HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK DAN KARBOHIDRAT DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II RAWAT JALAN DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

NASKAH PUBLIKASI. HUBUNGAN ASUPAN SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr.

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

HUBUNGAN SIKAP DAN ASUPAN KARBOHIDRAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr.

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

SKRIPSI. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Epidemiologi

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, ASUPAN KARBOHIDRAT DAN SERAT DENGAN PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang


BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. psikologis, dan perubahan kondisi sosial. 2 Kondisi ini membuat kebutuhan asupan gizi lansia perlu diperhatikan untuk mencegah risiko

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan


CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

GAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 ABSTRAK

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

ASUPAN ZAT-ZAT GIZI DAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DM-TIPE2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

HUBUNGAN ASUPAN SERAT, Fe DAN Mg DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA, KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI MELAKSANAKAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELLITUS RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DYAH AYU APRITASARI MAHENDRI J 300 120 028 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh: Dyah Ayu Apritasari Mahendri*, Luluk Ria Rakhma**, Nur Lathifah Mardiyati** *Mahasiswa DIII Prodi Ilmu Gizi FIK UMS, ** Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS Email: dyahayuapritasari@yahoo.com ABSTRACT RELATIONSHIP BETWEEN CARBOHYDRATE AND CHOLESTEROL INTAKES, AND GLUCOSE LEVELS IN TYPE II DIABETES MELITUS OUTPATIENTS AT Dr. MOEWARDI HOSPITAL OF SURAKARTA. Introduction: Diabetes melitus is a degenerative disease, due to the function and structure of the tissue or organ of the body gradually decrease over time due to age or lifestyle. High blood glucose levels can be affected by consumption of foods high in fat, simple carbohydrates and processed foods along with less physical activity and exercise. Objective: To determine the relationship between the carbohydrates and cholesterol intakes and blood glucose levels in type II diabetes melitus at outpatients at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta. Methods: This research was an obsevasional with cross-sectional design. Number of subjects was 55 diabetes melitus type II outpatients at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta. Retrieval of subject by sequentional sampling. Intake of carbohydrates and cholesterol data were obtained through recall 24-hours for 4 days. Results: The average consumption of carbohydrate intake was 230,25 ± 57,315 gram. The average cholesterol intake was 210,94 ± 101,28 mg. Corelation between carbohydrate intake and fasting blood sugar showed p value=0,299 and blood sugar 2 hours post-prandial with p value =0,258. Correlation test between intake fasting blood sugar levels showed p value=0,388 and blood sugar 2 hours post-prandial with p value=0,18. Conclusions: There was no relationship between the consumption carbohydrate intake and blood glucose levels of fasting blood sugar and blood sugar 2 hours post-prandial and there was no association between consumption of cholesterol in the blood glucose levels of fasting blood sugar but there was a relationship between cholesterol intake and blood glucose levels blood sugar 2 hours postprandial. Keywords: carbohydrate intake, cholesterol intake, blood glucose levels. Bibliography: 29 : 1994-2011

PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena usia ataupun gaya hidup yang dipilih. Penyakit ini dikenal sebagai penyakit yang diakibatkan oleh pola hidup yang modern, dimana orang lebih suka makan makanan siap saji dan kurangnya aktifitas fisik dan lebih memanfaatkan teknologi seperti menggunakan kendaraan bermontor dari pada berjalan kaki (Nurhasan, 2000). Diabetes melitus tidak dapat disembuhkan melainkan dapat dikendalikan glukosa darahnya melalui diet, olahraga, dan obat obatan. Untuk dapat mencegah adanya komplikasi kronis, diperlukan pengendalian Diabetes melitus yang baik yang mempunyai sasaran dengan kriteria nilai yang baik diantaranya gula darah puasa 80 - <100mg/dL, 2 jam sesudah makan 80 144 mg/dl, kolesterol total <200mg/dL, trigliserida <155mg/Dl, IMT 18,5 22,9 kg/m², dan tekanan darah <130/80 mmhg (Perkeni, 2006). Kadar glukosa darah yang tinggi dapat disebabkan karena adanya beberapa faktor yaitu : konsumsi makanan yang tinggi lemak, karbohidrat sederhana dan makanan olahan dengan kurang aktifitas fisik dan olahraga berkaitan dengan peningkatan kadar gula darah (Erliensty, 2009). Pada pasien Diabetes melitus terjadi kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat dari kekurangan jumlah serta fungsi insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah. Apabila jumlah karbohidrat lebih dari kemampuan tubuh untuk membakarnya sebagai sumber energi, maka karbohidrat akan dikonversasikan ke lemak (American Diabetes Acociation, 2004). Mengkonsumsi karbohidrat sederhana terlalu banyak hal ini akan menyebabkan hormon insulin cepat diproduksi dan membuat gula darah masuk ke sel otot atau pun sel hati. Jika tempat penyimpanan gula sudah penuh yakni otot atau hati, gula akan di simpan di dalam sel lemak dan di dalam sel lemak gula akan di ubah menjadi lemak (Turoan,2012). Kolesterol yaitu suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi kolesterol berlebih akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Darah mengandung 80% kolesterol yang di produksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. Kolesterol yang diproduksi terdiri dari 2 jenis kolesterol HDL dan kolesterol LDL. Bila kolesterol LDL jumlahnya berlebih di dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh darah dan membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembuluh darah, sedangkan kolesterol HDL mempunyai fungsi membersihkan pembuluh darah dari kolesterol LDL yang berlebihan. Selain itu ada trigliserida yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan yang berbentuk lemak dan juga berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan, yang tidak seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi (Siswono, 2006). Pada penderita DM apabila kadar insulin berkurang di dalam darah, maka gula darah tidak bisa diproses menjadi energi akibatnya kadar glukosa darah akan meningkat berlebihan. Glukosa yang meningkat secara berlebihan akan merusak pembuluh darah, karena gula tidak bisa diproses menjadi energi pada penderita DM. Maka energi akan dibuat dari sumber seperti protein dan lemak. Akibatnya, kolesterol yang terbentuk di metabolisme lemak akan menumpuk dan mengancam pembuluh darah. Pada pasien DM tipe II, endapan di lemak (kolesterol) akan disimpan di dinding sel dan akan mengurangi jumlah reseptor insulin sedangkan reseptor insulin sel tidak mampu menangkap gula dan mengakibatkan glukosa darah menjadi tinggi ( Baras, 2003).

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah observasi, dengan melakukan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi karbohidrat dan kolesterol terhadap glukosa darah pada pasien Diabetes melitus rawat jalan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Diabetes Melitus Tipe II yang berjumlah 55 pasien. Cara pengambilan sampel adalah sequentional sampling yaitu cara pemilihan sampel yang termasuk dalam Probability sampling yang dilakukan dengan cara subyek yang datang dan memenuhi kriteria dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang di perlukan terpenuhi. Definisi operasional dalam penelitian ini dengan variabel glukosa darah yaitu jumlah glukosa darah yang terdapat dalam penderita DM meliputi kriteria pengendalian kadar gula darah puasa dan gula darah 2 jam sesudah makan menggunakan skala ukur rasio, konsumsi karbohidrat yaitu konsumsi makan pasien yang dihitung dari sumber bahan makanan karbohidrat dan yang dihitung menggunakan recall selama 4 hari menggunakan skala ukur rasio dan konsumsi kolesterol yaitu konsumsi yang dilihat dari sumber bahan makanan yang mengandung lemak dihitung menggunakan recall selama 4 hari menggunakan skala ukur rasio. Pengumpulan Data HASIL DAN PEMBAHASAN Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta adalah rumah sakit milik pemerintah daerah tingkat I Jawa Tengah yang beralamatkan di Jalan Kolonel Soetarto Nomor 132 Surakarta dan merupakan rumah sakit tipe A. RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit pendidikan (teaching hospital) bagi calon dokter (PDDS I) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I. 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Tabel.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin Jenis frekuensi presentase kelamin Laki- laki 20 36,4% perempuan 35 63,6% Total 55 100% Hasil menunjukkan bahwa jumlah subyek untuk perempuan lebih banyak sebesar 63,6% dibanding dengan laki laki sebesar 36.4 % karena perempuan rentan terhadap suatu penyakit. Hal tersebut kemungkinan karena pada usia 40 tahun ke atas wanita sudah mengalami masa menapouse. Pada masa ini estrogen dan progesteron naik turun tidak teratur. Estrogen berkurang dapat menyebabkan resistensi insulin sehingga glukosa darah akan meningkat (Tandra, 2008). 1. Jenis dan Sumber data a. Data Primer, meliputi data tentang konsumsi karbohidrat, data konsumsi kolesterol. b. Data Sekunder, meliputi nama penderita, jenis kelamin, umur, alamat penderita, kadar gula darah puasa, dan kadar gula darah 2 jam sesudah makan.

2. Distribusi Frekuensi Umur Tabel 2 Distribusi frekuensi umur N Min Maks Mean SD Umur 55 39 72 57.9 6.88 Hasil menunjukkan bahwa menurut umur penderita yang menderita Diabetes Melitus Tipe II yaitu di umur 57 tahun. Resiko untuk menderita Diabetes Melitus meningkat seiring dengan meningkatnya umur : >45 harus dilakukan pemeriksaan Diabetes Melitus (Perkeni dalam Astrine, 2012). Hal ini disebabkan oleh komposisi tubuh yang berubah, penurunan kegiatan fisik (Coon, 1992 dalam Iglay, 2007). Berdasarkan SKRT (2004), persentase hiperglikemia pada umur 45 55 tahun lebih tinggi 2,2% dibandingkan dengan kelompok umur 35 44 tahun. 3.Distribusi Konsumsi Karbohidrat, Kolesterol dan Kadar Glukosa Darah Distribusi hasil karbohidrat, kolesterol, kadar glukosa darah puasa (GDP) dan kadar glukosa darah 2 jam Post Prandial (GD2JPP) dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Distribusi konsumsi karbohidrat dan kolesterol GDP (mg/dl) GD2JPP (mg/dl) Karbohidrat (gram) Min Maks Rata-rata 101 181 123.27 128 315 175.49 108.35 308.92 230.2563 Kolesterol 15.00 453.70 210.9499 Deskripsi Kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) memiliki nilai minimum 101 mg/dl, nilai maksimal 181 mg/dl, dan rata-rata 123,27 mg/dl sedangkan menurut Perkeni (2004) Kadar GDP normal yaitu 100 125 mg/dl dan kadar GDP tidak normal yaitu >125mg/dl. Berdasarkan hasil rata rata maka nilai Kadar Glukosa Darah puasa termasuk dalam nilai normal. Kadar glukosa darah 2 jam Post Prandial (GD2JPP) memiliki nilai minimum 128 mg/dl, nilai maksimal 315 mg/dl dan rata- rata 175,49 mg/dl, sedangkan menurut Perkeni (2004) Kadar GD2JPP Normal yaitu 140-199 mg/dl dan Kadar GD2JPP tidak normal yaitu >199mg/dl. Berdasarkan nilai rata rata maka nilai Kadar glukosa darah 2 jam Post Prandial (GD2JPP) termasuk dalam nilai normal. Konsumsi Karbohidrat memiliki nilai minimum 108,35 gram, nilai maksimum 308,92 dan rata-rata 230,2563 gram. Konsumsi kolesterol memiliki nilai minimum 15 mg, nilai maksimal 453,70 mg dan rata- rata 210,94 mg. 4.Hubungan Konsumsi Karbohidrat dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II. Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi utama. Presentasi Karbohidrat menyumbang setengah atau lebih dari total energi di dalam diit. Hasil uji hubungan konsumsi karbohidrat terhadap Kadar GDP dan GD2JPP yaitu untuk hasil konsumsi karbohidrat dengan GDP p =0,299 (>0,05) berarti tidak ada hubungan antara konsumsi karbohidrat terhadap kadar GDP pasien Diabetes Melitus tipe II. Sedangkan untuk konsumsi karbohidrat dengan GD2JPP yaitu hasil p=0,258 (>0,05) berarti tidak ada hubungan antara konsumsi karbohidrat terhadap GD2JPP pasien Diabetes Melitus Tipe II. Tidak adanya hubungan konsumsi karbohdrat dengan kadar glukosa darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung untuk terkendalinya kadar glukosa darah yaitu : melakukan aktifitas atau olahraga yang rutin dan teratur dan mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai dengan instruksi dari tim medik (Suyono, 2002). Pasien Diabetes Melitus Tipe II rawat jalan di RSUD Dr,moewardi rutin mengkonsumsi obat walaupun konsumsi karbohidrat nya banyak tetapi kadar glukosa darahnya tetap terkontrol. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Witasari dkk (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan konsumsi karbohidrat dengan kadar GDS, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,346 (>0,05). Berbeda dengan penelitian Yekti (2014) yang menyatakan bahwa konsumsi karbohidrat berhubungan bermakna dengan kadar glukosa darah puasa. Hubungan ini

bersifat positif sehingga semakin tinggi jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari makanan utama dan selingan lebih penting dari daripada sumber atau tipe karbohidrat tersebut. Hal ini disebabkan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari makanan utama dan selingan mempengaruhi kadar kadar glukosa darah dan sekresi insulin (American Diabetes Association, 2004). 5.Hubungan konsumsi kolesterol dengan Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Hasil penelitian konsumsi koleserol dengan Kadar GDP dan GD2JPP yaitu untuk hasil konsumsi kolesterol dengan kadar GDP p=0,388 (>0,05) H0 diterima berarti tidak ada hubungan konsumsi kolesterol dengan kadar GDP pada penderita Diabetes Melitus Tipe II. Sedangkan untuk konsumsi kolesterol dengan dengan kadar GDP2JPP yaitu p=0,18 (<0,05) H0 ditolak maka ada hubungan konsumsi kolesterol dengan kadar GD2JPP. Menurut Siswanti (2010) mengatakan bahwa penderita Diabetes Melitus kematian utama disebabkan oleh penyakit kardioserebrovaskular, pasien Diabetes Melitus sangat penting untuk menekan kolesterol. Menurut Yanti (2008) mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol dengan kejadian PJK pada Diabetes Melitus Tipe II (P=0,032) dan kolesterol total >200mg/dl merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK pada Diabetes Melitus Tipe II. 6. Keterbatasan Penelitian 1. Pada analisis sampel tidak memperhatikan faktor perancu seperti : melakukan aktifitas atau olahraga yang rutin dan teratur, mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai dengan instruksi dari tim medik, riwayat penyakit keluarga dan lama sakit. 2. Penelitian ini tidak menggambarkan tentang stress, proses pencernaan yang berpengaruh secara langsung pada kenaikan kadar glukosa darah. 3. Hasil perhitungan konsumsi makan sangat bergantung dari daya ingat responden dan dilakukan melalui telefon. Kesimpulan 1. Konsumsi Karbohidrat memiliki nilai minimum 108,35 gram, nilai maksimum 308,92 dan rata-rata 230,2563 gram. 2. Konsumsi kolesterol memiliki nilai minimum 15 mg, nilai makmismal 453,70 mg dan rata- rata 210,94 mg. 3. Kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) memiliki nilai minimum 101 mg/dl, nilai maksimal 181 mg/dl, dan ratarata 123,27 mg/dl. 4. Kadar glukosa darah 2 jam Post Prandial (GD2JPP) memiliki nilai minimum 128 mg/dl, nilai maksimal 315 mg/dl dan rata- rata 175,49 mg/dl. 5. Tidak ada hubungan konsumsi karbohidrat dengan kadar GDP dan kadar GD2JPP pada pasien Diabetes Melitus Tipe II Rawat Jalan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. 6. Tidak ada hubungan konsumsi kolesterol dengan kadar GDP pada pasien Diabetes Melitus Tipe II Rawat Jalan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. 7. Ada hubungan antara konsumsi kolesterol dengan kadar GD2JPP pada pasien Diabetes Melitus Tipe II Rawat Jalan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Saran 1. Bagi Pasien Penderita Diabetes Melitus diharapkan dapat menjaga pola makan dan selalu cek rutin / rawat jalan setiap sebulan sekali. 2. Bagi Peneliti Untuk peneliti lebih lanjut disarankan mempertimbangkan faktor resiko lain yang berkaitan dengan terjadinya penyakit Diabetes Melitus terutama pola makan yang baik. DAFTAR PUSTAKA American Diabetes Association. 2004.Dietary carbohydrate(amount and type) inmprevention and managemen diabetes.

(Statement). Diabetes Care.;27:2266-2274. Baras, Faisal.2003. Mencegah jantung dengan Menekan kolesterol. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Nurhasan.2000. Kiat Melawan Penyakit.Pustaka Pelajar.Jogjakarta. Perkeni. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe II di Indonesia. RSUD Dr. Moewardi Surakarta.2006. Profil dan Informasi Layanan RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Suyono, Slamet. 2002. Pengaturan Makanan Dan Penggendalian Glukosa Darah. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Tandra, 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes Penerbit Toruan, Phaidon. Fat-loss Not Weight-loss for Diabetes: Sakit Tapi Sehat. Jakarta: Transmedia. Witasari, Ucik. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan Karbohidrat dan Serat Dengan Pengendalian Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Yanti, Yanti (2008) Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang). Jurnal Epidemiologi. Yekti, Wirawanni. 2014. hubungan konsumsi karbohidrat, konsumsi total energi, konsumsi serat, beban glikemik, dan latihan jasmani dengan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes melitus tipe 2.