BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengutamakan aspek promotif dan preventif dengan membatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah


BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

Oleh: Aulia Ihsani

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1

BAB I PENDAHULUAN.

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal sebagaimana telah ditegaskan di dalam kebijakan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat pada tahun 2010 (Depkes RI, 2000). Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip Blum, bahwa faktor lingkungan merupakan salah satu dari 4 (empat) faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam meningkatkan derajat kesehatan sangat besar. Hal ini dapat diartikan bahwa pengelolaan lingkungan yang kurang baik merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit yang tidak menular, seperti asma dan kanker kulit. Menurut Azwar (1997) lingkungan adalah kesatuan dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang memengaruhi kehidupan perkembangan suatu organisasi. Secara umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik ialah lingkungan alam yang terdapat disekitar manusia, misalnya cuaca, musim, keadaan geografis dan struktur geologi. Sedangkan lingkungan non-fisik ialah lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya

interaksi antar manusia, misalnya termasuk faktor sosial budaya, norma, dan adat istiadat. Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit dapat bermacam- macam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit penyakit. Adapun yang dimaksud dengan reservoir ialah tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit. Pada reservoir disini bibit penyakit hidup di dalam tubuh manusia. Timbul atau tidaknya penyakit pada manusia tersebut tergantung dari sifatsifat yang dimiliki oleh bibit penyakit ataupun pejamu (Hiswani, 2003). Salah satu penyakit menular berbasis lingkungan yang masih menjadi masalah kesehatan dan merupakan salah satu penyebab morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) anak-anak di Indonesia adalah diare. Sebanyak 19 persen penyebab kematian balita di Indonesia disebabkan karena diare (Unicef, 2007). Penyakit diare disebabkan oleh mikroorganisme (seperti bakteri, parasit, protozoa, dan virus) melalui kontaminasi makanan dan minuman yang tercemar tinja, sedangkan faktor yang berpengaruh lainnya meliputi faktor pejamu dan faktor lingkungan (Depkes RI, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) sepanjang tahun 2000-2003, diare merupakan penyebab kematian nomor tiga pada balita di dunia. Di Asia Tenggara juga menempati urutan ketiga penyebab kematian pada balita (WHO, 2005). Untuk kasus diare pada bayi, perilaku orang dewasa yang menangani makanan merupakan salah satu faktor penting. Selain balita belum dapat melakukan dengan baik aktifitas untuk memenuhi kebutuhannya, ibu adalah sebagai tempat

bergantung dan orang terdekat bagi seorang balita. Sehingga meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap ibu rumah tangga dengan anak balita tentang perilaku hidup bersih dan sehat, diharapkan terjadi penurunan jumlah insiden diare di kelompok balita (KuIS, 2005). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, menunjukkan angka kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita adalah 75 per 100 ribu balita. (Depkes RI, 2005). Di Indonesia pada tahun 2007, terjadi KLB di 16 Propinsi dan 44 daerah tingkat dua, salah satunya adalah Propinsi Sumatera Utara. Jumlah penderita sebesar 10.980 dan 277 penderita di antaranya meninggal dunia akibat penyakit diare (Depkes RI, 2007). Sibolga sebagai salah satu daerah kota di Propinsi Sumatera Utara, secara geografis berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah di sebelah utara, timur, selatan, dan barat. Merupakan satu-satunya kota pantai sebagai pusat pelayanan primer di pantai barat Sumatera Utara dengan fungsi utama sebagai pusat pemerintahan kota, pusat perdagangan barang dan jasa, pusat pelayanan pariwisata, pengolahan hasil perikanan, pusat transportasi laut dan pusat pendidikan (Profil Kota Sibolga, 2005). Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Sibolga tahun 2007, penderita diare di Kota Sibolga berjumlah 2044. Dengan jumlah penderita di setiap Puskesmas di kecamatannya sebagai berikut : Puskesmas Sambas sebanyak 655 penderita, Puskesmas Pelabuhan Sambas sebanyak 181 penderita, Puskesmas Aek Habil

sebanyak 480 penderita dan Puskesmas Pintu Angin sebanyak 728 penderita (Dinkes Sibolga, 2007). Di Kecamatan Sibolga Kota jumlah penderita diare pada tahun 2007 adalah sebesar 655 penderita. Di kecamatan ini insiden mulai Januari sampai Desember ratarata bertambah (Puskesmas Sambas, 2007). Pasar belakang adalah salah satu kelurahan yang dimiliki oleh Kecamatan Sibolga Kota. Menurut data dari Puskesmas Sambas jumlah penderita diare pada tahun 2007 adalah 178 di Kelurahan ini, dengan distribusi berdasarkan kelompok umur pada anak usia 0-1 tahun, yaitu 32 penderita (18%), pada anak 1-4, yaitu 90 penderita (51%)dan usia >5 tahun sebanyak 56 penderita (31%) (Puskesmas Sambas, 2007). Hasil survei bulan Juli tahun 2007, di wilayah kerja puskesmas Sambas menunjukkan bahwa sanitasi lingkungan pemukiman rata-rata kondisi bangunan hunian sangat tidak baik. Hasil ini juga didukung oleh data puskesmas sambas tentang kondisi lingkungan pemukiman masyarakat, yaitu: (1) sebesar 64,88% KK, tidak memilki akses air bersih, (2) sebesar 42% KK tidak memiliki jamban, (3) sebesar 37,8% tidak memiliki pembuangan sampah, dan (4) sebesar 69% KK tidak memiliki saluran pembuangan air limbah. Kebiasaan warga yang tidak memiliki jamban, mereka buang air besar di pinggi pantai dan dapat dipastikan semakin memudahkan penularan berbagai penyakit di daerah ini terutama penyakit diare (Puskesmas Sambas, 2007). Berdasarkan pendapat Rochmad (1993), dapat disimpulkan bahwa lingkungan (meliput i air bersih dan sanitasi) memiliki peranan sangat penting sebagai media yang

dominan untuk penularan penyakit diare. Disamping itu penyakit diare, berkaitan dengan karakteristik individu, seperti faktor sosial ekonomi, pendidikan atau pengetahuan, faktor sarana kesehatan yang ada diwilayah pemukiman, (seperti puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, dan rumah sakit); serta pelaksanaan program promosi kesehatan dan pencegahan penyakit diare, dan secara klinis terkait dengan daya tahan tubuh. Pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Sibolga di masyarakat bertujuan mewujudkan masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi, sehingga kesakitan dan kematian dapat dicegah. Pelaksana kegiatan adalah petugas dari bagian pemberantasan penyakit dibantu oleh kader posyandu dan tokoh masyarakat, dengan sasaran khusus adalah ibu yang memiliki balita. Kegiatan tersebut dilaksanakan di aula gedung Dinas Kesehatan Kota Sibolga, pada 05-06 Agustus 2008, dengan target 90% ibu yang memiliki balita mengikutinya (Dinkes Sibolga, 2008). Dinas kesehatan telah melaksanakan pendekatan kepada para pengambil keputusan sesuai tingkat administratif pelaksana program guna mendukung pelaksanaan program diare, yaitu : 1. Kerjasama bagian pemberantasan penyakit menular dengan bagian promosi kesehatan di dinas kesehatan dalam pelaksanaan penyuluhan kepada tokoh masyarakat, kader, dan masyarakat umum secara rutin.

2. Melaksanakan upaya untuk mengembangkan norma hidup sehat di masyarakat melalui materi-materi yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan. 3. Mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan masyarakat dalam melaksanakan tatalaksana penderita dan pencegahan diare di masyarakat (Dinkes Sibolga, 2008). Metode dan teknik dalam penyampaian materi penyuluhan yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Sibolga yaitu metode penyuluhan kelompok, dengan menjadwal masing-masing kelompok masyarakat: seperti tokoh masyarakat, kader, dan masyarakat umum. Media saluran komunikasi menggunakan perpaduan media cetak dan elektronika, yaitu brosur, dan penggunaan LCD (Dinkes Sibolga, 2007). Petugas juga memberikan penyuluhan tentang terapi pada penderita diare, yaitu terapi A untuk penderita tanpa dehidrasi/tatalaksana di rumah, terapi B untuk mengobati penderita dehidrasi ringan/sedang, dan terapi C untuk mengobati penderita dehidrasi berat. Pemantauan terhadap program pemberantasan penyakit diare yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan adalah dengan mengunjungi penderita dan lingkungan sekitar penderita untuk mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB) (Dinkes Sibolga, 2008). Berbagai hasil penelitian di berbagai daerah menunjukkan bahwa banyak faktor yang berhubungan dengan terjadinya diare pada anak. Hasil penelitian Meiyati (2003) di Kota Sibolga menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan ibu, penyediaan air bersih, penggunaan jamban, dan tingkat pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada anak balita. Hasil penelitian Partama (2006), di desa Tembuku, Propinsi Bali, menunjukkan bahwa ibu balita yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah berisiko kejadian diare pada balita lebih besar dari pada ibu balita yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi. Demikian juga ibu balita dengan kesehatan lingkungan kurang, risiko kejadian diare pada balita lebih besar dari pada ibu balita dengan kesehatan lingkungan baik. Hasil penelitian Yusnani (2007) di Kota Binjai, menunjukkan bahwa adanya hubungan antara penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, pengelolaan sampah, mencuci tangan sebelum makan, penggunaan air bersih, kebersihan jamban dan cara penyimpanan makanan dengan kejadian diare pada anak. Hasil penelitian Handayani (2007), di Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor higiene pribadi seorang ibu yang memiliki Balita dengan kejadian diare pada anak Balita. Hasil penelitian Oktarina (2007), di desa Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu memengaruhi tindakan ibu terhadap pencegahan penyakit diare. Pengetahuan dan sikap responden yang berada dalam kategori baik memiliki tindakan terhadap pencegahan penyakit diare baik pula. Menurut Sarwono (2000) yang mengutip Weber, menjelaskan bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsirannya atas suatu objek rangsangan atau situasi tertentu. Oleh karena itu, perilaku individu bergantung pada lingkungannya, karena perilaku mempunyai

pengaruh yang sangat besar dengan derajat kesehatan, maka diperlukan upaya untuk merubah perilaku tersebut agar sesuai dengan norma hidup sehat. Menurut Setiadi (2003) yang mengutip Weber, bahwa persepsi adalah proses bagaimana rangsangan-rangsangan itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan. Rangsangan adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat memengaruhi tanggapan individu. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh Karena itu persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya (Setiadi, 2003). Aspek persepsi berperan penting dalam perilaku seseorang. Persepsi berhubungan dengan bagaimana individu menanggapi individu lain. Karakteristik penilai dan orang yang dinilai menunjukkan kompleksitas persepsi sosial. Seseorang harus menyadari bahwa persepsi mereka terhadap seseorang sangat dipengaruhi oleh karakteristik mereka sendiri dan karakteristik orang lain (Luthans, 2006). Berdasarkan uraian di atas, sangat penting dilakukan penelitian tentang fenomena kejadian diare, yang difokuskan pada faktor persepsi ibu yang terkait dengan tindakan pemberantasan penyakit diare pada balita. Faktor persepsi ibu tentang program pemberantasan penyakit diare (meliputi aspek tujuan, kegiatan, dan pemantauan program yang dilaksanakan dinas kesehatan dan Puskesmas). Adapun aspek tindakan pemberantasan penyakit diare pada balita yang dilakukan oleh ibu meliputi penggunaan dot dan botol susu, penggunaan air bersih yang cukup, penggunaan jamban, membuang tinja anak dengan benar, imunisasi campak,

pemberian cairan, pemberian makanan bergizi termasuk ASI, dan pengetahuan tentang tanda-tanda penderita diare (balita) yang harus dibawa ke sarana kesehatan. Pilihan lokasi penelitian di Kelurahan Pasar Belakang kota Sibolga dengan mempertimbangkan tingginya kasus diare di daerah tersebut. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: bagaimana pengaruh persepsi ibu tentang program pemberantasan penyakit diare (meliputi aspek tujuan, kegiatan, dan pemantauan) terhadap tindakan pemberantasan penyakit diare pada balita di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga tahun 2009. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian adalah: menjelaskan pengaruh persepsi ibu tentang program pemberantasan penyakit diare (meliputi aspek tujuan, kegiatan, dan pemantauan) terhadap tindakan pemberantasan penyakit diare pada balita di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga tahun 2009. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Masukan untuk Pemerintah Daerah Kota Sibolga, khususnya Dinas kesehatan kota Sibolga dan Puskesmas dalam rangka merumuskan kebijakan, program, dan tindakan administratif dalam penanggulangan masalah diare di masyarakat.

2. Diharapkan dapat memberi kontribusi untuk pengembangan pengetahuan administrasi dan kebijakan kesehatan 3. Diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat demi tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.