BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan berbagi tugas seperti mencari nafkah, mengerjakan urusan rumah tangga,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Agama merupakan salah satu sarana pokok dalam ikut serta. dalam pembangunan mental, karena agama memberikan pedoman dan

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YATIM MUHAMMADIYAH PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. dewasa, anak juga memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah untuk menambah pendapatan seluruh

para1). BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR TERJEMAH No. Bab Halaman Terjemah

PROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga, Jakarta: Kencana, 2012, hlm Ibid, hlm. 6-7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu mengenai gambaran psychological wellbeling

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN. orang yang berhasil di Masyarakat. Keluarga terdiri dari ayah ibu dan

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah Panti Asuhan sudah terbayang di benak kita, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. mereka kelak. Salah satu bentuk hubungan yang paling kuat tingkat. cinta, kasih sayang, dan saling menghormati (Kertamuda, 2009).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

Hak-hak Anak dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

PUTUSAN. Nomor : 0571/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lembaga terkecil namun memberikan pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak serta kewajibannya (Abdulsyani, 2007:92) lain, hal ini sangat mempengaruhi peranannya dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-faktor yang

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

PENDAHULUAN Latar Belakang

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah dan amanah yang Allah berikan kepada sepasang suami istri dalam membangun sebuah keluarga. Orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi hak yang dimiliki anak, seperti hak memperoleh pendidikan, hak memperoleh perlindungan maupun hak memperoleh kesejahteraan. Orang tua harus bekerja sama dan berkoordinasi agar hak anak tersebut dapat dipenuhi yakni dengan berbagi tugas seperti mencari nafkah, mengerjakan urusan rumah tangga, ataupun mengontrol pendidikan anak. Teja (2014) menyatakan untuk tumbuh dengan baik, anak berhak mendapatkan pendidikan, lingkungan yang sehat, fasilitas kesehatan yang terjangkau, dan kecukupan gizi. Dengan adanya kerja sama dan koordinasi yang baik dari orang tua, maka hak anak dapat terpenuhi secara optimal. Namun dalam kenyataanya tidak semua orang tua mampu melakukan hal tersebut disebabkan oleh berbagai keadaan seperti adanya salah satu dari suami atau istri meninggal dunia atau adanya perceraian sehingga sepasang suami istri yang seharusnya bersama menjadi orang tua tunggal. Seorang istri yang ditinggal meninggal suaminya pun harus segera menempatkan diri sebagai orang tua tunggal dimana semua tugas dalam keluarga bertumpu pada dirinya, termasuk dalam memenuhi hak pendidikan anak. Dengan adanya perubahan situasi tersebut, banyak orang tua tunggal yang mengalami goncangan hidup sehingga salah satu dari tugas tidak berjalan dengan baik seperti dalam 1

2 perekonomian sehingga hak untuk memberikan perawatan dan pendidikan anak pun menjadi tidak optimal. Anak yatim merupakan anak dari orang tua tunggal disebabkan karena ayahnya meninggal dunia. Anak yatim sebagaimana anak lainnya berhak untuk memperoleh perawatan dan pendidikan. Dalam Islam, tugas merawat dan mendidik anak yatim menjadi tanggung jawab sesama umat Islam sebagaimana terdapat dalam QS. Al-Baqoroh: 220: : Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim. Katakanlah: Mengurus urusan mereka secara patut adalah hal yang baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Baqarah: 220) Dalam ayat tersebut, merawat dan mendidik anak yatim merupakan suatu hal yang sangat dianjurkan dan disukai oleh Allah swt. Allah menjadikan anak yatim sebagai umat yang istimewa sehingga dalam merawat dan mendidik anak yatim dilarang untuk sewenang-wenang dengan menghardik dan berlaku kasar, sebagaimana dalam QS. Al-Maa uun ayat 1-3 bahwa Allah swt berfirman: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?(1) Itulah orang yang menghardik anak yatim,(2) dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.(3) (QS. Al-Maa uun: 1-3)

3 Di Indonesia, melalui Undang-Undang Pasal 1 Nomor 2 Tahun 2014, setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan social, pemerintah Indonesia meneunjukkan kepeduliannya. Dalam hal pendidikan pun anak tetap harus memperoleh pendidikan sesuai ketentuan pemerintah, seperti yang yang disampaikan oleh Puan Maharani bahwa pelaksanaan wajib belajar 12 tahun dimulai bulan juni tahun 2015(Kompas, 2015). Namun, berdasarkan Laporan Tahunan UNICEF tahun 2012, anak Indonesia yang tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600.000 anak usia Sekolah Dasar dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (Sulistyoningrum,2015). Teja (2014) menyatakan bahwa jika orang tua tidak sanggup untuk memenuhi hak-hak anak tersebut, anak dapat diasuh atau diangkat oleh orang lain sesuai dengan peraturan perundangundangan. Save The Children sebagai organisasi sosial menghitung lembaga panti asuhan di Indonesia berjumlah 8.000 panti asuhan terdaftar dan 15.000 panti asuhan tidak terdaftar. Lebih dari 99 % panti asuhan diselenggarakan oleh masyarakat. Muhammadiyah sebagai organisasi juga turut berkontribusi dalam menyelenggarakan panti asuhan. Berdasarkan Data Base Muhammadiyah (2016), tercatat sebanyak 318 Panti Asuhan, Santunan, dan Asuhan Keluarga Muhammadiyah di Indonesia. Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo merupakan salah satu amal usaha Muhammadiyah yang berada dalam ranah pelayanan sosial dimana membantu masyarakat dalam menuntaskan pendidikan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dalam perekenomian. Hal ini bertujuan untuk

4 mengamalkan perintah Allah swt untuk mengasihi orang-orang fakir, miskin dan yatim. Perintah untuk merawat anak yatim juga terdapat dalam agama Islam. Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo ini dibangun pada tanggal 1 Agustus 1950 dengan beralamatkan di jalan Plaosan Gang V/382 B Purworejo memiliki anak asuh yang terdiri dari berbagai usia, dimulai dari yang berusia ± 5 tahun hingga ± 20 tahun. Jumlah anak asuh keseluruhan yang terdaftar pada tahun 2015 adalah 110 anak yang terdiri dari 56 anak berjenis kelamin laki-laki dan 54 berjenis kelamin perempuan. Anak yang terdaftar di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo tidak hanya anak asuh yang normal secara fisik, melainkan juga terdapat anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik, seperti tuna netra, tuna rungu wicara dan tuna grahita. Dari 110 anak, terdapat 100 anak memiliki kondisi fisik yang normal, 3 orang yang memiliki hambatan pendengaran dan berbicara, 4 orang memiliki gangguan penglihatan dan 3 orang merupakan penyandang tuna grahita. Oleh karena itu, mereka terdaftar di berbagai sekolah yang berbeda, ada yang bersekolah di sekolah biasa seperti TK ABA 4 Plaosan Purworejo yang berjumlah 2 anak, SD Muhammadiyah Purworejo berjumlah 15 anak, SMP Muhammadiyah Purworejo berjumlah 17 anak, Mts Negeri Purworejo berjumlah 1 anak, PPM Muhammadiyah Brodcasing School DIY berjumlah 1 anak, SMP N 31 Purworejo, SMA Muhammadiyah Purworejo berjumlah 6 anak, SMK Muhammadiyah Purworejo 27 anak, SMK N 1 Purworejo berjumlah 3 orang, SMK Batik Perbaik Purworejo berjumlah 3 anak, SMK TKM Purworejo 2 orang, MAN Purworejo berjumlah 4 anak, SMK N 2 Kutoarjo berjumlah 1 anak, SMK N 3 Purworejo berjumlah 2 anak, SMA N 1 Purworejo

5 berjumlah 1 anak, SMA N 7 Purworejo berjumlah 1 anakdan SMK YPP Purworejo berjumlah 6 orang, Universitas Muhammadiyah Surakarta 5 anak dan Pondok Muhammadiyah 4 anak. Selain itu juga terdapat sekolah luar biasa bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik seperti SDLB Muhammadiyah Purworejo berjumlah 5 orang dan SMPLB Muhammadiyah Purworejo berjumlah 6 orang. Secara psikologis dan sosial anak panti asuhan cenderung ditolak, terstigma dan kemungkinan besar mengalami persoalan kejiwaan dan sosial di masa depan. Anak yatim yang berasal dari kondisi ekonomi yang lemah, pada akhirnya harus diasuh oleh pihak yang mampu membantu merawat dan menyelesaikan pendidikan anak. Dengan adanya perubahan sumber pemenuhan kebutuhan, adanya adaptasi dengan lingkungan panti asuhan dan membangun relasi dengan orang yang baru dikenal ini akan mempengaruhi subjective wellbeing anak yatim(teja, 2014). Campbell (dalam Diener, 2009) bahwa subjective well-being terletak pada pengalaman setiap individu yang merupakan pengukuran positif dan secara khas mencakup pada penilaian dari seluruh aspek kehidupan seseorang. Diener, Oishi & Lucas (2005) kemudian menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well being antara lain: diantaranya harga diri, tujuan hidup, kepribadian, hubungan sosial, kesehatan, demografi, sumber pemenuhan kebutuhan, budaya, adaptasi, kognitif, dan religiunitas/spiritualitas. Dari hasil angket terbuka yang diberikan kepada 50 anak yatim di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo, Panti Asuhan Muhammadiyah

6 Danukusumo, dan Panti Asuhan Mardhotillah Surakarta diketahui bahwa 48 % permasalahan yang sering muncul di panti asuhan adalah adanya konflik anak yatim dengan anak panti yang lain dan juga dengan pengasuh atau pengurus panti asuhan. Konflik yang terjadi beragam dari kesalahpahaman hingga bertengkar. Permasalahan tersebut diselesaikan dengan berdamai diantara kedua belah pihak. Dari anak yatim yang sering memiliki konflik, diketahui 80% diantaranya menyelesaikan dengan jalan damai. Coser dalam Anwar (2015) menyatakan bahwa konflik selalu ada di tempat kehidupan bersama, bahkan dalam hubungan yang sempurna sekalipun konflik tidak dapat dielakkan dan konflik semakin meningkat dalam hubungan yang serius. Setiap saat dimana terdapat dua orang atau dua kelompok yang akan mengambil keputusan mempunyai potensi untuk menimbulkan suatu konflik. Sumber konflik dapat berasal dari kontak interaksi ketika dua pihak bersaing atau salah satu pihak mencoba untuk mengeksploitasi pihak lain (Brigham, dalam Anwar, 2015). Walaupun dalam menjalin hubungan di panti asuhan tetap terjadi konflik, namun dengan pendidikan nonformal yang diterapkan oleh panti asuhan untuk mengembangkan sikap menjadikan anak yatim sehingga anak yatim mengambil keputusan untuk berdamai. Menurut Soegimin (dalam Anwar, 2015) pendidikan nonformal lebih banyak berbicara dan berbuat dari segi realita hidup dan kehidupan masyarakat. Perhatiannya lebih terpusat pada usaha-usaha untuk membantu terwujudnya proses pembelajaran di masyarakat. Pendidikan ini dapat berlangsung dalam sebuah keluarga, pergaulan sehari-hari maupun dalam pekerjaan, masyarakat, keluarga, organisasi. Panti asuhan mengajarkan bagaimana untuk hidup berdampingan dengan orang

7 lain. Pendidikan nonformal yang diberikan kepada anak yatim di panti yang berlangsung sehari-hari diharapkan membantu anak memperoleh kesejahteraan. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian serta ingin mengetahui bagaimana subjective well-being anak yatim di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo. Oleh karena itu, judul yang dipilih adalah Subjective well-being Anak Yatim di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo. B. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah memahami secara mendalam dan mendeskripsikan subjective well-being anak yatim di panti asuhan yatim Muhammadiyah Purworejo. C. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat mengungkap gambaran subjective well-being Anak Yatim di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo agar mendapat manfaat sebagai berikut, 1. Manfaat secara teoritis bagi ilmuwan psikologi memberikan sumbangan keilmuwan di bidang subjective well-being. 2. Manfaat praktis bagi masyarakat yakni hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi subjective well-being anak yatim di panti asuhan yatim Muhammadiyah Purworejo. 3. Manfaat praktis bagi pengelola panti asuhan yakni dapat menjadi pengetahuan agar dapat lebih memahami subjective well-being anak

8 yatim di Panti Asuhan sehingga dapat memberikan pendidikan dan perlakuan yang tepat bagi anak di Panti Asuhan. 4. Manfaat praktis bagi orang tua penghuni Panti Asuhan yakni dapat menjadi pengetahuan agar dapat lebih memahami subjective wellbeing anak yatim yang diasuh oleh Panti Asuhan sehingga dapat memahami keadaan anak.