PEMERIKSAAN RF (RHEUMATOID FACTOR)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERIKSAAN RHEUMATOID FAKTOR PADA PENDERITA TERSANGKA RHEUMATOID ARTHRITIS. Agnes Sri Harti 1, Dyah Yuliana 2

LAPORAN AKHIR IMUNOSEROLOGI Pemeriksaan kadar C-Reaktif Protein (CRP) pada sampel serum

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan ASO Latex

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data

autologous control yang positif mengindikasikan adanya keabnormalan pada pasien itu sendiri yang disebabkan adanya alloantibody di lapisan sel darah

SENSITIFITAS DAN SPESIFISITAS KRITERIA ACR 1987 DAN ACR/EULAR 2010 PADA PENDERITA ARTRITIS REUMATOID DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini berupa deskriptif pemeriksaan laboratoris. Penelitian dilakukan di

PEMERIKSAAN WIDAL SLIDE UNTUK DIAGNOSA DEMAM TIFOID. Agnes Sri Harti 1, Saptorini 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yuliandriani Wannur ( )

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KADAR INTERLEUKIN-6 (IL-6) DENGAN DISEASE ACTIVITY SCORE-28 (DAS28) PADA ARTRITIS REUMATOID TESIS DINA APRILLIA ARIESTINE NIM:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

b. Serum grouping ( Back Typing)

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

METODELOGI PENELITIAN

KASUS INCOMPATIBLE PADA PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI (CROSSMATCHING) PADA LEBIH DARI SATU DONOR DENGAN METODE GELL TEST

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total.

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B (VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari RSUP Dr. Kariadi yang telah diketahui hasil test

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu pediatri dan ilmu Genetika Dasar.

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang kedokteran transfusi sudah. berkembang pesat dari sejak ditemukannya golongan darah

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii

LAPORAN PRATIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, dan TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yunita Wannur Azah

BAB III METODE PENELITIAN

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN EKSPRESI PROTEIN DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

SIFILIS No. Dokumen : No. Revisi :00 Tanggal Terbit : 1 Juli 2015 Halaman : 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. World Health Organization (WHO) pada berbagai negara terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Analitik yang berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

Antibodi Mutated Citrullinated Vimentin Sebagai Biomarker Deteksi Dini Artritis Rematoid. Febtarini Rahmawati

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

Sejak awal perkembangan pengetahuan tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT) UNTUK PENUNJANG DIAGNOSIS DINI DBD

COCCIDIOIDES IMMITIS

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

TUGAS KELOMPOK TRANSFUSI DARAH GOLONGAN DARAH. Disusun Oleh : Ayu Anulus. Putu Desy Metriani. Natalia Sandra Margasira. Ni Luh Novita Pratami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

identik dengan semua campuran unit lainnya dalam campuran serbuk. Metode campuran interaktif dapat digunakan dengan mencampur partikel pembawa yang

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

Imunologi Dasar dan Imunologi Klinis

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

Apa rheumatoid arthritis? Siapa yang beresiko untuk rheumatoid arthritis? Apa rheumatoid arthritis?

Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian myalgia 2. Jenis Myalgia Fibromyalgia

Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Lampiran 1. Road-map Penelitian

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Insiden penyakit ini masih relatif tinggi di Indonesia dan merupakan

Transkripsi:

Nama : Benny Tresnanda PEMERIKSAAN RF (RHEUMATOID FACTOR) Nim : P07134013027 I. Tujuan Untuk mengetahui adanya RF (Rheumatoid Factor) secara kualitatif dan semi kuantitatif pada sampel serum. II. Dasar Teori Rheumatoid Factor adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG. Pemeriksaan rheumatoid factor dipakai untuk mendiagnosa ataupun memantau Rheumatoid Arthritis. Semua penderita Rheumatoid Arthritis (RA) menunjukkan antibodi terhadap IgG yang disebut faktor rheumatoid atau antiglobulin. (Agnes Sri Harti, Dyah Yuliana, 2007). Pada umumnya penyakit RA awalnya yang terserang adalah sendi tangan dan kaki disertai rasa nyeri. Menurut buku Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia, Kusharyadi (2010) Rheumatoid Artritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Kadar RF yang sangat tinggi menandakan prognosis buruk dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinan komplikasi sistemik. (Agnes Sri Harti, Dyah Yuliana, 2007). Menurut Kriteria ACR&EULAR (American College of Rheumatology and European League Against Rheumatism) 2010, diagnosis RA terdapat dua parameter laboratorium yaitu rheumatoid factor (RF) dan anti citruliinated protein antibodies (ACPA) diantaranya anti CCP (anti cyclic citrullinated protein antibody) atau anti MCV (anti mutated citrullinated Vimentin) serta laju endap darah (LED) & CRP (Aletaha D, dkk. 2010). Untuk uji skrining terhadap pemeriksaan rheumatoid factor dapat dilakukan dengan metode aglutinasi dimana darah dicampurkan dengan partikel lateks yang dilapisi oleh antibody IgG manusia. Jika darah tersebut mengandung factor rheumatoid, larutan lateks tersebut akan membentuk gumpalan atau aglutinasi sehingga sampel serum yang diperiksa mengandung RF, maka akan terbentuk aglutinasi (Aletaha D, dkk. 2010). III. Alat Dan Bahan III.1. Alat 1. Black Slide Test

2. Mikropipet 100µl dan 50µl 3. Yellow tip 4. Pipet disposable 5. Rak tabung 6. Tabung serologi III.2. Bahan 1. Sampel serum 2. Tissue 3. RA Lateks Test Kit Merk Reiged Diagnostic 4. Larutan Buffer/Saline IV. Prosedur IV.1 IV.2 Kualitatif 1. Masing-masing komponen/reagen dibiarkan mencapai suhu ruang. 2. Reagen dikocok perlahan untuk menghomogenkan partikel lateks. 3. Satu tetes sampel serum ditambahkan pada black slide test. 4. Satu tetes reagen latex ditambahkan disebelah sampel serum. 5. Sampel serum dan reagen diaduk memenuhi lingkaran slide. 6. Slide test digoyangkan selama 2 menit. 7. Hasil positif ditandai dengan adanya aglutinasi. Semi Kuantitatif 1. Empat buah tabung serologis disiapkan, masing-masing tabung diberi label ½, ¼, 1/8,1/16. 2. Larutan saline dipipet sebanyak 100µl dan dimasukkan pada masing-masing tabung. 3. Tabung 1 dimasukkan 100µl sampel serum kemudian dihomogenkan. 4. Dari tabung 1 dipipet 100µl kemudian dimasukkan ke tabung 2 dan dihomogenkan, dan dilanjutkan hingga tabung ke-4. 5. Dari tabung ke-4 diambil 100µl dan dibuang. 6. Selanjutnya, 50µl serum dipipet dan ditambahkan 50µl campuran tadi dan dikerjakan seperti pada uji kualitatif. 7. Hasil akhir/titer ditentukan dari pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan hasil positif. V. Interpretasi Hasil V.1 Kualitatif

Adanya aglutinasi menunjukkan tingkat RF dalam sampel serum 8 IU/mL Tidak adanya aglutinasi menunjukkan tingkat RF dalam sampel serum < 8 IU/mL V.2 Semi Kuantitatif No. Pengenceran Titer (IU/mL) 1. ½ 16 2. ¼ 32 3. 1/8 64 4. 1/16 128 VI. Hasil Identitas Sampel (Responden) Nama : Gst Ayu Nyoman Kariati Umur : 49 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Sampel : Serum Gejala Klinis (Keluhan) yang pernah diderita Responden 1. Beberapa bagian sendi pada tangan kiri terasa nyeri, bengkak. 2. Responden mengalami gejala tersebut selama 3 minggu lebih (Dimulai dari pertengahan agustus). 3. Ada beberapa bagian sendi yang lainnya terdapat nyeri dan bengkak. 4. Pada saat tertentu tangan kiri responden tidak dapat digerakkan. 5. Responden sudah 4 kali ke dokter dan didiagnosa rematik. Hasil Pemeriksaan Tgl Pemeriksaan : 10 September 2015 Jenis Pemeriksaan : Pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) Hasil Pemeriksaan : Negatif (Tidak terjadi aglutinasi) VII. Pembahasan

Pada pratikum kali ini dilakukan pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) yang digunakan dalam mendiagnosa ataupun memantau Rheumatoid Arthritis. Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) sistemik kronik yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi sehingga akan merasakan rasa nyeri. Pada pratikum kali ini dilakukan pemeriksaan RA menggunakan metode tes aglutinasi. Prinsip dari pemeriksaan ini, yaitu mendeteksi adanya rheumatoid factor menggunakan suspensi dari granula plastik halus yang dilapisi dengan dengan gamma globulin manusia yang akan menunjukkan aglutiasi. Reagen RA lateks termasuk dalam metode yang sensitive dan telah terstandarisasi, dibuat dengan fraksi IgG manusia yang telah dimurnikan dan lateks polystyrene yang telah diseleksi. Keberadaan atau ketiadaan aglutinasi yang tampak mengindikasikan keberadaan atau ketiadaan RF dalam sampel yang diuji. Pemeriksaan dengan metode ini menggunakan agglutination slide test menggunakan latar hitam. Sedangkan sampel yang digunakan berupa sampel serum. Dalam pemeriksaan RF dengan menggunakan aglutinasi tes dilakukan dengan dua tahap, yaitu uji kualitatif dan uji semi kuantitatif. Uji kualitatif merupakan uji skrining atau tahap awal yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya RF (Rheumatoid Factor) yang merupakan penanda dari RA (Rheumatoid Arthritis). Apabila didaptkan hasil yang negatif maka pemeriksaan dihentikan. Namun apabila hasil menunjukkan hasil positif maka pemeriksaan dilanjutkan ke uji semi kuantitatif. Uji semi kuantitatif dilakukan untuk mengetahu titer atau kadar RF yang terkandung dalam sampel serum dengan teknik pengenceran mulai dari ½, ¼, 1/8, 1/16. Pada uji kualitatif dilakukan dengan menggunakan RA Lateks yang diteteskan pada slide card hitam. Serum yang sudah dikondisikan sebelumnya diteteskan pada slide card hitam yang berisi RA lateks, namun jangan sampai kedua cairan tersebut (RA lateks dan serum) tercampur karena dapat bereaksi lebih dahulu dan dipastikan kedua cairan terpisah. Kemudian RA lateks dan serum yang sudah diteteskan terpisah diaduk

secara perlahan. Slide card hitam lalu digoyangkan selama 2 menit secara perlahan agar RA lateks dan serum bereaksi secacara sempurna dan merata diseluruh sisi. Jika sudah perhatikan reaksi yang terjadi, hasil positif ditandai dengan adanya aglutinasi, jika hasil negatif ditandai dengan tidak adanya aglutinasi. Berdasarkan pemeriksaan rheumatoid factor yang dilakukan pada sampel serum atas nama Gst Ayu Nyoman Kariati (perempuan, 49 thn) diperoleh hasil negatif (tidak terjadi aglutinasi), sehingga untuk proses uji semi-kuantitatif tidak dilanjutkan. Dari hasil wawancara dengan responden terhadap ibu Gst Ayu Nyoman Kariati, beliau menyatakan bahwa mengalami keluhan dibeberapa bagian tubuhnya meliputi beberapa bagian sendi pada tangan kiri terasa nyeri, bengkak, pada saat tertentu tangan kiri responden tidak dapat digerakkan. Selain itu beliau sudah 4 kali ke dokter dan sudah didiagnosa rematik. Hal ini membuktikan bahwa pemeriksaan rheumatoid factor ini tidak spesifik terhadap penyakit rematik. Menurut J Indon Med Assoc (2012) Pemeriksaan anti-ccp dan anti-mcv menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dibanding anti-ccp2 mauapun RF untuk diagnosis dini Rheumatoid Arthritis. Akan tetapi bisa saja responden mengalami rematik bukan akibat IgG yang meningkat sehingga muncul gejala-gejala tertentu yang mengakibatkan rheumatoid arthritis. Melainkan adanya antibody terhadap IgM sehingga hal tersebut mungkin saja menyebabkan penyakit rematik yang bersifat akut mengingat responden mengalami gejala klinis yang tibatiba muncul dalam masa waktu yang cukup singkat dibandingkan dengan rheumatoid arthritis kronis. Sehingga ada baiknya untuk responden memperiksakan diri segera mungkin sesuai dengan saran dokter dan sebaiknya dilakukan dengan pemeriksaan yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi seperti pemeriksaan anti-ccp dan anti-mcv. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan rheumatoid factor ini adalah Menggunakan peralatan dan bahan yang bersih dan steril Reagen yang digunakan dipastikan tidak melewati tanggal kadaluwarsa. Teknik pemipetan yang tepat

Waktu inkubasi yang sesuai, tidak kurang maupun lebih. Serum yang diperiksa tidak mengalami lisis, lipemik, ikterik VIII. Kesimpulan Hasil pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) pada responden (pasien) atas nama Gst Ayu Nyoman Kariati (49 tahun, perempuan) diperoleh hasil negatif (tidak terjadi aglutinasi). Jadi kadar RF pada responden < 8 IU/mL.

DAFTAR PUSTAKA Agnes Sri Harti, Dyah Yuliana. 2007. Pemeriksaan Rheumatoid Faktor Pada Penderita Tersangka Rheumatoid Arthritis. Jurnal STIKes Kusuma Husada Surakarta. Aletaha D, Neogi T, Silman A J, Funovits J, Felson DT, Bingham CO, et al. 2010 Rheumatoid Arthritis Classification Criteria. American College of Rheumatology. Arthritis Rheum. 2010;62(9):2569-81. J Indon Med Assoc, Jusak Nugraha, dkk. 2012. Diagnostic Value of Anti-Mutated Citrullinate Vimentin and Rheumatoid Factor With Immunochromatographic Method in Early Rheumatoid Arthritis Patients. Artikel Penelitian. Dep.Clinical Pathology, Medical Faculty Airlangga University/Dr. Soetomo Hospital, Surabaya Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika : Jakarta.