang serba modern ini, banyak sekali terjadi

Sesi 7: Pelecehan Seksual

#### Selamat Mengerjakan ####

ROMANTISME PADA WANITA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL PADA MASA KANAK- KANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

PEDOMAN WAWANCARA DATA RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja merupakan penerus generasi keluarga dan bangsa. Perlu

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. semua objek yang masih dianggap eksternal dan secara paradigmatik harus

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut seolah-olah berjalan dengan mulus. mewah yang dapat dibanggakan dan menjadi pusat perhatian.

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir,

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

ITEM KECEMASAN TERHADAP PELECEHAN SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Hubungan Interpersonal Antara Petugas Pajak dan Wajib Pajak. Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

PERSEPEKTIF PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERLINDUNGAN DIRI ANAK Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum, S.Psi., M.A.

PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

PELECEHAN SEKSUAL PADA BURUH GENDONG (STUDI KASUS PADA BURUH GENDONG DI PASAR LEGI DALAM PERSPEKTIF GENDER) NASKAH PUBLIKASI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Waham adalah keyakinan yang salah, menetap, dipegang teguh. dan tidak dapat digoyahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Skala Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa. Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah seluruh mahasiswa S1 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

BAB II LANDASAN TEORI

SKRIPSI PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA (Analisis Semiotik Ketidakberdayaan Perempuan Dalam Film 7Hati 7Cinta 7Wanita)

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB VI PENUTUP. terutama pada posisi jabatan struktural. Hal ini dapat diindikasikan bahwa terdapat

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi perempuan dalam kehidupan sosial ternyata belum sejajar dengan laki-laki meskipun upaya ke arah itu telah lama dan terus dilakukan. Kekuatan faktor sosial, kultural, dan institusional yang menempatkan perempuan lebih rendah daripada laki-laki menjadi penyebab pokok kenyataan tersebut. Analisis gender selalu menemukan bahwa sebagian perempuan mengalami subordinasi, marginalisasi, dominasi, dan bahkan kekerasan. Hasil penelitian di empat propinsi menunjukkan bahwa sekitar 90 persen perempuan pernah mengalami kekerasan maupun pelecehan seksual di wilayah publik dan di rumah sendiri (Wattie dalam Kurnianingsih, 2003, h.116). Pada peristiwa pelecehan seksual sebagian besar korban adalah perempuan dan pelakunya hampir pasti laki-laki. Tidak berarti bahwa tidak ada laki-laki yang mengalami pelecehan seksual, namun jumlah dan proporsinya tergolong kecil (Offerman dan Malamut dalam Kurnianingsih, 2003, h.116). Di Indonesia, kasus-kasus yang menyangkut pelecehan seksual baik di perusahaan, rumah tangga, maupun di lingkungan masyarakat sudah mulai banyak yang dilaporkan ke pihak yang berwajib atau diekspose oleh media massa. Salah satu kasus pelecehan seksual adalah kasus terbongkarnya gambar hasil rekaman seorang pengusaha warnet di kota Pati (Jawa Tengah) yang mengharuskan karyawannya mandi di 1

2 kantor, lalu kegiatan tersebut direkam melalui sebuah kamera di kamar mandi dan menghubungkannya ke komputer di meja kerjanya. Pengusaha warnet tersebut juga membuat kuesioner yang isinya cenderung berkonotasi seksual, misalnya apakah reaksi anda jika di cium oleh bos anda?, diam saja, ganti membalas, atau dianggap biasa. Pengusaha tersebut juga membuat aturan yang cenderung aneh seperti kewajiban mandi di kantor pada jam tertentu, tidak boleh memakai kain panjang atau celana panjang (Papu, 2005, h.1). Kasus pelecehan seksual yang sering dijumpai di dunia akademik ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan Hastuti dan Hernawati (2003, h.138), diketahui bahwa mahasiswi telah mendapatkan perlakuan yang mencerminkan pelecehan seksual dari pacarnya. Misalnya dicium secara paksa, percobaan perkosaan atau rabaan payudara secara paksa. Ada pula mahasiswi yang mendapat perlakuan pelecehan seksual dari teman kuliahnya dengan mencolek pantat dan berbicara jorok kepadanya. Pelecehan seksual ini adalah bentuk subordinasi yang diterima perempuan. Ketika beranjak pada usia 20-24 tahun, seseorang berada pada fase dewasa awal. Pada umumnya mereka berada pada tingkat pendidikan formal di perguruan tinggi. Hastuti dan Hernawati (2003, h.138) mengemukakan bahwa seharusnya para mahasiswa mampu menentukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan terhadap pasangan hidupnya (pacarnya) atau terhadap teman kuliah yang berjenis kelamin perempuan. Lebih lanjut Setiani (2008, h.7) mengatakan bahwa mahasiswa merupakan bagian dari bangsa Indonesia, bangsa yang

3 religius dimana paradigma yang dianut oleh setiap penduduknya dijiwai oleh nilai kemanusiaan yang luhur, sehingga seharusnya mahasiswa sebagai warga negara Indonesia juga mengamalkan kehidupan yang bermoral dalam kehidupannya sehari-hari. Mahasiswa diharapkan memiliki kesadaran terhadap hal yang baik dan buruk, dapat membedakan antara yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Berbeda dengan realitanya, tidak sedikit mahasiswa yang melakukan pelecehan seksual terhadap mahasiswi. Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti terhadap tujuh mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang, pada tanggal 9-17 Januari 2009, diketahui mahasiswa melakukan pelecehan seksual terhadap mahasiswi, seperti menyiuli mahasiswi yang berpakaian secara ketat, memandang tubuh dari bagian atas tubuh sampai dengan bagian bawah tubuh, menggandeng tangan, menggelitik, sampai dengan merangkul, memberi komentar yang berkonotasi seksual, bahkan ada beberapa yang menepuk bagian tubuh tertentu mahasiswi. Mahasiswi yang menjadi korban pelecehan seksual merasa tidak nyaman. Hal ini peneliti ketahui melalui wawancara terhadap lima mahasiswi yang menjadi korban. Wawancara tersebut dilakukan pada tanggal 21-25 Mei 2009 di lingkungan Fakultas Psikologi Unika Soegijapranta Semarang. Hasil wawancara tersebut menemukan bahwa mahasiswi merasa dirinya telah diremehkan dan tidak dihargai martabatnya oleh mahasiswa pelaku pelecehan seksual. Dirinya juga merasa tersinggung dan marah ketika dilecehkan, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa terhadap pelaku karena tidak berani untuk

4 melampiaskan kemarahannya. Mahasiswi tersebut merasa takut jika bertemu dengan mahasiswa yang suka melakukan pelecehan seksual. Pelecehan seksual dilakukan ketika mahasiswa sedang berkumpul bersama. Di antara mahasiswa tersebut melakukan pelecehan seksual sebagai bentuk lelucon agar suasana menjadi ramai. Mahasiswi yang cenderung dilecehkan adalah yang berpakaian seksi yaitu mengenakan pakaian ketat sehingga lekuk tubuh seperti bentuk payudara dan pantat lebih kelihatan. Ada pula mahasiswa dan mahasiswi yang saling mengenal dan berhubungan akrab juga terjadi pelecehan seksual. Mahasiswa tersebut sudah merasa dekat dengan mahasiswi sehingga ketika bertemu dengan mahasiswi dirinya berani menggandeng tangan, merangkul, dan menepuk bagian tubuh tertentu mahasiswi. Berdasarkan data observasi dan wawancara terhadap mahasiswa di atas, dapat diketahui bahwa pelecehan seksual dilakukan oleh mahasiswa, dan yang menjadi pelakunya adalah mahasiswa laki-laki. Selain data di atas, hasil penelitian yang dilakukan Prasetyo (dalam Kusumiati, 2001, h.5) terhadap mahasiswi UGM, juga menemukan hasil bahwa 42% mahasiswi merasa takut dan tidak berani melapor bahwa dirinya telah mengalami tindak pelecehan seksual. Collier (1998, h.22) mengatakan bahwa pelecehan seksual membawa dampak yang merugikan bagi orang yang dilecehkan. Para perempuan yang dilecehkan umumnya merasa bingung dan terancam namun mereka tidak yakin dengan perasaannya itu dan seolah-olah merasa tidak mempunyai kekuasaan apa-apa. Sebagian besar mereka

5 yang pernah dilecehkan akan mengalami gangguan kesehatan mental dan fisik. Dampak ini terjadi pada korban yang mengajukan keluhannya ataupun yang diam saja. Persoalan kejiwaan yang paling umum terjadi yaitu kemampuan konsentrasi menjadi terganggu. Gejala umum lainnya adalah pusing kepala, kurang tidur, hilangnya selera makan, atau justru banyak makan, reaksi-reaksi enzim, jantung berdebar-debar dan panik. Adrina (dalam Kusumiati, 2001, h.6) mendefinisikan pelecehan seksual sebagai perilaku yang memberikan perhatian seksual, baik secara lisan, tulisan maupun fisik terhadap diri wanita, yang di luar keinginan wanita yang bersangkutan namun harus diterimanya sebagai sesuatu yang seolah-olah wajar. Rubenstein (dalam Collier, 1998, hal.4) menggambarkan jenis-jenis perilaku tersebut termasuk gerakan fisik misalnya rabaan, cubitan, tindakan intimidasi atau yang memalukan (kerlingan, siulan, tindakan tidak senonoh), rayuan seks badani dan serangan seks; tingkah laku yang berupa ucapan seperti pernyataanpernyataan yang dirasakan sebagai penghinaan, lelucon yang bersifat menghina, bahasa yang bersifat mengancam dan cabul, rayuan seks verbal : hal-hal yang menyinggung perasaan yang bersifat merendahkan atau menyinggung misalnya gambar-gambar porno, lencana atau lukisan-lukisan grafis. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pelecehan seksual, salah satunya seperti yang diungkap oleh Hastuti dan Hernawati (2003, h.138) adalah persepsi terhadap gender perempuan yang dapat mengakibatkan adanya stereotip gender. Laki-laki didukung menjadi individu yang kuat, gagah, berani, dominan, dan rasional, sedangkan perempuan

6 didukung untuk menjadi individu yang lemah lembut, sabar, peka, dan mengalah. Hal di atas menimbulkan posisi subordinatif pada perempuan. Laki-laki seolah boleh melakukan apa saja yang diinginkannya terhadap perempuan dan perempuan diharapkan mengalah saja. Didukung lagi saat anak bersekolah mulai dari jenjang yang rendah sampai dengan yang tinggi, guru memberi dukungan dengan persepsi gender yang sama. Demikian pula perlakuan masyarakat dalam interaksi sosial tidak berbeda. Hal inilah yang menyebabkan adanya stereotip gender. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah stereotip gender. Alasan pemilihan variabel bebas tersebut didasarkan pada kasus seperti yang tertera di atas, yaitu mahasiswa sebagai pelaku pelecehan seksual beranggapan bahwa pelecehan seksual boleh saja dilakukan karena memang laki-laki boleh melakukan apa saja yang diinginkannya terhadap perempuan dan perempuan diharapkan mengalah saja. Hal ini disebabkan pula karena mahasiswa menganggap bahwa posisi atau derajat kaum perempuan berada di bawah kaum laki-laki. Unger dan Crawford (dalam Wijayanti, 2003, h.16) menyatakan bahwa stereotip gender adalah sifat-sifat yang diyakini dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Feldman (dalam Uyun, 2002, h.36) menambahkan bahwa harapan tentang perempuan dan laki-laki berbeda secara signifikan. Laki-laki lebih dipandang sebagai individu yang mempunyai sifat seperti kebebasan, objektivitas, dan kompetitif. Perempuan cenderung dilihat sebagai individu yang mempunyai sifat

7 seperti kehangatan, ekspresif, kehalusan, dan kesadaran akan perasaan orang lain. Berdasarkan uraian di atas muncul pertanyaan pada diri peneliti apakah ada hubungan antara stereotip gender dengan pelecehan seksual?, sehingga peneliti melakukan penelitian tentang Pelecehan Seksual Ditinjau Dari Stereotip Gender Pada Mahasiswa. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik hubungan antara stereotip gender dengan pelecehan seksual pada mahasiswa. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberi sumbangan pada khasanah psikologi sosial dan psikologi pendidikan tentang pelecehan seksual dan stereotip gender pada mahasiswa. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa berkaitan dengan pelecehan seksual dan stereotip gender.