PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

MIKORIZA & POHON JATI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces)

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

PENGGUNAAN VERMIKOMPOS DALAM MENINGKATKAN MUTU INOKULUM CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA UNTUK JATI MUNA (Tectona grandis Linn f.

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keunggulan nyata dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk organik dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. hanya sekitar 7,8% dari 15 TW (terawatt) konsumsi energi dunia yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SULISTIYOWATI A

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit termasuk tanaman tahunan yang mulai menghasilkan pada umur 3

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menuntut tersedianya bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

TINJAUAN PUSTAKA. dengan akar tumbuhan tingkat tinggi, yang mencerminkan adanya interaksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertanaman padi seperti lahan gogo, sawah tadah hujan, hingga sistem irigasi

Jenis Shorea Jenis Ektomikoriza Infeksi Akar (%) Sumber. Shorea selanica Scleroderma columnare + Riyanto (2003)

BAB I PENDAHULUAN. yang menduduki urutan kedua setelah kedelai (Marzuki, 2007), Kebutuhan kacang tanah di Indonesia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran yang

I. PENDAHULUAN. dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena itu,

BAB I. PENDAHULUAN. itu strategi dalam mengatasi hal tersebut perlu diupayakan. Namun demikian,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat.

TINJAUAN PUSTAKA. jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk famili solanaceae dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan

S. leprosula, S. selanica dan S. mecistopteryx menunjukkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah penduduk, sehingga bahan pangan yang tersedia harus

Latar Belakang. meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal

I. PENDAHULUAN. Berbagai upaya perbaikan tanah ultisol yang mendominasi tanah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011).

I. PENDAHULUAN. berasal dari hijauan dengan konsumsi segar per hari 10%-15% dari berat badan,

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN PERTUMBUHAN Pueraria javanica YANG DIINOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DAN APLIKASI VERMIKOMPOS

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi yang sangat

P.D.M.H. Karti, Setiana, M.A., Ariyanti, dan G.J., Kusumawati R.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang terletak km di utara kota Yogyakarta. Gunungapi Merapi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap trapping mikoriza. jagung pada tiga media tanam yaitu indigenous tanah Mediteran

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

APLIKASI PEMANFAATAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN JATI ( Tectona grandis)

I. PENDAHULUAN. Morus baik secara ekonomi maupun secara medis. Senyawa-senyawa fenol banyak

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang senang mengkonsumsinya. Kebutuhan jagung manis nasional tanun 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. yang termasuk ke dalam kelompok legum merambat (cover crop). Legum pakan

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

MIKORIZA MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH UPNVY. Mikoriza (Mycorrhizae): Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP.

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBIKAYU MENGGUNAKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA ABSTRAK

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA MIRPROB

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

BAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a)

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

SYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK

I. PENDAHULUAN. sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitas, kuatitas, dan kontinyutasnya. maupun dalam bentuk kering (Susetyo, 1980).

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan

RESPON TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea L.Gaud) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA ULTISOL

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

MIKORIZA DAN PERANANNYA MIKORIZA LABORATORIUM PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT BANYUMAS

PENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang sangat potensial untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sengon atau dengan nama ilmiah Falcataria moluccana (Miq.) Barneby &

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sangat tergantung pada curah hujan, sehingga produktivitas tanaman di lahan

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) dalam produksi semai di daerah-daerah tropis telah banyak diketahui dan diuji. Diantara jenis pohon yang diuji, sebagian besar adalah pohon legum yang pertumbuhannya cepat seperti Paraserianthes falcataria, Acacia mangium, Acacia crassicarpa, Sesbania grandiflora, Ca ssia siamea, Ca ssia suratensis, Parkia roxburgii, Enterolobium cylocarpum, Pterocarpus sp., dan pohon-pohon non legum seperti Gmelina arborea, Tectona grandis, Ceiba pentandra dan spesies-spesies pohon pioneer yang merupakan pohon-pohon yang sangat responsif terhadap inokulasi CMA (Setiadi 2001). Pada umumnya semai yang terinfeksi mikoriza menunjukkan respon pertumbuhan yang lebih bagus daripada yang tidak terinfeksi. Kondisi tanah tropis dicirikan dengan rendahnya unsur hara, temperatur ekstrim, kemasaman tanah tinggi dan kekeringan serta kehadiran beberapa patogen. Dengan demikian penggunaan CMA dapat memberikan keuntungan pada semai di pembibitan (nurseryes) sebelum dipindahkan ke lapangan (Feldmann dan Idczak 1992). Telah diketahui bahwa CMA merupakan salah satu agen hayati yang berasosiasi dengan akar dari suatu tumbuhan hidup yang terutama bertanggung jawab untuk transfer hara (Brundrett 2004). Peran CMA sebagai mikroorganisme alam adalah membantu penyerapan unsur hara terutama hara P dan hara lain seperti Zn, Cu, Ni, NH + 4 dan NO - 3, membantu penyediaan hara dari yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman, membantu tanaman untuk dapat bertahan pada kondisi kekeringan karena adanya hifa-hifa cendawan yang mampu menembus poripori tanah dan memperluas daerah penyerapan air, dan sebagai proteksi dari serangan patogen akar (Brundrett et al. 1994 ; Smith dan Read 1997). Namun pemanfaatan CMA sebagai agen hayati masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala seperti spesifikasi dari CMA itu sendiri, terbatasnya jumlah inokulum yang efektif untuk diaplikasikan di lapangan, ketidakkonsistenan mutu inokulum dan pengaruhnya terhadap tanaman memerlukan waktu yang lama dibandingkan pupuk anorganik. Respon yang lambat pada pertumbuhan tanaman mengakibatkan konsumen lebih tertarik menggunakan pupuk

anorganik. Selain itu informasi terbatas dan kurangnya sosialisasi ke masyarakat tentang CMA. Oleh sebab itu perbaikan mutu inokulum merupakan hal penting sehingga dapat mengurangi dosis inokulum jika diaplikasikan ke tanaman dan dapat mempercepat responnya. Inokulum CMA dengan mutu yang baik dapat diperoleh jika persyaratan produksi inokulum dapat terpenuhi seperti pemiliha n tanaman inang yang sesuai, media pertumbuhan, penambahan pupuk dan lingkungan yang cocok untuk perbanyakan cendawannya. Menurut Mansur (2002), perbanyakan inokulum CMA dapat dikatakan berhasil jika kolonisasi CMA intensif (dapat diamati dari hifa yang mengolonisasi jaringan perakaran) dan jumlah spora yang dihasilkan tinggi (kurang lebih 100 spora per 10 g media). Masalah yang cenderung banyak diulas dan sering terjadi dalam produksi inokulum CMA adalah kondisi hara media yang digunakan menjadi penyebab kegagalan terjadinya infeksi atau kolonisasi cendawan mikoriza pada akar inangnya (Sieverding 1991; Bagyaraj 1991; Marschner 1992; Brundrett 1994; Smith dan Read 1997). Sehingga perlu dicobakan berbagai jenis pupuk dan dosis yang tepat dalam rangka meningkatkan mutu inokulum CMA. Penggunaan inokulum CMA yang baik merupakan langkah efisien dalam menunjang peningkatan pertumbuhan tanaman di pembibitan dan keberhasilan pada saat pemindahan kelapangan. Salah satu alternatif pupuk yang dapat ditambahkan pada in okulum CMA adalah pupuk organik vermikompos. Vermikompos dihasilkan dari kemampuan beberapa cacing tanah dalam mengkonsumsi residu organik seperti limbah rumah tangga, limbah industri seperti bubur kayu, residu panen seperti sayuran, daundaunan, dedak padi, dedak jagung, kotoran ternak, kompos dan sebagainya (Ndegwa et al. 1999). Vermikompos merupakan pupuk berkualitas tinggi sebab mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sebelum mendapatkan manfaat dari asosiasinya dengan cendawan. Sela in itu vermikompos yang merupakan pupuk organik juga dapat membantu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Samosir 1994). Sehingga beberapa formulasi penggabungan media dan pupuk vermikompos perlu dicoba untuk mencari formulasi media yang tepat tanpa mengganggu proses infeksi dan perkembangan kolonisasi CMA.

Penelitian yang mengombinasikan CMA dan vermikompos masih terbatas pada bagaimana meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman, selain itu pemanfaatannya masih terbatas pada tanaman pertanian dan hortikultura (Sáinz et al. 1998; Vasanthi dan Kumaraswamy 1999; Rajkhowa et al. 2000). Selama ini belum ada penelitian yang memanfaatkan vermikompos sebagai pupuk dalam perbanyakan inokulum CMA. Oleh sebab itu penelitian ini mencoba untuk melihat peluang pemanfaatan vermikompos dalam meningkatkan mutu inokulum CMA dan mencoba mendapatkan suatu formulasi inokulum CMA yang tidak hanya mengandung propagul CMA akan tetapi dapat juga digunakan sebagai pupuk untuk suplai unsur hara awal bagi tanaman. Formulasi inokulum yang diperoleh akan dicobakan pada tanaman kehutanan seperti jati Muna (Tectona grandis L.f.) sebagai salah satu tanaman kehutanan unggulan yang dapat digunakan dalam rehabilitasi hutan-hutan yang sudah rusak dan gundul. Verbenaceae merupakan salah satu famili pohon yang dikenal bersimbiosis dengan CMA (Turjaman et al. 2004). Jenis komersil dari famili ini contohnya adalah jati (Tectona grandis L.f.) yang memiliki prospek cerah. P roduk berbahan baku kayu jati memiliki pangsa pasar luas karena termasuk kayu berkualitas tinggi, tergolong ke dalam kelas kuat II dan kelas awet I-II, yang merupakan kayu yang paling banyak dipakai untuk segala jenis kontruksi bangunan, mebel, kerajinan dan lain-lain (Pandit dan Ramdan 2002). Sulawesi Tenggara khususnya Kabupaten Muna adalah salah satu daerah penghasil jati dan di kenal ada 2 jenis jati yaitu jati Muna dan jati Malabar Muna. Namun populasi jati Muna sekarang sudah semakin berkurang, dari 70.000 ha menjadi 1000 ha (MENHUT 1 2005). Hal tersebut mengindikasika n perlunya penyediaan semai untuk program rehabilitasi hutan guna mempertahankan populasi jati Muna yang sudah semakin langka. Rumusan Masalah Penelitian ini terdiri dari dua tahap, dimana penelitian pertama dilakukan untuk me nguji pengaruh aplikasi vermikompos terhadap kolonisasi dan pembentukan spora CMA, dengan mengombinasikan vermikompos dan zeolit untuk mencari formulasi yang tepat tanpa menghambat perkembangan CMA. Vermikompos digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman, pengganti hyponex merah yang sering digunakan dalam produksi inokulum sebagai pupuk dengan ketersediaan P yang

rendah. Jenis CMA yang diperbanyak adalah Glomus etunicatum dan Glomus sp. (endogenous), dimana jenis CMA yang berbeda juga memiliki kemampuan yang berbeda dalam mentolerir pemberian pupuk. Sehingga permasalahan yang harus dijawab pertama adalah bagaimanakah respon kedua jenis CMA tersebut terhadap penambahan vermikompos. Pertanyaan kedua adalah apakah penambahan vermikompos dapat meningkatkan mutu inokulum CMA. Penelitian kedua dilakukan untuk menguji pengaruh inokulum hasil perbanyakan terhadap semai jati Muna. Inokulum hasil perbanyakan mengandung CMA dan residu vermikompos yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hara pada awal pertumbuhan tanaman, sehingga pertanyaa n ketiga yang harus dijawab adalah apakah formulasi inokulum CMA dan vermikompos dapat meningkatkan pertumbuhan jati Muna di persemaian. Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dari penelitian yang dilakukan disajikan pada Gambar 1. Upaya rehabilitasi hutan Kondisi lahan yang kurang mendukung untuk pertumbuhan semai Input alternatif teknologi agen hayati cendawan mikoriza arbuskula (CMA)

Kendala dalam perbanyakan, mutu inokulum yang rendah ` Teknik perbanyakan inokulum CMA Tanaman inang dan media tumbuh Pemupukan, aerasi dan air Cahaya dan temperatur Pemangkasan dan bahan kimia Pupuk organik vermikompos Pupuk anorganik (hyponex) Suplai hara bagi tanaman inang Perbaikan pertumbuhan tanaman inang tidak Peningkatan jumlah propagul Ya Formulasi inokulum (Propagul CMA dan residu vermikompos) Inokulum CMA bermutu Peningkatan pertumbuhan semai jati Muna Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian penggunaan vermikompos dalam meningkatkan mutu inokulum cendawan mikoriza arbuskula untuk jati Muna Tujuan pene litian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji respon jenis CMA terseleksi G. etunicatum dan Glomus sp. terhadap penambahan vermikompos. 2. Untuk menguji penambahan vermikompos dalam meningkatkan mutu inokulum CMA 3. Untuk menguji formulasi inokulum CMA dan vermikompos dalam meningkatkan pertumbuhan semai jati Muna. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan mengenai kombinasi vermikompos yang tepat dalam perbanyakan inokulum CMA, serta formulasi yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan semai jati Muna. Hipotesis 1. Kedua jenis CMA memiliki respon yang berbeda terhadap penambahan vermikompos 2. Penambahan vermikompos dapat meningkatkan mutu inokulum CMA 3. Aplikasi formulasi inokulum CMA dan vermikompos dapat meningkatkan pertumbuhan semai jati Muna di persemaian TINJAUAN PUSTAKA Cendawan mikoriza arbuskula (CMA)