BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan salah satu jalan yang diberikan oleh Allah SWT untuk setiap. insan didunia mendapatkan keturunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

Qawwãm Volume 9 Nomor 2, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan cikal bakal terciptanya keluarga sebagai tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perempuan di beberapa negara maju lebih memilih melajang atau berpasangan

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khususnya bila menghadapi ketidakpastian dan ancaman dari luar dirinya.

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA TAHUN 2016

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan oleh para pasangan yang sudah dewasa dan matang baik secara mental maupun secara finansial. Akhir-akhir ini, pernikahan dini seolah-olah menjadi sebuah tren yang mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di masyarakat perkotaan, bukan di masyarakat pedesaan. Bahkan, kuantitas pernikahan dini ini meningkat lebih tinggi di masyarakat perkotaan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Umumnya pasangan-pasangan muda ini berusia kurang dari dua puluh tahun. Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2013, usia menikah yang ideal bagi masyarakat Indonesia adalah di atas 20 tahun bagi wanita, dan di atas 25 tahun bagi pria, sedangkan pernikahan dini yang terjadi pada masyarakat perkotaan umumnya dilakukan oleh remaja berusia 15-19 tahun. Tercatat bahwa rasio pernikahan dini di perkotaan pada 2012 adalah 26 dari 1.000 perkawinan. Pada 2013, rasionya naik menjadi 32 dari 1.000 pernikahan. Sementara itu, di pedesaan rasio 1

pernikahan usia dini turun dari 72 per 1.000 pernikahan pada 2012 menjadi 67 per 1.000 pernikahan pada 2013. Padahal dalam analisis survei penduduk antar sensus (SUPAS) 2005 dari BKKBN didapatkan angka pernikahan di perkotaan lebih rendah dibanding di pedesaan, untuk kelompok umur 15-19 tahun perbedaannya cukup tinggi yaitu 5,28% di perkotaan dan 11,88% di pedesaan. (Data BKKBN. Kajian Pernikahan Dini Pada Beberapa Provinsi di Indonesia: Dampak Overpopulation, Akar Masalah dan Peran Kelembagaan di Daerah, 2013) Data di atas menunjukkan tingginya rasio pernikahan muda di perkotaan, yang kian meningkat tiap tahunnya sementara rasio pernikahan muda di pedesaan menurun. Jika ditinjau dari tren menikah muda di kalangan masyarakat perkotaan, sebenarnya banyak faktor yang mendorong terjadinya pernikahan di dalam usia muda ini. Masyarakat perkotaan cenderung memiliki pergaulan yang cukup bebas satu sama lain, sehingga seks bebas pun bukan hal yang tabu lagi. Seringkali pernikahan dini terjadi dikarenakan kecelakaan yang terjadi akibat pergaulan yang terlalu bebas, sehingga terjadilah suatu pernikahan untuk menutupi kesalahan yang telah diperbuat tersebut. Namun hal ini tidak menjadi satu-satunya alasan juga bagi para pasangan muda untuk maju ke jenjang pernikahan. BKKBN juga telah mencatat bahwa faktor terbesar terjadinya pernikahan dini dipicu oleh kondisi ekonomi. Biasanya orangtua ingin cepat menikahkan anaknya, karena ingin 2

segera lepas dari tanggung jawab. Selain itu, juga ada faktor budaya dan kekhawatiran terjadinya pergaulan bebas, sehingga daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, orangtua memilih segera menikahkan anak perempuannya. Pernikahan dini dilakukan oleh sepasang remaja dengan kondisi umur dan fisik yang tergolong masih cukup muda. Tentunya kesiapan secara materi maupun mental para pasangan muda ini belum sematang para pasangan yang memang menikah dalam usia dewasa. Ketidaksiapan ini tentunya menimbulkan konflik yang dapat berdampak dalam kelangsungan rumah tangga pernikahan dini tersebut. Wirawan (1984: 62) menyatakan bahwa salah satu utama problem dalam pernikahan ialah partner-partner yang belum dewasa. Faktor-faktor ketidakdewasaan ini lebih banyak dalam pernikahanpernikahan remaja. Memang kedewasaan pribadi seorang tidak bergantung pada umur, tetapi kita tahu bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak dengan cara berpikir, nilai-nilai, sifat-sifat emosi dan moral anakanak menjadi dewasa. Sedikit sekali remaja yang sungguh-sungguh sudah dewasa. Melihat dari kondisi psikologis para pasangan yang menikah dalam usia dini, tentunya konflik akan sangat rentan terjadi. Ketidaksiapan secara mental dalam membangun rumah tangga, mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, dan mengurus anak seringkali menjadi masalah besar dalam rumah tangga karena keduanya masih belum dapat mengendalikan emosi. Di 3

samping itu, ketidaksiapan secara materi juga menjadi salah satu faktor penyebab bagi rentannya konflik dalam rumah tangga pasangan usia dini. Biaya yang dibutuhkan dalam membangun rumah tangga tentunya tidak sedikit, dan usia yang masih muda dan belum mapan tentunya masih membutuhkan dukungan materi dari orangtua. Melalui sebuah studi yang dipaparkan dalam artikel 5 Masalah yang Sering Dihadapi Pasangan Menikah Dini pada merdeka.com pada tanggal 4 Oktober 2014, menyatakan bahwa pernikahan dini biasanya mengalami konflik-konflik yang berbeda dengan pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang sudah dewasa. Konflik yang paling sering terjadi adalah masalah keuangan. Meskipun masalah keuangan juga dialami oleh pasangan suami istri kebanyakan, namun masalah keuangan yang dihadapi oleh para pasangan dini ini biasanya disebabkan karena mereka belum pandai dalam mengelola uang, ataupun belum memiliki pemasukan yang stabil dikarenakan usia yang masih muda. Konfik yang kedua yang sering muncul adalah adanya perasaan terkekang. Usia yang masih muda terkadang membuat mereka ingin menikmati masa muda mereka dan bermain dengan bebas selayaknya anak muda kebanyakan, namun sebaliknya mereka sudah harus memegang tanggung jawab yang besar untuk mengurus rumah tangga pernikahan yang mereka jalani. Beberapa pasangan dini terkadang tidak bisa menyembunyikan rasa iri mereka terhadap anak muda lainnya yang masih memiliki kebebasan. 4

Usia memang tidak menjadi patokan bagi seseorang dalam bersikap dewasa, namun terkadang para pasangan yang masih berusia dini belum memiliki kesadaran akan tanggung jawab yang harus mereka lakukan Berbeda dengan pasangan yang menikah pada usia yang lebih matang, mereka lebih dapat mengontrol emosinya apabila dihadapkan dengan konflik rumah tangga. Pasangan yang menikah pada usia dini juga cenderung tidak memberi ruang satu sama lain. Setiap orang membutuhkan ruang mereka sendiri. Dan ketika pasangan belum cukup matang secara emosional, mereka masih tidak tahu caranya memberi ruang kepada satu sama lain. Lalu konflik yang terakhir yang paling sering muncul di dalam pernikahan dini adalah masalah komunikasi. Masalah komunikasi seringkali menyerang pasangan yang menikah muda. Hal itu sebagian besar disebabkan fokus individu yang terlalu tinggi pada karir dan pekerjaan. Dengan kata lain, ego mereka yang sangat tinggi sehingga mudah cekcok. Tidak hanya konflik, pernikahan dini juga memiliki hambatanhambatan tersendiri. Hambatan utama yang biasanya dialami oleh para pasangan yang ingin menikah dalam usia dini adalah keuangan. Usia yang belum matang tentunya berpengaruh terhadap kematangan finansial, apabila sang suami masih belum memiliki kematangan finansial, maka hal ini dapat menjadi hambatan dalam membangun sebuah rumah tangga. Selain hambatan finansial, kesiapan dari masing-masing pasangan tersebut juga menjadi bahan pertimbangan tersendiri. Usia yang masih muda membuat pasangan belum 5

memiliki kesiapan baik secara mental maupun biologis. Mental yang belum matang akan membuat masing-masing individu sulit untuk mengontrol emosi dan ego masing-masing. Sedangkan dari segi biologis, secara medis menyatakan bahwa rahim wanita belum mencapai tingkat kematangan di bawah usia 22 tahun. Hal ini tentunya dapat menjadi hambatan tersendiri bagi sang istri, karena ia harus mempersiapkan kondisi fisiknya dalam menghadapi pernikahan. Pernikahan dini dapat dikatakan sebagai sebuah fenomena yang cukup mendapatkan sorotan masyarakat. Pasalnya, pernikahan dini penuh dengan hambatan serta konflik yang berbeda dengan pernikahan pada umumnya karena dilakukan oleh kedua individu yang masih berusia muda. Menilik dari fenomena ini, peneliti ingin meneliti tentang bagaimana manajemen konflik pasangan yang menikah dalam usia dini. Pasanganpasangan muda tersebut bisa dibilang masih belum memiliki tingkat kematangan seperti pasangan-pasangan yang memang sudah dalam usia wajar untuk menikah dan sangat rentan terhadap konflik. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yang merupakan tradisi penelitian kualitatif yang berakar pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada pengalaman hidup manusia (sosiologi). Pendekatan ini akan menjelaskan lebih lanjut lagi mengenai suatu objek kajian dangan memahami inti pengalaman dari suatu fenomena, sehingga peneliti mampu untuk mengetahui secara utuh dan mendalam bagaimana 6

pengalaman yang dirasakan oleh para pasangan muda dalam menjalani dunia pernikahan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, adapun peneliti menjabarkan perumusan masalah sebagai berikut: 1.2.1. Bagaimana pengalaman pasangan yang menikah dalam usia dini memaknai pernikahan mereka? 1.2.2. Bagaimana pengalaman pasangan yang menikah dalam usia menghadapi konflik di dalam pernikahan? 1.2.3. Bagaimana strategi manajemen konflik pasangan suami istri yang menikah dalam usia dini? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan untuk: 1.3.1. Mengetahui bagaimana pengalaman pasangan yang menikah dalam usia dini memaknai pernikahan mereka 1.3.2. Mengetahui bagaimana pengalaman pasangan yang menikah dalam usia menghadapi konflik di dalam pernikahan 1.3.3. Mengetahui bagaimana strategi manajemen konflik pasangan suami istri yang menikah dalam usia dini 7

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoretis Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengkaji mengenai strategi manajemen konflik, terutama dalam konflik yang dialami oleh pasangan suami istri. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pengembangan studi komunikasi, khususnya dalam konteks komunikasi interpersonal. 1.4.2. Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan deskripsi bagi para pembacanya untuk dapat memahami lebih lagi mengenai pentingnya memiliki manajemen konflik yang baik di dalam sebuah pernikahan, terutama pada pasangan yang menikah di usia dini agar dapat membentuk sebuah rumah tangga yang harmonis. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi gambaran bagi para pasangan yang ingin menikah dalam usia muda untuk lebih memahami bagaimana membangun komunikasi yang baik dalam sebuah rumah tangga. 8