BAB I PENDAHULUAN. beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), tetapi juga perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yaitu mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan. pemilik perusahaan atau para pemilik saham (stockholders).

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Coorporate Governance (GCG)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari banyak bermunculan pesaing-pesaing baru didalam dunia usaha. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan tingkat kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini pelaksanaan Corporate Governance sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di bumi. Seperti yang kita ketahui bahwa perusahaan dianggap sebagai

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure pada

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Andri dan Hanung (2007) nilai perusahaan adalah nilai jual

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Corporate Governance pada hubungan Corporate Social Responsibility

BAB 1 PENDAHULUAN. terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penerapan good corporate governance terhadap pengungkapan sustainability

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi menjadikan masyarakat sebagai stakeholder semakin. kegiatan bisnisnya terhadap lingkungan dan sekitarnya.

17 BAB 1 PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai

BAB I PENDAHULUAN. Nilai perusahaan dapat tercermin dari nilai sahamnya. Jika nilai sahamnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi barang yang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik. Penerapan corporate governance dalam dunia usaha merupakan

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu cara perusahaan untuk mengembangkan usahanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. (profit), tetapi juga bertanggung jawab kepada masyarakat (people) dan bumi

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen,

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama dengan mendirikan suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentu sangat perlu akan kehadiran sektor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut, dunia usaha pun semakin menyadari bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan harga saham. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB I PENDAHULUAN. menerbitkan sustainability report. Sustainability report mulai diterapkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Menurut Fuad dkk. (2000:22) secara umum tujuan pendirian perusahaan dapat dibedakan menjadi tujuan ekonomis dan tujuan sosial. Tujuan ekonomis berkenaan dengan upaya perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya sedangkan untuk tujuan sosial, perusahaan diharapkan untuk memperhatikan keinginan investor, karyawan, penyedia faktor produksi, terlebih lagi masyarakat luas. Perusahaan yang berorientasi pada perolehan keuntungan, umumnya akan memfokuskan kegiatannya untuk meningkatkan nilai perusahaan hingga mencapai maksimum (laba merupakan tolok ukur keberhasilan). Dalam hal ini, nilai perusahaan merupakan harga jual perusahaan yang dianggap layak oleh calon investor, sehingga ia mau membayar jika suatu perusahaan akan dijual. Bagi perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat ( go public), indikator nilai perusahaan adalah harga saham yang diperjualbelikan di bursa efek (Fuad dkk., 2000:23). Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan karena

dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan direpresentasikan melalui harga pasar saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen aset. Seringkali para manajer ataupun kalangan eksekutif perusahaan berusaha memaksimalkan nilai perusahaan dengan menetapkan kebijakan yang hanya berpihak (menguntungkan) pada perusahaan dan merugikan stakeholder tertentu (masyarakat sekitar perusahaan dan lingkungan). Contoh dari kesewenangan tindakan perusahaan adalah kasus lumpur lapindo, yang sejak tahun 2006 belum juga bisa ditanggulangi sepenuhnya. Masyarakat sekitar perusahaan dan lingkungan mereka tinggal akhirnya menjadi korban karena kesalahan penetapan prosedur pengeboran. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pasal 74 ayat 1, yang mengatur tentang kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan, menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-undang ini menuntut perusahaan untuk wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau dengan kata lain corporate social responsibility (CSR). Persoalannya, hingga kini masih banyak perusahaan yang sekadar membagi-bagikan mie instan saat bencana alam atau menyumbang uang kepada karang taruna untuk perayaan 17 Agustus sudah merasa melakukan CSR. Oleh karena itu, banyak organisasi internasional yang menerbitkan pedoman sebagai panduan untuk melaksanakan dan mengungkapkan CSR dengan tepat. Salah satu yang paling terkenal adalah Global Reporting Initiative (GRI), yaitu suatu organisasi nonprofit yang mendorong keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial. GRI menyediakan

kerangka kerja pelaporan keberlanjutan yang komprehensif untuk semua perusahaan dan organisasi yang banyak digunakan di seluruh dunia. Penelitian mengenai hubungan CSR dan kinerja perusahaan telah banyak dilakukan, tetapi menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian empiris awal dilakukan oleh Spicer dalam Rustiarini (2010) yang menemukan adanya asosiasi antara nilai investasi saham dengan kinerja sosial perusahan meskipun tingkat asosiasi menurun dari tahun ke tahun. Penelitian Alexander dan Buchloz dalam Rustiarini (2010) tidak menemukan adanya pengaruh antara pengungkapan sosial dengan harga saham. Nurlela dan Islahuddin (2008) menyatakan bahwa aktivitas CSR bukanlah salah satu faktor yang memengaruhi nilai perusahaan. Penelitian Mackey dan Barney (2007) menyarankan bahwa investor mungkin berminat melakukan investasi bertanggung jawab sosial selain untuk memaksimalkan kekayaan mereka. Almilia dan Wijayanto (2007) juga menyatakan bahwa perusahaan dengan aktivitas CSR yang baik, harga sahamnya akan mengalami peningkatan. Jo dan Harjoto (2011) menemukan bahwa CSR engagement berpengaruh positif nilai perusahaan. Adapun penelitian Godfrey et al. (2009) menjelaskan bahwa CSR merupakan metode penciptaan nilai yang potensial dalam menghadapi beberapa jenis peristiwa negatif. Penelitian Rossi (2009) pada perusahaan -perusahaan di Brazil juga menemukan hasil yang serupa, yaitu ada keuntungan yang signifikan jika mengadopsi kebijakan bertanggung jawab sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Rustiani (2010) dan Thohiri (2012) juga menunjukkan bahwa CSR berpengaruh pada nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya dapat diambil kesimpulan sementara bahwa ada kecenderungan yang besar aktivitas dan pengungkapan CSR berpengaruh, bahkan memiliki hubungan positif, terhadap nilai perusahaan. Jika aktivitas CSR meningkat, nilai perusahaan juga akan meningkat yang ditandai dengan peningkatan nilai saham dan permintaan investasi. Suatu perusahaan harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan alam maupun sosial. Tata kelola perusahaan yang baik ( good corporate governance atau GCG) akan menuntun perusahaan ke arah keberlanjutan (sustainability) yang lebih lama dan hal ini menjadi sinyal bagi para investor bahwa perusahaan ini layak menjadi tempat investasi jangka panjang. Dengan demikian, model corporate governance pun diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian Thomsen (2004) berpendapat bahwa nilai korporat ditentukan oleh corporate governance yang ditekankan pada tiga mekanisme tata kelola, yaitu struktur kepemilikan, komposisi dewan, dan pengaruh stakeholder. Penelitian Coleman (2007) menunjukkan bahwa proksi corporate governance yang diteliti, yaitu ukuran dan independensi dewan, dualitas CEO, masa jabatan CEO, intensitas aktivitas dewan, ukuran dan frekuensi pertemuan komite audit, dan kepemilikan institusional, berpengaruh positif atau negatif terhadap nilai perusahaan, kinerja perusahaan, atau profitabilitas. Adapun Herawaty (2008), Rustiarini (2010), Thohiri (2012) menemukan bahwa variabel corporate governance memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun, Herawaty menyatakan hal itu tergantung dari model regresinya. Susanti (2010) menyatakan bahwa variabel corporate governance yang diujikan signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Shil (2011) melalui penelitian secara pustaka juga menemukan adanya pengaruh corporate

governance terhadap nilai perusahaan. Penelitian Ammann et al. (2011) juga menemukan adanya hubungan yang kuat dan positif antara corporate governance perusahaan dan penilaian perusahaan. Penelitian Chhaochharia dan Grinstein (2007) m enemukan fakta lain, yaitu adanya pengembalian abnormal positif dalam perusahaan yang kurang patuh pada aturan corporate governance yang ada pada Sarbanes-Oxley Act. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Herdinata (2007) menunjukkan corporate governance pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penelitianpenelitian sebelumnya dapat diambil kesimpulan sementara bahwa kemungkinan besar corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sama halnya dengan CSR yang juga berpengaruh pada nilai perusahaan. Penelitian ini bermaksud untuk kembali mengetahui pengaruh hubungan CSR terhadap nilai perusahaan, pengaruh corporate governance terhadap nilai perusahaan, dan pengaruh corporate governance terhadap hubungan CSR dan nilai perusahaan. Hal ini dilakukan dikarenakan CSR merupakan salah satu wujud penerapan corporate governance. Aktivitas CSR menyinggung salah satu unsur penting corporate governance, yaitu asas responsibility. Wang dan Coffey dalam Erhemjamts et al. (2011) menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara struktur corporate governancedan kontribusi sosial perusahaan. Rustiarini (2010) sependapat dengan Ammann et al. (2011) menyatakan bahwa corporate governance telah menuntun perusahaan untuk melaksanakan CSR, sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Jo dan Harjoto (2011) menyatakan bahwa corporate governance berpengaruh terhadap pelaksanaan dan pengungkapan CSR dan peningkatan nilai perusahaan. Barnea dan Rubin dalam Ammann et al. (2011) menemukan adanya hubungan negatif antara CSR dan corporate governance.

Untuk mengukur tingkat corporate governance perusahaan digunakan empat variabel, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, dan proporsi independent director. Pihak manajemen merupakan pihak yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dalam teori agensi kepentingan manajerial dan kepentingan shareholder dapat bertentangan. Oleh karena itu, dengan adanya kepemilikan dari pihak manajemen dalam suatu perusahaan dapat menjadi dorongan buat para manajer untuk bekerja secara maksimal demi kepentingan perusahaan dan bukan untuk kepentingan pribadi. Kepemilikan pihak institusional juga berperan penting dalam pelaksanaan corporate governance suatu perusahaan. Kepemilikan institusional dapat menjadi alat monitoring yang efektif bagi perusahaan dalam memantau tindakan atau kinerja manajemen, sehingga potensi kecurangan dapat ditekan. Fungsi dewan komisaris yang terdiri dari advising dan monitoring diketahui menjadi elemen penting dalam penerapan good corporate governance. Ada pandangan yang menyatakan ukuran dewan yang lebih besar akan lebih baik bagi nilai perusahaan dan lebih sulit bagi CEO untuk mendominasi (Lehn et al., 2004). Akan tetapi, ada juga yang berpendapat bahwa dewan yang lebih kecil akan lebih efektif dan meningkatkan akuntabilitas secara individual (Shil, 2011). Independent director merupakan anggota direksi perusahaan yang didatangkan dari luar perusahaan. Karena seorang independent director tidak bekerja dengan perusahaan selama waktu tertentu (biasanya paling tidak tahun sebelumnya), anggota direksi bukanlah manajer yang telah ada dan umumnya tidak terikat dengan cara bisnis perusahaan yang telah ada. Secara logika, anggota dewan independen dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengambilan keputusan dewan. Mereka dapat memberikan pandangan yang

objektif dan pemantauan yang lebih baik terhadap evaluasi kinerja dewan dan manajemen. Temuan Dah et al. (2010) menunjukkan bahwa peningkatan persentase independent director mengarah pada penurunan nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan mereplikasi penelitian terdahulu, yaitu Rustiarini (2010), dengan menggunakan corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah a. Pedoman yang digunakan dalam mengukur luas pengungkapan CSR suatu perusahaan. Penelitian ini menggunakan pedoman GRI G3 Sustainability Reporting Guidelines sedangkan Rustiarini (2 010) menggunakan item pengungkapan CSR yang sudah disesuaikan oleh Sembiring (2005) dari penelitian Hacston dan Milne berdasarkan pada peraturan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia. b. Populasi penelitian. Populasi penelitian ini mengambil perusahaanperusahaan bergerak di bidang ekstraktif, manufaktur, dan sebagian nonmanufaktur, yaitu sektor properti dan real estate serta sektor transportasi dan infrastruktur. Peneliti memasukkan bidang ekstraktif dan sebagian nonmanufaktur dikarenakan aktivitas usaha pada bidang itu juga memiliki dampak terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya, misalnya industri perkebunan, perusahaan konstruksi, dan industri pengangkutan. Populasi Rustiarini (2010) hanya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. c. Variabel corporate governance. Penelitian ini menggunakan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, dan proporsi independent director sebagai proksi yang mewakili variabel corporate governance sedangkan Rustiarini (2010) menggunakan

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah komite audit sebagai proksi yang mewakili variabel corporate governance. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Apakah corporate social responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan? b. Apakah corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan? c. Apakah corporate governance berpengaruh terhadap hubungan corporate social responsibility dengan nilai perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai sesuai seperti yang telah direncanakan, tanpa adanya tujuan yang jelas akan mengakibatkan suatu kegiatan kurang terarah. Sesuai dengan penjelasan di atas tujuan penelitian ini adalah: a. untuk mengetahui pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan; b. untuk mengetahui pengaruh corporate governance terhadap nilai perusahaan; c. untuk mengetahui pengaruh corporate governance terhadap hubungan corporate social responsibility dengan nilai perusahaan.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis Kegunaan teoretis artinya hasil penelitian nantinya diharapkan bermanfaat untuk penemuan konsep baru, pengembangan konsep yang sudah ada, penemuan teori baru, atau pengembangan teori sebelumnya. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan pengembangan keilmuan di bidang akuntansi dapat terus meningkat, terutama dalam mendukung dan mengembangkan teori-teori yang melandasi penelitian, yaitu teori pensinyalan yang melandasi pengungkapan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dan teori agensi yang menjadi landasan penerapan corporate governance. 1.4.2 Kegunaan Praktis Kegunaan praktis artinya hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pihak terkait. Pihak-pihak yang terkait sehubungan dengan tema penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagi perusahaan Diharapkan dengan adanya penelitian ini perusahaan bisa menyadari tentang pentingnya corporate governance yang baik dan makna sebenarnya dari corporate social responsibility yang diungkapkan melalui laporan keberlanjutan atau sustainability report. Selain itu, peneliti juga mengharapkan perusahaan-perusahaan publik juga bisa segera atau terus menerbitkan laporan keberlanjutan untuk tahun-tahun berikutnya secara terbuka kepada masyarakat.

b. Bagi praktisi Diharapkan dengan adanya penelitian ini para praktisi mendapatkan suatu gambaran mengenai apakah corporate governance berpengaruh terhadap hubungan antara corporate social responsibility dan nilai perusahaan, sehingga mereka dapat lebih menyadari pentingnya pelaksanaan corporate governance yang baik dalam suatu perusahaan publik. 1.5 Sistematika Penulisan Bab I merupakan pendahuluan. Bab iniberisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan landasan teori. Bab ini berisi tentang tinjauan mengenai tinjauan teori dan konsep serta tinjauan empirik mengenai variabel yang diteliti, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab III merupakan metode penelitian. Bab ini berisi tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi operasional, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini menjelaskan analisis faktor, deskripsi data secara statisitik, uji asumsi klasik, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V merupakan penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran, dan keterbatasan penelitian.