2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I Pengembangan Museum Kereta Api di Ambarawa Penekanan pada fasilitas museum yang Variatif dan atraktif

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

Tabel 1.1. Data kunjungan wisatawan ke kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1 Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict

MODUL III PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984)

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan. 4. Sarana : Segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

BADAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Badan. Pasal 93

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2016

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DAERAH

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Prima Charismaldy Ramadhan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat dimana berbagai informasi yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

V. KONSEP PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Monumen Palagan Dan Museum Isdiman Di Ambarawa

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

- 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

Pelestarian Cagar Budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia, banyak objek wisata yang telah menarik perhatian para

T A Y O G R T A WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan daerah tujuan wisata utama setelah Bali.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 NOMOR 30 TAHUN 2008

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Museum dalam Sejarahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Jakarta Barat merupakan salah satu bagian yang memiliki kedudukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang besar adalah bangsa yang yang menghargai sejarah. Mempelajari sejarah berarti belajar dari pengalaman tentang hal yang telah terjadi di masa lalu. Keberhasilan yang terjadi di masa lalu dapat memberikan pengalaman yang berharga, sedangkan kegagalan yang terjadi di masa lalu merupakan pelajaran serta dapat menjadi inspirasi untuk masa yang akan datang. Sejarah juga dapat menjadi sarana rekreatif dengan memberikan kesenangan estetis yang didapat dari karya sastra sampai peninggalan bersejarah yang kemudian menjadikannya sebagai wisata intelektual dan imajinasi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Kegiatan wisata tersebut dapat dilakukan seolah-olah sang penikmat sejarah dapat mengarungi ruang dan waktu dan bepergian ke tempat yang berbeda dengan situasi yang berbeda tanpa harus beranjak dari tempat duduknya.terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menikmati kegiatan wisata ini. Salah satunya adalah dengan mengunjungi bangunan bersejarah dan museum. Bangunan-bangunan bersejarah tersebut pada masa ini dijadikan sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang menjelaskan bahwa : 1. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. 2. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.

2 3. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. 4. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia. 5. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. 6. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Berdasarkan data tahun 2008 tentang daftar kawasan dan bangunan cagar budaya, terdapat sekitar 200 lebih bangunan bersejarah peninggalan jaman penjajahan dahulu yang masih terawat maupun yang sudah tidak terawat atau terbengkalai. Keberadaan bangunan bersejarah tersebut sedikit banyak memberi pengaruh terhadap kepariwisataan Kota Bandung. Selain itu, sangat penting juga menjaga nilai-nilai sejarah yang terkandung didalam bangunan-bangunan tersebut demi kepentingan ilmu pengetahuan dan warisan budaya Indonesia. Dengan adanya cagar budaya di Kota Bandung ini, pariwisata Indonesia akan menjadi lebih variatif. Pada tanggal 23 Desember 2010 bertempat di jalan Inggit Garnasih No. 8, Ciateul, Bandung, diresmikan sebuah bangunan bersejarah yang disebut oleh pemerintah sebagai cagar budaya dengan nama Rumah Bersejarah Inggit Garnasih (Pikiran-Rakyat.com). Dalam buku Kajian Tentang Perjuangan Inggit Garnasih karya Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, M.S., rumah yang terakhir didiami oleh Inggit Garnasih, yaitu Rumah Bersejarah Inggit Garnasih, telah dijadikan museum di bawah pengawasan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat sekitar tahun 1997. Rumah Bersejarah Inggit Garnasih ini menambah daftar bangunan

3 cagar budaya di Bandung. Bangunan rumah dengan luas 150 meter persegi yang memiliki enam ruangan ini merupakan peninggalan bersejarah dari istri kedua mantan orang nomor satu di Indonesia, Ir. Sukarno. Bangunan yang diresmikan oleh istri Gubernur Jawa Barat, Netty Heryawan, diharapkan dapat menjadi pemicu ide-ide perempuan Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat. Rumah ini juga diharapkan dapat berfungsi sebagai pemahaman dan pemanfaatan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pariwisata demi kesadaran akan jati diri bangsa dan kepentingan nasional. Tidak banyak perabotan yang terdapat di rumah bersejarah ini. Namun dapat dijumpai beberapa koleksi foto Ibu Inggit Garnasih beserta keterangannya. Terdapat juga salah satu peninggalan bersejarah yang menarik, yaitu replika batu pipisan yang pada jaman dulu sering digunakan untuk membuat jamu oleh Ibu Inggit Garnasih sebagai mata pencaharian dan penyambung hidup wanita hebat tersebut. Selain itu, masih terdapat ruang baca presiden pertama Indonesia, Ir. Sukarno yang didalamnya terdapat surat nikah dan surat cerai antara Ir. Sukarno dan Ibu Inggit Garnasih. Di dalam rumah ini juga dipajang Piagam Penghargaan Satya Lancana Perintis Kemerdekaan yang diberikan oleh Ir. Sukarno kepada Ibu Inggit Garnasih. Barang-barang peninggalan sejarah tersebutlah yang dapat menjadi potensi wisata edukatif sekaligus rekreatif bagi masyarakat yang berkunjung ke rumah bersejarah tersebut. Namun pada kenyataannya, banyak orang yang tidak mengenal Rumah Ibu Inggit Garnasih ini. Rumah yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya para pelopor kemerdekaan itu pernah menjadi rumah yang terbengkalai sebelum akhirnya dibeli oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Padahal, dalam Perda Kota Bandung Nomor 19 tahun 2009 Pasal 8 dikatakan bahwa setiap orang berkewajiban menjaga kelestarian kawasan dan/atau bangunan cagar budaya serta mencegah dan menanggulangi kerusakan kawasan dan/atau bangunan cagar budaya. Namun, peneliti merasa kurangnya pengembangan yang dilakukan di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih menjadi salah satu penyebab kurangnya minat masyarakat untuk mengunjungi rumah bersejarah ini, sehingga masyarakat kurang mengetahui keberadaan rumah ini.

4 Selain itu, Rumah Bersejarah Inggit Garnasih ini memiliki nilai sejarah yang dapat menjadi media pembelajaran bagi pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum. Namun sampai saat ini, rumah tersebut tidak dapat digunakan secara maksimal sebagai bahan pembelajaran, sehingga tidak banyak yang mengenal sosok salah satu pahlawan kemerdekaan ini. Selain itu, kisah hidup Ibu Inggit Garnasih ini dapat dijadikan contoh bagi kaum wanita dalam mempertahankan rasa nasionalisme dan sisi feminim ciri khas wanita tanah Sunda. Sangat banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari sosok ibu bangsa ini, tidak hanya sejarahnya, tapi juga perilaku dan kesabarannya dalam mendukung Presiden pertama RI untuk mempertahankan bangsanya. Menurut peneliti, hal diatas juga didukung dengan kurangnya perhatian pemerintah dalam pengembangan atraksi maupun promosi salah satu cagar budaya ini. Meskipun telah diresmikan menjadi rumah yang bernilai sejarah, namun keberadaan rumah ini masih kurang menarik perhatian masyarakat. Dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 19 Tahun 2009 Bab 3 Pasal 5 Poin D menyebutkan bahwa pemerintah daerah memiliki wewenang dan kewajiban untuk mengatur lebih lanjut hal-hal khusus dalam suatu perencanaan dan/atau pelaksanaan kegiatan pengelolaan serta pemugaran dan pemulihan kawasan dan bangunan cagar budaya. Namun masih belum terlihat dengan jelas peran pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan Rumah Bersejarah Inggit Garnasih ini. Dalam pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti, kondisi Rumah Bersejarah Inggit Garnasih kurang menarik minat pengunjung. Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh peneliti maupun wisatawan lainnya saat berkunjung ke sana. Tidak banyak pula objek yang dapat dilihat disana. Belum lagi tidak adanya benda atau souvenir yang dapat dibawa pulang oleh wisatawan menjadikan Rumah Bersejarah Inggit Garnasih kurang diminati oleh wisatawan baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar negeri. Bila dikaji lebih dalam, ternyata masih banyak potensi di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih yang masih perlu dikembangkan. Potensi-potensi tersebut jika dikembangkan lebih lanjut dapat menjadi atraksi wisata yang dapat menarik minat

5 wisatawan untuk mengunjungi tempat bersejarah ini. Dengan dikembangkannya potensi tersebut, wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata edukasi dan dapat lebih mengenal sejarah yang terdapat di Kota Bandung, khususnya sejarah tentang Ibu Inggit Garnasih dan Presiden RI pertama. Berbagai kondisi diatas membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sebagai bentuk apresiasi mahasiswa terhadap pelestarian peninggalan sejarah dan fungsinya sebagai salah satu objek wisata di Kota Bandung. Maka dari itu peneliti mengambil judul Pengembangan Atraksi Wisata di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih, Bandung guna menjadikan Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sebagai salah satu objek wisata yang dapat dikenal secara luas dan dapat memberikan kesadaran akan jati diri bangsa. B. Identifikasi Masalah Adapun masalah yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah pengembangan atraksi wisata di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih. Potensi yang dimiliki oleh Rumah Bersejarah Inggit Garnasih masih belum dikembangkan secara maksimal. Selain itu, nilai sejarah yang terkandung di dalam bangunan bersejarah ini kurang diketahui oleh masyarakat luas. Penelitian ini difokuskan untuk masalah pengembangan atraksi wisata di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sehingga potensi yang dimiliki oleh bangunan bersejarah ini dapat dimaksimalkan dan dapat lebih menarik perhatian masyarakat. C. Rumusan Masalah berikut : Dari identifikasi masalah diatas, peneliti merumuskan masalah sebagai 1. Bagaimana nilai sejarah yang terkandung dalam Rumah Bersejarah Inggit Garnasih? 2. Apa saja dan bagaimana atraksi wisata yang ada di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih? 3. Pengembangan atraksi wisata apa saja yang dapat dilakukan di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih?

6 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji nilai sejarah yang terkandung dalam Rumah Bersejarah Inggit Garnasih. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis atraksi wisata yang telah ada di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih. 3. Menganalisis pengembangan atraksi wisata di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih. E. Manfaat Penelitian Setelah Peneliti mengkaji permasalahan yang ada, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa manfaat dari Penelitian ini. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti sendiri, sebagai insan pariwisata harus dapat mengembangkan potensi wisata yang terdapat di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih sebagai salah satu bangunan bersejarah yang dapat dijadikan objek wisata di Kota Bandung. 2. Bagi pengelola, sebagai masukan untuk mendorong perkembangan industri pariwisata khususnya bangunan bersejarah dan museum agar dapat menjadi objek wisata baru yang edukatif dan rekreatif. 3. Bagi masyarakat, sebagai wacana agar dapat mengenal Rumah Bersejarah Inggit Garnasih dan menjadikannya sebagai salah satu tujuan wisata yang edukatif dan rekreatif. F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka peneliti memaparkan definisi operasional sebagai berikut : 1. Pengembangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha atau suatu cara yang dilakukan untuk membuat suatu sesuatu yang dapat dilihat dan dinikmati manusia menjadi lebih baik dan menimbulkan perasaan senang, sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung.

7 2. Atraksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sesuatu yang menarik perhatian atau daya tarik. Atraksi wisata dalam penelitian ini adalah daya tarik dari seni, budaya, warisan sejarah, tradisi, kekayaan alam atau hiburan yang terdapat di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih dan dapat menarik wisatawan untuk datang ke Rumah Bersejarah Inggit Garnasih tersebut. 3. Museum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah museum menurut International Council of Museum yang mendefinisikan museum sebagai sebuah lembaga yang tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk khalayak umum, merawat, meneliti, menginformasikan dan memamerkan untuk tujuan studi, pendidikan dan kesenangan benda-benda pembuktian manusia dan lingkungannya untuk tujuan study dan rekreasi. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, serta definisi operasional. 2. BAB II KAJIAN TEORI Berisi seputar teori dan kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini. 3. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini dijabarkan mengenai metode yang digunakan dalam mencapai tujuan penelitian yang diharapkan. 4. BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini semua hasil temuan selama penelitian akan dijelaskan dan dibahas berdasarkan teori yang berlaku. 5. BAB V KESIMPULAN & REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian beserta rekomendasinya.