BAB IV KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Bab V Konsep Perancangan

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :


BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BUDGET HOTEL

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

Hotel Resort Di Gunungkidul

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu :

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

Lapas Kelas I A Kedungpane

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

SIRKUIT INTERNASIONAL SENTUL

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB 5 Konsep Perancangan

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

Transformasi pada objek

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

LEMBAGA SITE PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II A MALANG T E M A METAMORFOSIS KONSEP K O N S E P

Bandara Intemasional Hasanuddin Makassar ~..-.- BABV SISTEM STRUKTUR DAN UTILITAS

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

Transkripsi:

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro hotel bandara di Kulon Progo ini adalah hotel bandara sebagai fasilitas transit penumpang penerbangan dan fasilitas meeting. Penjelasan dari konsep makro tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hotel Bandara sebagai Fasilitas Transit Penumpang Penerbangan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang terletak di Kabupaten Kulon Progo akan menjadi bandara utama Provinsi DIY sehingga akan memiliki lalu lintas penerbangan yang padat. Penumpang penerbangan terutama yang datang dan pergi dari kota/kabupaten lainnya di Provinsi DIY akan membutuhkan fasilitas akomodasi untuk transit sebelum/setelah melakukan aktivitas bepergian dengan pesawat terbang. Para pekerja di bidang penerbangan seperti pilot dan pramugara/i juga membutuhkan fasilitas transit sebelum melakukan aktivitas penerbangan berikutnya. 2. Hotel Bandara sebagai Fasilitas Meeting Pertemuan/meeting yang melibatkan delegasi dari berbagai daerah akan lebih mudah dilaksanakan di daerah yang memiliki akses langsung terhadap jalur transportasi udara sehingga jumlah meeting berskala nasional dan internasional yang diadakan di Kabupaten Kulon Progo akan meningkat seiring berfungsinya Bandara NYIA sebagai bandara utama provinsi. Oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas meeting yang berada dekat dengan bandara untuk menghemat waktu yang digunakan untuk melakukan perjalanan ke lokasi meeting. 3. Hotel Bandara sebagai Fasilitas Komersial Umum Lokasi site yang berhadapan dengan area komersial di sisi selatan memberikan keuntungan lokasi bagi sektor komersial di bangunan hotel karena telah terdapat pasar yang jelas dan mudah dijangkau. Oleh karena itu sisi bangunan di bagian selatan dapat dimaksimalkan untuk dijadikan fasilitas komersial yang terbuka untuk 56

umum. Selain itu, terdapatnya fasilitas komersial yang lengkap dan mudah dijangkau dari hotel menjadikan tamu hotel tidak kesulitan dan menghemat waktu dalam mencari barang-barang yang ingin dibeli sebelum melanjutkan perjalanan penerbangan ke tempat berikutnya. B. Konsep Tata Ruang Luar Konsep tata ruang luar adalah konsep dasar yang berhubungan dengan aspek lingkungan bangunan, seperti pencapaian menuju bangunan, orientasi dan tata massa bangunan, zonasi fungsional kawasan, serta bentuk dan citra bangunan. Konsep-konsep ini akan mempengaruhi tata ruang serta sistem di dalam bangunan. Penjelasan dari konsep tata ruang luar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pencapaian menuju Bangunan Gambar 4.1 Konsep Pencapaian menuju Bangunan Konsep pencapaian menuju bangunan yang digunakan adalah pencapaian dari dua arah yaitu dari jalan utama bandara dan dari area komersial. Konsep ini dapat memaksimalkan potensi komersial site yang berhadapan dengan area komersial serta mudah dicapai oleh tamu yang datang melalui jalan utama bandara. Pada konsep ini, sirkulasi kendaraan perlu diatur agar tidak bertabrakan dan menggunakan luasan lahan secara efektif dengan dua pintu masuk. 57

2. Orientasi dan Tata Massa Bangunan Gambar 4.2 Konsep Orientasi Bangunan Konsep orientasi bangunan yang digunakan ialah sejajar dengan orientasi site. Dengan model orientasi bangunan seperti ini, luasan site dapat dimanfaatkan dengan lebih maksimal dan mengurangi ruang-ruang sisa. Bentuk bangunan memanjang dari arah Barat-Timur sehingga bukaan terbanyak adalah di sisi Utara dan Selatan menjadikan cahaya yang masuk ke dalam bangunan tidak menyilaukan dan tidak terlalu panas. Gambar 4.3 Konsep Tata Massa Bangunan 58

Konsep tata massa bangunan yang digunakan adalah bangunan dengan massa tunggal. Massa tunggal menjadikan penentuan sistem bangunan dan penataan sirkulasi lebih mudah dilakukan karena masih berada dalam satu massa bangunan yang sama. Massa tunggal juga menjadikan lebih mudah untuk memberi suasana terpisah dari lingkungan sekitar agar para tamu dapat beristirahat dengan lebih optimal dan menjauh dari keramaian bandara. 3. Zonasi Fungsional Bangunan Gambar 4.4 Konsep Zonasi Fungsional Bangunan Konsep zonasi fungsional bangunan adalah menggunakan sisi timur dan selatan site sebagai zona publik serta sisi utara sebagai zona non-publik. Pada sisi timur site terdapat pintu masuk ke dalam bangunan bagi tamu yang datang dari jalan utama bandara. Zona publik pada sisi ini dapat dikembangkan menjadi pusat kegiatan hotel seperti lobby dan area sirkulasi utama yang menerus ke lantai-lantai berikutnya. Sedangkan pada sisi selatan terdapat pintu masuk ke dalam bangunan bagi tamu yang datang dari area komersial sehingga sisi bangunan ini juga dapat dikembangkan untuk fungsi publik dan komersial. Sisi utara site difungsikan sebagai zona non-publik karena tidak terdapat potensi besar untuk area publik dari batas site di sebelah utara. 59

4. Bentuk dan Citra Bangunan Gambar 4.5 Konsep Bentuk Bangunan Bentuk bangunan hotel yang digunakan adalah bentuk yang teratur. Hal ini dikarenakan bentuk yang teratur memudahkan kegiatan operasional hotel dan penataan ruang kamar tamu hotel serta memberikan kesan formal sebagai hotel yang juga dikunjungi untuk tujuan meeting. Bentuk balok diolah dengan penonjolan bagian-bagian penting seberti lobby dan pintu masuk dan pengurangan volume bangunan yang tidak digunakan di tengah massa bangunan sehingga membentuk letter-u. Bentuk bangunan yang teratur juga sejalan dengan konsep Decorated Shed yang menekankan pada eksplorasi kulit bangunan sementara interior bangunan dipertahankan pada standar-standar dan tipologi yang ada C. Konsep Tata Ruang Dalam Konsep tata ruang dalam adalah konsep dasar yang mempengaruhi aspek-aspek mikro seperti yaitu penataan ruang dengan lebih detail berdasarkan fungsi-fungsi spesifik. Konsep tata ruang dalam antara lain terbagi atas zonasi ruang, hubungan antar ruang, dan sirkulasi di dalam bangunan. Berikut ini adalah penjelasan konsep tata ruang dalam tersebut: 60

1. Zonasi Ruang Gambar 4.6 Zonasi Ruang Hotel Bandara pada Lantai 1 dan Lantai Tipikal Zona publik pada lantai pertama hotel terdiri atas area komersial dan lobby hotel. Peletakan area komersial di sisi selatan bangunan hotel dikarenakan sisi selatan site berhadapan dengan area komersial sehingga bangunan pada sisi tersebut dapat digunakan untuk fungsi serupa sementara peletakan lobby di sisi timur bangunan dikarenakan sisi timur site berhadapan dengan jalan utama bandara yang merupakan akses masuk utama bagi tamu hotel yang datang dari bandara. Sedangkan zona non-publik pada lantai pertama hotel berada pada sisi utara dan dimanfaatkan untuk kegiatan departemen back-of-the-house serta ballroom karena sisi tersebut merupakan lingkungan yang lebih privat dan jauh dari keramaian area komersial di sisi selatan bangunan maupun jalan utama bandara di sisi timur. Pada lantai tipikal zona publik yang menerus dari lantai pertama dimanfaatkan untuk fungsi sirkulasi, meeting, serta dining. Hal ini dilakukan untuk membatasi pergerakan tamu hotel yang tidak memiliki kepentingan agar tidak memasuki zona non-publik yang merupakan kamar para tamu hotel. Utara 61

2. Hubungan Antar Ruang Gambar 4.7 Hubungan Ruang Hotel Bandara pada Lantai 1 dan Lantai Tipikal Ruang-ruang yang telah dibagi berdasarkan zona publik dan non-publik ditata berdasarkan kuatnya hubungan antar ruang. Pada lantai pertama zona-zona publik utama seperti area komersial dan lobby dapat dicapai dengan mudah dari luar bangunan tanpa harus melewati zona-zona lainnya. Sedangkan seluruh zona nonpublik seperti area back-of-the-house dan area ballroom tidak dapat dicapai dari luar bangunan oleh setiap orang tanpa melewati zona publik terlebih dahulu. Zona non-publik dapat terhubung dengan zona publik pada area lobby dan core yang berada pada tengah bangunan dan menjadi titik pertemuan kedua zona sehingga kedua zona dapat dengan mudah diakses dari area tersebut. Pada lantai-lantai tipikal, untuk memasuki zona non-publik juga harus melewati zona publik terlebih dahulu. Area-area pada zona publik ditata saling berdekatan sehingga zona nonpublik tidak dimasuki oleh orang yang tidak memiliki keperluan di zona tersebut. 62

3. Sirkulasi dalam Bangunan Gambar 4.8 Pola Sirkulasi Ruang Hotel Bandara pada Lantai 1 dan Lantai Tipikal Ruang-ruang pada zona publik dan non-publik terhubung melalui jalur sirkulasi yang terbagi atas sirkulasi langsung dan sirkulasi tidak langsung. Sirkulasi langsung merujuk pada sirkulasi antar dua ruang/area yang tidak terhalang keberadaan ruang/area lainnya. Sementara sirkulasi tidak langsung merujuk pada sirkulasi antar dua area/ruang yang terhalang keberadaan ruang/area lainnya sehingga ruang/zona tujuan tidak dapat dicapai tanpa melewati ruang/area lainnya. Pada lantai pertama area umum yang terdiri dari lobby, core dan resepsionis merupakan area yang terhubung dengan area-area utama lainnya melalui sirkulasi langsung. Hal ini menjadikan area umum sebagai pusat sirkulasi bangunan. Sedangkan antara area komersial dan back-of-the-house serta ruang ballroom dihubungkan dengan sirkulasi tidak langsung karena hubungan fungsional antar ruang tidak begitu kuat. Sedangkan pada lantai tipikal di mana setiap area saling berdekatan dan dihubungkan melalui sirkulasi langsung kecuali antara area umum dengan area kamar tamu yang melewati ruang-ruang pada zona publik seperti ruang meeting dan ruang dining. 63

D. Sistem Bangunan 1. Konsep Pendekatan pada Aspek Lingkungan Fisik Perilaku Konsumen Konsep pendekatan pada aspek lingkungan fisik perilaku konsumen adalah konsep dasar untuk perancangan keseluruhan ruang dalam bangunan yang merujuk pada ruang-ruang yang didesain berdasarkan kegiatan umum konsumen hotel. Konsep ini terdiri atas konsep luasan ruang, tatanan ruang, pencahayaan, dan penghawaan. Ketiga konsep saling berkaitan satu sama lain dalam menciptakan ruang yang sesuai dengan kebutuhan tamu hotel. Konsep tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Luasan Ruang Luas ruangan yang ada di dalam bangunan hotel didesain sesuai dengan kebutuhan lingkungan fisik berdasarkan pola aktivitas dan perilaku konsumen hotel seperti area komersial yang luas dan lengkap, meeting room yang memiliki ukuran bervariasi tergantung besarnya meeting yang diadakan, satu ruang serbaguna/ballroom yang dapat digunakan untuk perhelatan besar, ruang kamar yang kompak, serta kolam renang yang tidak begitu besar karena sebagian besar tamu hotel datang untuk beristirahat di dalam kamar ataupun mengikuti meeting. b. Tatanan Ruang Area-area di dalam bangunan hotel ditata agar dapat memenuhi kebutuhan para tamu yang hanya menginap untuk waktu singkat dengan mendesain fasilitas-fasilitas utama seperti fasilitas komersial yang memenuhi kebutuhan belanja dan makan/minum tamu, lobby, serta fasilitas hiburan yang saling berdekatan sehingga dapat menghemat waktu dan tamu tidak perlu mencari fasilitas-fasilitas tersebut di luar bangunan hotel. c. Pencahayaan Konsep pencahayaan pada bangunan terutama adalah meredam cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar tamu untuk menciptakan suasana istirahat yang nyaman dengan mengarahkan bukaan pada sisi utara-selatan yang tidak begitu silau dan penempatan shading di tempat-tempat tertentu. Pada lobby yang menghadap ke sisi timur cahaya matahari dimasukkan secara optimal pada 64

pagi dan siang hari melalui fasad kaca dan diberikan shading untuk meredam silau. Pada area komersial yang menghadap ke selatan, pencahayaan alami juga dimasukkan melalui fasad kaca. Karena lokasi site berdekatan dengan area pantai yang panas, cahaya matahari diredam dimasukkan seperlunya agar tidak membuat bangunan menjadi panas serta mengurangi kenyamanan tamu dan diatur dengan menempatkan shading pada bangunan. Sedangkan pada area back-of-the-house, pencahayaan alami dimasukkan lebih banyak pada bukaan-bukaan yang ada karena sebagian besar ruangan memakai dinding yang masif dan tertutup sehingga kondisi dalam ruangan cenderung gelap. Pada bagian-bagian bangunan yang memerlukan pencahayaan lebih digunakan pencahayaan buatan yang disesuaikan dengan suasana pencahayaan ideal untuk tiap kegiatan. d. Penghawaan Penghawaan alami digunakan pada area publik yang cenderung terbuka seperti lobby komersial dan area back-of-the-house. Sedangkan untuk area-area yang tertutup, konsep penghawaan di dalam bangunan cenderung menggunakan penghawaan buatan untuk menciptakan kenyamanan tamu yang optimal serta karena iklim mikro di sekitar site cenderung panas. Penghawaan buatan yang dipakai terutama pada kamar tamu menggunakan sistem pre-cooling sehingga energi yang dikeluarkan untuk menciptakan suhu ideal dapat ditekan dan menghemat biaya operasional bangunan serta meringankan beban kerja pendingin ruangan. Sistem pre-cooling juga menjadikan ruangan tetap berada pada suhu nyaman dari saat mulai digunakan sehingga tamu hotel dapat segera beristirahat. 2. Sistem Struktur Konsep sistem struktur pada bangunan adalah sistem struktur dengan kolom dan balok yang umum digunakan pada bangunan dengan fungsi serupa. Sistem struktur ini digunakan karena dapat menata ruang dengan modul-modul tertentu dengan lebih efektif dan memudahkan operasional bangunan serta mudah untuk dikerjakan sehingga dapat menghemat waktu dan biaya yang dikeluarkan dalam proses pembangunan. 65

3. Utilitas Konsep sistem utilitas adalah konsep dasar untuk perancangan sistem utilitas bangunan yang sesuai dengan kebutuhan bangunan dan kondisi site. Konsep ini terdiri dari atas konsep sistem yaitu sanitasi, jaringan listrik, dan pencegahan kebakaran. Keseluruhan konsep sistem tersebut dijelaskan sebagai berikut. a. Sanitasi Sistem jaringan air bersih bangunan menggunakan sistem downfeed dengan sumber air berasal dari air PDAM yang dipompa menuju bak penampungan (upper tank) di atap bangunan dan kemudian disalurkan ke seluruh bangunan. Sumber air yang memakai air PDAM dikarenakan lokasi site yang berdekatan dengan laut sehingga air tanah yang dihasilkan cenderung asin. Air panas yang digunakan pada kamar mandi hotel bersumber dari air pada upper tank yang dipanaskan dengan menggunakan boiler yang panasnya terutama bersumber dari kondensor AC dan kemudian dialirkan ke seluruh bangunan. Sistem pengolahan limbah pada bangunan dilakukan bertahap dan tiap jenis limbah diberi perlakuan berbeda. Untuk limbah tinja dipisahkan antara limbah padat dan cairnya. Limbah padat diolah melalui septic tank sedangkan limbah cairnya diolah bersama limbah cair yang berasal dari air lemak yang telah diolah melaui bak penangkapan lemak. Limbah cair tersebut kemudian diolah menggunakan mesin raktor yang menggunakan bakteri pengurai untuk menghasilkan cairan yang dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman atau membilas toilet dan telah aman untuk dibuang ke riool kota. b. Jaringan Listrik Sumber listrik utama berasal dari PLN dan sumber listrik cadangan disiapkan apabila terjadi mati listrik dengan mengadakan generator set di ruang servis. Aliran listrik dikontrol dengan menggunakan Main Distribution Panel (MDP) yang diletakkan di ruang tersendiri berdekatan dengan ruang genset kemudian dialirkan menuju Sub Distribution Panel (SDP) pada tiap lantai yang diletakkan di dalam ruangan staf dalam core servis hingga aliran listrik tersebut dialirkan ke seluruh fasilitas di dalam bangunan dan dikontrol dalam skala kecil melalui saklar dan stop kontak. 66

c. Pencegahan dan Penanganan Kebakaran serta Mitigasi Bencana Sistem pencegahan kebakaran yang digunakan pada hotel ini adalah dengan menempatkan detektor asap dan detektor panas pada tiap ruangan kamar dan area-area yang rawan kebakaran seperti ruang mesin dan sebagainya sehingga tanda-tanda bahaya kebakaran dapat diketahui sesegera mungkin. Detektordetektor tersebut terhubung dengan fire alarm dan fire sprinkler di plafon yang ditempatkan pada tiap jarak tertentu. Pada titik-titik tertentu di tiap lantai pada bangunan disediakan fire extinguisher dan hydrant box agar kebakaran dapat segera diatasi. Sementara pada luar bangunan ditempatkan hydrant pillar sebagai sumber air utama untuk pemadaman kebakaran. Proses evakuasi kebakaran hotel serta tsunami dibantu dengan tangga darurat yang terdapat setiap jarak 30 m dan terletak di ujung-ujung bangunan tiap lantai. Pada area rooftop terdapat green roof yang berfungsi sebagai titik kumpul apabila terjadi bencana tsunami. 67