2015 DAMPAK PERANG AUSTRO-PRUSIA TERHADAP HUBUNGAN POLITIK AUSTRIA DAN HONGARIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

PERANG SAUDARA DI RUSIA

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

Revolusi Nasional di Eropa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan sejarah politik dunia tidak akan terlepas dari

2016 PERANG ENAM HARI

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode , yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik

BAB 1 PERANG DUNIA I

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rosmiati Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai Vatikan, tentu saja kita akan mengenal negara itu

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

BAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

2015 AGAMA DAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. imam dan mempunyai hak memberi sakramen penguatan dan menahbiskan imam,

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI PPG SM3T PRODI PENDIDIKAN SEJARAH TAHUN 2014

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. Politik Luar Negeri Indonesia sejak awal kemerdekaan sedikit banyak

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

MENGENAL REPUBLIK FEDERASI JERMAN DI EROPA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Muslim dalam pembagian India-Pakistan dalam kurun waktu Merujuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara di pesisir Atlantik, yang kemudian diarahkan oleh satu Konstitusi

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB V PENUTUP KESIMPULAN. Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

BAB I PENDAHULUAN. Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah

SILABUS DEUTSCHE GESCHICHTE (JR 313) AMIR, M.Pd.

Burma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode dan teknik penelitian

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali

BAB III METODE PENELITIAN

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

BAB III METODE PENELITIAN

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Omet Rasyidi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BENTUK NEGARA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GENAP XI TAHUN SMA ISLAM AL AZHAR BSD

2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

Eropa Pasca Perang Dingin.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang banyak dijalankan oleh negara Eropa bagian barat dan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini mengkaji tentang upaya penerimaan konsep equality oleh

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN F I R M A N, S. S O S., M A

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju masyarakat adil dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Periode abad ke-18 hingga abad ke-19 merupakan suatu periode yang memiliki peristiwa-peristiwa besar dan bersejarah di Eropa. Berbagai macam peristiwa itu tidak terlepas dari hal-hal yang menyangkut politik dan kekuasaan suatu negara. Hal ini disebabkan karena pada periode itu, negaranegara di Eropa saling bersaing untuk menjadi yang terkuat baik di Eropa sendiri maupun di dunia. Salah satu peristiwa yang terjadi di Eropa pada awal abad ke-19 adalah dengan diadakannya Kongres Wina tahun 1814-1815 (Poesponegoro, 1982, hlm. 281). Hasil Kongres Wina yang ditetapkan pada tahun 1815 salah satunya adalah pembentukan Konfederasi Jerman atau juga disebut Deutsche Bund. Konfederasi ini merupakan gabungan dari negaranegara yang berdaulat di Eropa dan dipimpin oleh Austria. Konfederasi ini beranggotakan 38 negara di wilayah Eropa Tengah dengan tujuan untuk mengembalikan peta politik Eropa ke masa sebelum Napoleonic Wars (perang-perang Napoleon). Dalam Konfederasi Jerman, Austria berperan sebagai pemimpin yang dalam faktanya harus menghadapi dua hal besar. Pertama, Austria mulai dihadapkan pada usaha untuk mempertahankan pengaruh kekuasaan di Jerman dan pada saat yang bersamaan, Austria harus menghadapi kekuatan militer baru yang besar yaitu Prusia. Kedua, Austria juga mulai dihadapkan pada persoalan internal yang menuntutnya untuk mempertahankan kekaisaran dari ancaman perkembangan nasionalisme (Lipson, 1960, hlm. 126). Kedua hal tersebut tentu akan mengancam kedudukan Austria sebagai negara yang berpengaruh di Eropa selama berabad-abad. Konfederasi Jerman di bawah pimpinan Austria bertahan kurang lebih 40 tahun hingga pada tahun 1866, terjadi perang antara Austria dengan Prusia atau Austro-Prussian War dan sering juga disebut sebagai Perang Tujuh Minggu. Sebelumnya, pada tahun 1864, Austria dan Prusia bersama-sama 1

2 perang dengan Denmark yang mempersoalkan tentang Schleswig-Holstein. Orang yang sangat berperan dalam perang ini adalah Otto von Bismarck dari Prusia. Bismarck memang memiliki pasukan militer yang kuat sehingga pada tahun 1866, ia berpaling memutuskan untuk berperang dengan Austria. Pada perang ini Austria mengalami kekalahan dalam waktu yang sangat singkat, yaitu tujuh minggu (Nehru, 1966, hlm. 270). Konfederasi yang pada dasarnya dilakukan dengan cara bekerjasama ternyata tidak dapat dipertahankan dengan baik oleh Austria dengan Prusia. Perang yang terjadi antara Austria dengan Prusia memang sangat mengejutkan karena kedua negara ini dituntut melaksanakan peranannya sebagai pemimpin dan mempertahankan keberlangsungan Konfederasi Jerman. Perang ini juga dipimpin oleh Bismarck yang juga menyebut perang ini adalah bagian dari perang unifikasi Jerman. Tentara-tentara yang dipersiapkan dikenal dengan istilah Landwehr yang lebih mementingkan kualitas pasukan daripada kuantitasnya (Walter, 2009, hlm. 285). Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam mengkaji tentang Perang Austro-Prusia. Pertama, jika kita lihat pada hasil perjanjian dari Kongres Wina, Prusia sendiri sebenarnya sudah sangat diuntungkan dengan terbentuknya Konfederasi Jerman. Sejajar dengan Austria, kekuasaan dari Prusia sendiri memiliki peranan penting dalam konfederasi tersebut. Lalu pertanyaan yang muncul adalah apa lagi yang diinginkan oleh Prusia sehingga ia memutuskan untuk berperang dengan Austria. Kedua, dari sisi Austria sendiri sebagai negara terkuat dari Konfederasi Jerman seolah-olah tidak berdaya hingga mengalami kekalahan. Padahal, pada saat perang ini muncul, Austria masih menduduki kekuasaan tertinggi dan sebenarnya ia bisa saja menang dengan cara mencari bantuan ke negara-negara anggota konfederasi yang lain ataupun cara lainnya. Namun, pada kenyataannya hal ini tidak terjadi sehingga Austria pun mengalami kekalahan. Bagi Prusia sendiri, kemenangan perang ini merupakan suatu revolusi yang menunjukkan kekuatan Prussian Junkers (pemilik tanah), tentara, serta mengembalikan dinasti Prusia. Selanjutnya, hasil dari perjanjian damai dengan Austria, Bismarck membuat konfederasi baru yang bernama Konfederasi

3 Jerman Utara yang anggotanya adalah negara-negara Konfederasi Jerman seperti Scleswig-Holstein, Hanover, Hesse-Cassel, Hesse-Darmstadt dan Frankfurt. Perjanjian damai sendiri dilakukan antara Austria dengan Prusia pada tanggal 23 Agustus 1866 di Praha (Pinson, 1965, hlm. 139). Di lain pihak, Austria juga berusaha untuk bangkit dari kekalahan dengan mengubah struktur pemerintahannya. Austria mengeluarkan pemerintahan baru yang disebut sebagai Ausgleich (penggabungan) pada tahun 1867. Penggabungan negara ini dilakukan oleh kekaisaran Austria dengan kerajaan Hongaria sehingga disebut juga sebagai dualisme kekaisaran Austria-Hongaria (Poesponegoro, 1982, hlm. 19). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Hongaria pernah memberontak kepada Austria untuk mendapatkan kemerdekaan. Namun, pada sistem dualisme ini kedua negara sama-sama mengakui kaisar mereka adalah Franz Joseph I dari Austria. Berdasarkan pada pendapat Kwok (2003, hlm. 13) menyatakan bahwa pembentukan dualisme Austria-Hongaria (Ausgleich) bertujuan untuk menjaga kestabilan politik di Eropa Tengah. Hal ini didasarkan pada kekalahan Austria saat perang melawan Prusia dimana pada saat Austria menjadi ketua dari Konfederasi Jerman, Austria merupakan satu negara yang besar di Eropa Tengah dan memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan Eropa sendiri. Dengan kondisi negara yang besar dan terdiri dari berbagai etnis, keadaan Austria yang collapse tentunya akan menyebabkan kekacauan di Eropa. Alasan penulis ingin mengkaji permasalahan ini karena melihat bagaiamana perang bisa terjadi antara Austria dengan Prusia, sementara mereka sebagai negara terkuat dari Konfederasi Jerman yang seharusnya bersatu. Kemudian, penulis juga tertarik dengan kekalahan yang dialami oleh Austria dimana sebagai ketua dari Konfederasi Jerman, Austria sebenarnya berpeluang untuk menang. Namun ternyata dalam perang tersebut, Austria mengalami kekalahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Di samping itu, penulis juga ingin melihat dari sudut pandang negara yang mengalami kekalahan perang dalam usahanya untuk mempertahankan kekuatan politiknya, dalam hal ini adalah Austria yang membentuk dualisme kekaisaran

4 dengan Hongaria. Padahal, secara historis Hongaria pernah melakukan pemberontakan terhadap Austria. Permasalahan yang terjadi antara Austria dengan Hongaria terutama pada periode Revolusi 1848-1849 tidak hanya fokus pada permasalahan liberalisme saja melainkan lebih cenderung kepada masalah etnisitas dan nasionalisme. Hongaria yang terdiri dari bangsa Magyar didominasi pemerintahannya oleh Austria atau Habsburg (Lipson, 1960, hlm. 134). Secara logika, keinginan Hongaria untuk lepas dari Austria yang diperjuangkan selama tahun 1848 sebenarnya bisa saja kembali diwujudkan dengan memanfaatkan kondisi ketika Austria mengalami kekalahan dalam perang dengan Prusia. Namun dalam hal ini Hongaria lebih memilih menerima tawaran dari Prusia untuk membentuk dualisme kekaisaran Austria-Hongaria. Di samping itu, bentuk negara Austria-Hongaria yang menyatakan sebagai dual kekaisaran juga merupakan hal yang menarik untuk dikaji karena akan diketahui sejauh mana keuntungan yang didapat dari kedua negara dengan mengubah bentuk negaranya. Bentuk negara yang diusung oleh Austria-Hongaria melalui Ausgleich merupakan pembentukan negara yang jarang terjadi dalam sejarah dunia. Kedua negara membentuk negara baru yang berlandaskan monarki atau kekaisaran yang dikenal di dunia barat sebagai dual monarchy. Bentuk negara seperti ini sangat berkaitan erat dengan bagaimana negara itu melakukan sistem pemerintahannya. Dualisme kekaisaran yang dibentuk Austria ini dapat juga dimasukkan ke dalam bentuk negara uni berdasarkan pada kesepakatan antara kedua negara. Austria dan Hongaria menggabungkan diri di bawah satu orang kaisar yang bertahan sampai akhir Perang Dunia I (Prodjodikoro, 1981, hlm. 116). Secara historis, sejak beralihnya Hongaria dari tangan Kekaisaran Ottoman kepada Austria abad ke-17, Hongaria merupakan bagian wilayah dari Austria. Namun yang terjadi di tahun 1867 dimana Ausgleich terbentuk, hal yang terjadi adalah Austria memutuskan satu bentuk negara baru bersifat dualisme dengan Hongaria. Hal inilah yang kemudian dapat kita analisis tentang hal apa saja yang dibalik pembentukan Austria-Hongaria.

5 Penelitian tentang bagaimana pengaruh dan dampak dari Perang Austro-Prusia 1866 terhadap hubungan politik Austria-Hongaria bagi penulis sangat penting mengingat masih sedikit penelitian yang membahas tentang permasalahan tersebut. Dalam beberapa sumber literatur, masih terdapat ketidakjelasan mengenai bentuk negara dari Kekaiasaran Austria-Hongaria yang terbentuk pada tahun 1867. Bentuk negara yang dimaksud adalah bentuk negara unitaris. Bentuk negara seperti ini hanya terjadi di beberapa negara saja di dunia, salah satunya Austria-Hongaria. Dalam kasus Austria-Hongaria, masih ada perbedaan pendapat mengenai klasifikasi Austria-Hongaria masuk ke dalam jenis uni riil atau uni personil. Oleh sebab itu, penelitian ini diperlukan untuk menemukan kesimpulan akan hal tersebut, sehingga tidak ada kontroversi dalam bentuk negara yang diterapkan oleh Austria-Hongaria. Kurun waktu yang dikaji penulis adalah periode tahun 1866-1867. Alasan penulis mengambil kurun waktu ini karena penulis berangkat dari pengkajian mengenai perang antara Austria dengan Prusia yang terjadi pada tahun 1866. Sedangkan pada tahun 1867 merupakan waktu dimana pembentukan Austria-Hongaria atau Ausgleich yang juga akan berperan penting dalam masa Perang Dunia I. Penulis ingin menitikberatkan pada analisis pembentukan Austria-Hongaria merupakan suatu dampak secara langsung daripada Perang Austro-Prusia dan sejauh mana pengaruh dari perang tersebut serta hal lain yang menyebabkan pembentukan Austria- Hongaria. Hal-hal yang disebutkan di atas itulah yang dijadikan penulis sebagai dasar untuk mengkaji lebih dalam mengenai Dampak Perang Austro- Prusia terhadap Hubungan Politik Austria dan Hongaria. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada pokok-pokok pikiran di atas, penulis memfokuskan permasalahan yang dituangkan dalam pertanyaan berikut: mengapa Perang Austro-Prusia (1866) berdampak pada hubungan politik Austria-Hongaria (1867)? Fokus permasalahan di atas diuraikan kembali dalam beberapa pertanyaan di bawah ini:

6 1. Bagaimana keadaan sosial-politik Austria selama menjadi ketua Konfederasi Jerman? 2. Bagaimana latar belakang terjadinya Perang Austro-Prusia hingga kekalahan Austria pada tahun 1866? 3. Bagaimana dampak dari kekalahan Austria dalam Perang Austro- Prusia terhadap hubungan politik Austria-Hongaria? 4. Mengapa Hongaria bersedia untuk bergabung dengan Austria dalam kekaisaran Austria-Hongaria? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai bagaimana dampak dari Perang Austro-Prusia terhadap pembentukan Austria-Hongaria (1866-1867). Tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan keadaan sosial-politik Austria selama menjadi ketua Konfederasi Jerman 2. Menjelaskan proses terjadinya Perang Austro-Prusia sampai kekalahan Austria pada tahun 1866 3. Menjelaskan dampak dari kekalahan Austria dalam Perang Austro- Prusia terhadap hubungan politik Austria-Hongaria 4. Menjelaskan bergabungnya Hongaria ke dalam kekaisaran Austria- Hongaria 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini antara lain: 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan sejarah dunia terutama sejarah Eropa Tengah pada kondisi Eropa sebelum Perang Dunia I

7 2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran sejarah dunia yang dipelajari di kelas peminatan Ilmu-Ilmu Sosial di tingkat SMA 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Berdasarkan pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014, struktur organisasi skripsi yang akan dibuat oleh penulis adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Dalam hal latar belakang, penulis mengemukakan latar belakang penulis mengambil permasalahan mengenai Perang Austro-Prusia dan Dampaknya terhadap Pembentukan Austria-Hongaria 1866-1867, dimulai dari posisi Austria dan Prusia sebagai anggota terkuat dalam Konfederasi Jerman. Selain itu, penulis juga mengemukakan kenyataan yang bertentangan dengan apa yang diharapkan dimana sebagai anggota dan pemimpin dari Konfederasi Jerman seharusnya kedua negara tersebut dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Dalam bab ini juga penulis mendeskripsikan tentang adanya hal-hal yang perlu dikaji mengenai terbentuknya Austria-Hongaria 1867. BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORETIS Dalam bab ini penulis mengemukakan berbagai sumber kepustakaan dan konsep/teori yang berkaitan erat dengan permasalahan yang dikaji yaitu tentang Perang Austro-Prusia dan Dampaknya terhadap Pembentukan Austria-Hongaria 1866-1867. Konsep dan teori yang diambil dan akan digunakan oleh penulis adalah tentang konsep perang, teori konflik, konsep nasionalisme, dan juga teori integrasi. Untuk buku, jurnal dan tulisan lainnya yang relevan juga dibahas dalam bab ini. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam hal ini

8 adalah metode historis atau metode sejarah. Metode penelitian sejarah terdiri dari empat langkah penelitian, yaitu heuristik yang berkaitan dengan pengumpulan sumber-sumber sejarah yang akan diteliti. Selanjutnya adalah kritik yang merupakan langkah pengolahan sumbersumber yang telah didapat agar dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian ada interpretasi yang merupakan langkah untuk menafsirkan fakta-fakta berdasarkan pada hasil analisis penulis yang dilanjutkan pada langkah terakhir, yaitu historiografi, yang merupakan proses penyajian hasil interpretasi. BAB IV PERANG AUSTRO-PRUSIA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBENTUKAN AUSTRIA-HONGARIA Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dituliskan sebelumnya, maka dalam bab ini penulis hendak menguraikan beberapa hal diantaranya yang pertama, bagaimana keadaan sosial-politik Austria selama menjadi anggota sekaligus ketua dari Konfederasi Jerman dalam periode 1815-1866. Kedua, dalam bab ini juga akan menjelaskan bagaimana latar belakang terjadinya Perang Austro-Prusia hingga kekalahan Austria pada tahun 1866, dan yang ketiga, bagaimana pembentukan dualisme kekaisaran Austria-Hongaria pada tahun 1867 yang juga akan menjelaskan mengapa Hongaria bersedia untuk bergabung dengan Austria dalam kekaisaran Austria-Hongaria (Ausgleich). BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab ini berisi simpulan yang didalamnya terdapat penjelasan mengenai jawaban dari permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan tentang sejauh mana dampak dari Perang Austro-Prusia terhadap pembentukan Kekaisaran Austria-Hongaria 1866-1867.