SMP NEGERI 3 MENGGALA

dokumen-dokumen yang mirip
SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.2

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.1

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA


I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

KEANEKARAGAMAN HAYATI A. PENGERTIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. KEANEKARAGAMAN MAKLUK HIDUP, ALAM DAN PELESTARIANNYALATIHAN SOAL BAB 10

I. PENDAHULUAN. Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Disusun Oleh: Faisal Rahmad H Fabian

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

SKRIPSI HERIYANTO NIM : B

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

2014 POTENSI EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN BURU GUNUNG MASIGIT KAREUMBI

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB. I. PENDAHULUAN A.

KEANEKARAGAMAN HAYATI. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PLASMA NUTFAH. OLEH SUHARDI, S.Pt.,MP

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI KSDA DAN PELESTARIAN ALAM

Lex Crimen Vol. IV/No. 3/Mei/2015. Kata kunci: Perlindungan hukum, hewan lindung.

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

Karena hal-hal diatas tersebut, kita harus mencari cara agar hewan dan tumbuhan tetap lestari. Caranya antara lain sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

PENDAHULUAN. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 November Pembangunan Taman Hutan. Raya Bukit Barisan ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. daya alam non hayati/abiotik. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati

HEWAN YANG LANGKA DAN DILINDUNGI DI INDONESIA 1. Orang Utan (Pongo pygmaeus)

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi semakin pesat,

BAB. Pelestarian Hewan dan Tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

Transkripsi:

SMP NEGERI 3 MENGGALA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. Untuk Kalangan Sendiri - Tidak Diperjualbelikan! 2009 75

A. PENTINGNYA PELESTARIAN MAKHLUK HIDUP Indonesia merupakan negara yang mempunyai hutan tropis terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Di dalam hutan ini, tersimpan keanekaragaman hayati yang sangat besar, baik hewan maupun tumbuhan. Ratusan jenis hewan dan tumbuhan, dari yang berukuran kecil sampai yang berukuran besar hidup di hutan. Keanekaragaman hayati ini merupakan satu kekayaan yang mesti dijaga, dilindungi, dan dilestarikan. a b c d e Gambar 80 Beberapa hewan dan tumbuhan langka dan dilindungi, orang utan (a), gajah (b), burung cendrawasih (c), bunga bangkai (d), dan anggrek (e) (http://iwandahnial.files.wordpress.com/2008/08/orang-utan.jpg, http://animals.nationalgeographic.com/staticfiles/ngs/shared/staticfiles/anima ls/images/primary/african-elephant2.jpg, http://myscienceblogs.com/animalworld/files/2008/11/papua_bird.jpg, http://www.bbec.sabah.gov.my/japanese/nature/nature_pic/raflesia_pic/raflesia 01.jpg, dan http://wb5.indowork.com/pdimage/82/533682_paraphalaenopsislabukensis1_1.jpg) 76

B. TINDAKAN YANG MERUSAK KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP Beberapa tindakan yang dapat merusak keanekaragaman makhluk hidup, misalnya : 1. Perusakan dan penebangan hutan 2. Penggunaan pestisida 3. Perburuan liar C. USAHA-USAHA MELESTARIKAN MAKHLUK HIDUP Usaha yang dapat dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman makhluk diantaranya : 1. Memelihara kelestarian hutan Hal ini dikarenakan hutan merupakan habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Ada beberapa cara untuk memelihara kelestarian hutan, seperti melalukan reboisasi (menanam kembali hutan yang gundul), melakukan tebang pilih, dan menghindari kebakaran hutan. 2. Menetapkan daerah perlindungan Penetapan daerah perlindungan, ditetapkan oleh Menteri Kehutanan. Saat ini di Indonesia terdapat ± 350 daerah perlindungan, yang mencakup cagar alam, taman nasional, hutan wisata, taman laut, hutan lindung, dan kebun raya. Cagar alam adalah kawasan konservasi (perlindungan) keanekaragaman hayati, di mana perkembangannya diserahkan kepada alam agar terjadi proses alami. Dengan tujuan untuk melindungi kekhasan ciri dari makhluk hidup. Contohnya Cagar Alam Pangandaran di Jawa Barat. Taman nasional selain bertujuan untuk melindungi keanekaragaman hayati (flora dan fauna), juga digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya, dan rekreasi alam. Beberapa taman nasional misalnya Taman Nasional (TN) Gunung Leuser (di Aceh dan Sumatera Utara), TN Bukit Barisan Selatan (Bengkulu dan Lampung), dan sebagainya. Hutan wisata adalah hutan produksi (diambil hasilnya) yang dimanfaatkan untuk objek wisata. Sehingga diharapkan wisatawan selain menikmati keanekaragaman hayati, juga diharapkan kepeduliannya meningkat. Taman laut merupakan wilayah laut yang memiliki keanekaragaman laut tinggi, unik, dan indah. Selain dijadikan daerah wisata, juga dijadikan daerah konservasi. Misalnya taman laut Bunaken di Sulawesi Utara. 77

Gambar 81 Taman laut yang indah menyimpan berbagai macam satwa dan flora air (http://www.rileks.com/images/content/12194643411.jpg) Hutan lindung, selain berfungsi sebagai daerah konservasi hayati, juga digunakan sebagai daerah resapan air. Kebun raya adalah kebun buatan yang berguna untuk menghimpun tumbuhan dari berbagai tempat untuk dilestarikan. Misalnya Kebun Raya Bogor. 3. Merehabilitasi satwa langka yang dipelihara perorangan Satwa langka yang diperlihara perorangan akan di sita oleh negara untuk kemudian dikembalikan ke habitat aslinya. 4. Penangkaran (pemeliharaan) satwa dan tumbuhan langka Penangkaran (pemeliharaan) satwa dan tumbuhan langka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara in situ dan ex situ. Pemeliharaan secara in situ adalah pemeliharaan satwa atau tumbuhan di habitat aslinya. Jadi dalam pemeliharaan secara in situ ini, makhluk hidup tidak di bawa keluar. Gambar 82 Kebun binatang adalah salah satu contoh tempat pemeliharaan hewan secara ex situ (http://www.antara-sumbar.com/id/foto/wisata/tmsbk1.jpg) 78

Sedangkan pemeliharaan ex situ adalah pemeliharaan hewan dan tumbuhan di luar habitat aslinya namun kondisinya di sesuaikan dengan habitat asli hewan atau tumbuhan tersebut. LATIHAN 1. Jelaskan secara singkat, mengapa kita perlu untuk menjaga keanekaragaman makhluk hidup! 2. Tuliskan 5 contoh hewan langka yang dilindungi! 3. Tuliskan 5 contoh tumbuhan langka yang dilindungi! 4. Tuliskan beberapa tindakan atau aktivitas manusia yang dapat merusak keanekaragaman hayati! 5. Usaha-usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman makhluk hidup? Jelaskan! 79