BAB 1 : PENDAHULUAN. preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jika dikaitkan dengan produktivitas kerja (Kementerian Kesehatan, 2005). Gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menjadi tolok ukur Indeks. Pembangunan Manusia adalah umur harapan hidup. Faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB I. PENDAHULUAN A.

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

Analisis Pendayagunaan Tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat Di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Kota Semarang Tahun 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. fungsional terdepan sesuai dengan keputusan MENKES No. 128/ MENKES/ SK/ II/ 2004/ tanggal 10 Februari 2004 tentang kebijakan dasar

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di pengaruhi oleh empat faktor utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Dalam rangka melaksanakan kebijakan otonomi daerah, desentralisasi merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

BAB I LATAR BELAKANG

Administrasi dan Kebijakan Upaya Kesehatan Perorangan. Amal Sjaaf Dep. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM UI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

DUKUNGAN DAN PERAN BADAN PPSDM KESEHATAN DALAM PENINGKATAN MUTU PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. izin penyelenggaraan Rumah Sakit Khusus Pemerintah dari Gubernur Jawa

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENUTUP. wilayah kerjanya. Sejak didirikan tahun 1976, Puskesmas ini bernama. Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Semarang Timur, berubah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan di Indonesia diatur dalam Undang Undang Republik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB IV PENUTUP. 1. Ketentuan Hukum dan Pelaksanaan Kelas Ibu hamil di Puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

PENINGKATAN PELAYANAN GIZI DALAM MENUNJANG AKREDITASI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal (Nursalam, 2013). Keperawatan merupakan indikator dari kualitas

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (SDMK) DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

PENGANTAR. xi P a g e

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

Rumah Sakit Umum Kelas C Di Kabupaten Wonosobo

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat terwujud dengan perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. prioritas (Nawa Cita) dimana agenda ke-5 (lima) yaitu meningkatkan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN. lainnya baik pemerintah maupun swasta. Puskesmas merupakan upaya pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

jaminan kesehatan nasional. (Kemenkes, 2015).

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia yang mengacu pada

PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) RUMAH SAKIT UMUM NEGARA KABUPATEN JEMBRANA

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

prasarana, sumberdaya manusia, kefarmasian, dan peralatan. (2)

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas adalah fasilitas sarana pelayanan kesehatan terdepan dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di seluruh Tanah Air, utamanya dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Keberhasilan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan kesehatan. Puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. (1) Fungsi Puskesmas yang semula lebih berorientasi kepada upaya kuratif dan rehabilitatif, bergeser kepada upaya preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Fungsi Puskesmas juga semakin kompleks karena menjadi pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat tingkat pertama yaitu meliputi pelayanan kesehatan perorangan dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pembangunan suatu bangsa memerlukan dua asset utama atau daya yang disebut sumber daya (resource), yakni sumber daya alam (natural resources) dan sumber daya manusia (human resources). Kedua sumber daya tersebut sangat

penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan. Sumber daya manusia dapat kita lihat dari dua aspek, yakni kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia, sedangkan kualitas menyangkut kemampuan, baik kemampuan fisik maupun kemampuan non-fisik (kecerdasan dan mental) (2). Keberhasilan program Puskesmas tentunya tergantung pada sumber daya tersebut, khususnya Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) salah satunya adalah tenaga SKM. SDM kesehatan dapat dikatakan merupakan jantung dari SKN (Sistem Kesehatan Nasional). Tanpa adanya tenaga yang menjadi penggerak dan melayani, maka pilar-pilar yang lain dalam SKN menjadi tidak berjalan, begi juga sebaliknya. Untuk melaksanakan fungsi Puskesmas tersebut tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat ikut serta mempunyai tanggungjawab dalam melaksanakan tugas dan fungsi Puskesmas serta bertanggungjawab atas keberhasilan program Puskesamas. Dalam lingkungan institusi pendidikan tinggi bagi tenaga kesehatan di Indonesia, kedudukan materi ilmu kesehatan masyarakat baik sebagai ilmu maupun pengetahuan dan teknologi dirasakan semakin penting peranannya. Sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu kesehatan masyarakat telah dikembangkan dari induknya yaitu ilmu kedokteran. Awalnya IKM memang telah berkembang sebagai salah satu bagian dari ilmu kedokteran, sehingga ruang lingkup ipteknya banyak tumpang tindih dengan ilmu induknya tersebut bahkan dasar-dasarnya sebagian besar sama, hanya beda pada beban muatan materinya. Perbedaan IKM dengan ilmu kedokteran terlihat pada tingkat Para-Klinik, yaitu di fakultas kedokteran lalu mengarah ke klinik, sedangkan pada tingkat yang setara di FKM arahnya menuju ke materi iptek yang khusus IKM dengan berbagai peminatan-peminatan yang tersedia, seperti: AKK (Administrasi Kebijakan

Kesehatan), Epidemologi, Bio-Statistik, KL/KK (Kesehatan Lingkungan/Kesehatan Kerja), PK/IP (Pendidikan Kesehatan/Ilmu Perilaku), dan lain-lain. Dalam definisi IKM menurut Winslow (1920) yang seolah-olah menunjukan pemisahan peran bidang kedokteran dalam bidang kesehatan masyarakat. Pemisahan peran yang demikian sekarang sudah tidak relevan dan tidak perlu lagi dipersoalkan karena pada hakikatnya dalam segala komponen peran keduanya hampir tidak terpisahkan secara jelas. Perlu untuk mengembangkan jalur khusus yang bisa menampung perkembangan ilmu kesehatan masyarakat. Dengan adanya perkembangan pengetahuan tersebut, supaya lebih dalam dan lebih luas penguasaan materi ilmu kesehatan masyarakat dibutuhkan kurikulum untuk tenaga kesehatan yang mengkhususkan kompetensinya dalam materi Ilmu Kesehatan Masyarakat. (3) Sarjana Kesehatan Masyarakat memiliki kompetensi yang unggul, seperti yang dijelaskan dalam profil kesehatan masyarakat. Kompetensi unggul Kesehatan Masyarakat terdiri dari tujuh poin penting yang biasa disingkat menjadi MIRACLE (Manage, Innovator, Role Model, Apprentice, Communitarian, Leader dan Educator) yang tercantum dalam profil SKM. Tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) baik strata satu maupun strata dua adalah salah satu tenaga di bidang kesehatan yang memiliki ilmu manajemen yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Indonesia seakan menjadi nafas baru bahkan inspirasi bagi dunia akan kebuntuan masalah kesehatan melalui inovasi tenaga Kesehatan mewujudkan cita cita bangsa melalui paradigma sehat. Fokus paradigma sehat sesuai rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 adalah meningkatkan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif

dan rehabilitative. (4) Promotif merupakah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan (menjaga/mengupayakan untuk tetap atau kembali hidup sehat). Sedangkan preventif merupakan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. Penempatan lulusan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, dapat ditempatkan pada formasi sebagai berikut: area struktural dan fungsional. Tenaga fungsional dapat diposisikan sebagai: tenaga Promosi Kesehatan, epidemiolog kesehatan, sanitarian, penyuluh kesehatan masyarakat, pranata laboratorium kesehatan, administrator kesehatan dan kesehatan kerja. Sedangkan untuk bagian struktural di posisikan di bagian yang meliputi bagian pelayanan penunjang medik, bagian pendidikan dan pelatihan, bagian administrasi umum dan keuangan, bagian sumber daya manusia, bagian sarana medik. Secara rinci sebagian permasalan pembangunan kesehatan Indonesia adalah kekurangan SDM termasuk tenaga kesehatan masyarakat. Kekurangan yang sangat signifikan tenaga kesehatan masyarakat dan persebaranya di Indonesia menjadi salah satu penyebab yang mengakibatkan melambanya pembangunan kesehatan. Jika merujuk bahwa keberhasilan pembangunan kesehatan itu 80 % ditentukan oleh SDM selain pembiayaan tentu upaya realisasi masalah tersebut perlu dikedepankan. (5) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014, bahwa setiap Puskesmas yang Berada di wilayah perkotaan minimal harus memiliki 2 tenaga Kesehatan Masyarakat, baik di Puskesmas rawatan maupun non rawatan. (6) Jumlah puskesmas di Indonesia sampai dengan Desember 2014 sebanyak 9.731 unit. Jumlah tersebut terdiri dari 3.378 unit puskesmas rawat inap dan 6.353 unit

puskesmas non rawat inap. Jumlah Puskesmas di Indonesia yang tidak memiliki tenaga kesehatan masyarakat (keadaan sampai dengan 1 Januari 2014) adalah 2778 (28,9%). Berdasarkan Sumber Rencana pengembangan tenaga kesehatan 2011-2025, Kemenkes RI, Ghwa, & Giz, 2011 kebutuhan tenaga SKM di Indonesia untuk Puskesmas tahun 2014 adalah 9.005 orang, kekurangannya adalah 3.246 orang (36,04%). Sedangkan untuk tahun 2019 kebutuhan tenaga SKM di Puskesmas adalah 8.558 orang, kekurangannya adalah 679 orang (7,9%). (7) Jumlah Puskesmas yang ada di Kota Padang adalah 22 Puskesmas dan jumlah tenaga SKM yang bekerja di seluruh Puskesmas Kota Padang Pada tahun 2015 adalah 17 orang. Dari 22 Puskesmas di Kota Padang hanya 2 Puskesmas (11,8%) yang memenuhi standar minimal sesuai ketentuan tersebut, 13 Puskesmas (76,5%) hanya memiliki 1 orang tenaga kesehatan masyarakat, sisanya 7 Puskesmas (41,2%) sama sekali tidak memiliki tenaga kesehatan masyarakat. (8) Dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak seluruh Puskesmas mempunyai tenaga SKM. Selain itu belum diketahui apakah semua tenaga SKM sudah bekerja sesuai tugas pokok dan fungsi SKM berdasarkan latar belakang jurusan pendidikannya di Fakultas Kesehatan Masyarakat. Peraturan Menteri Kesehatan No. 33 tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan juga menjelaskan bahwa perencanaan SDM Kesehatan di Puskesmas dapat dilakukan dengan metode Standar Ketenagaan Minimal atau metode ABK Kes ( Analisis Beban Kerja Kesehatan). (9) Sebelumnya penelitian pernah di lakukan oleh seorang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan yang meneliti tentang pendayagunaan Tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Kota

Semarang Tahun 2013. Dari penelitian tersebut didapatkan gambaran yaitu bahwa dalam penempatan SKM masih didasari pada kebutuhan dan belum disesuaikan dengan kompetensinya sehingga terjadi ketidak sesuaian uraian tugas dengan kemampuannya. (3) Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk menganalisa bagaimanakah gambaran pendayagunaan tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat di Puskesmas yang ada di Kota Padang. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penelitian ini difokuskan untuk menjawab rumusan permasalahan yaitu bagaimana kondisi pendayagunaan tenaga SKM di Puskesmas Kota Padang Tahun 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Didapatkannya informasi tentang pendayagunaan tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) yang bekerja di Puskesmas di Kota Padang yang diharapkan dapat berguna sebagai pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kota Padang dalam hal pendayagunaan tenaga SKM tersebut. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahui jumlah tenaga SKM di Puskesmas kota Padang. 2. Diketahui latar belakang peminatan pendidikan SKM di Puskesmas. 3. Diketahui gambaran kompetensi tenaga SKM di Puskesmas Kota Padang. 4. Diketahui uraian tugas tenaga SKM di Puskesmas Kota Padang. 5. Diketahui gambaran Pengembangan tenaga SKM di Puskesmas Kota Padang.

6. Diketahui pendayagunaan tenaga SKM di Puskesmas Kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Penelitian ini dapat sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut terkait dengan pendayagunaan tenaga SKM. 2. Bagi Pemerintahan Kota Padang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan kepada Pemerintah Kota Padang khususnya Dinas Kesehatan terkait dengan perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan khususnya tenaga SKM. 3. Bagi para kepala puskesmas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pengelolaan SDM kesehatan khususnya tenaga SKM untuk disesuaikan dengan kebutuhan serta untuk memaximalkan keberhasilan program-program puskesmas. 4. Bagi peneliti. Untuk menambah pengetahuan serta syarat untuk lulus sebagai Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup pada penelitian ini yaitu analisa Pendayagunaan Tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat di Puskesmas di Kota Padang Pada Tahun 2016. Penelitian ini akan di lakukan pada tenaga SKM yang ada di Puskesmas di Kota Padang. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengambilan sampel nya yakni secara purposive sampling.