PENINGKATAN PERFORMANSI BENIH KACANGAN DENGAN PERLAKUAN INVIGORASI. Agus Ruliyansyah 1

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

PERLAKUAN MATRICONDITIONING BENIH SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN VIGOR DAN VIABILITAS BENIH

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merr.) memiliki nilai ekonomi yang cukup

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan tanaman diawali oleh proses perkecambahan, ada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. baku industri, pakan ternak, dan sebagai bahan baku obat-obatan. Di Indonesia,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam

(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tembakau termasuk dalam family Solanaceae yang banyak di. budidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Perbanyakan tanaman

Seed Coating untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Kakao. Sulistyani Pancaningtyas 1)

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

PENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNG. Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas dan Vigor Benih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. secara umum dapat dikeringkan hingga kadar air 5% tanpa kerusakan. Karena sifat ini,

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

TINJAUAN PUSTAKA. rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40%

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

II. TINJAUAN PUSTAKA. saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara, Eropa,

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat bergerak bebas yang pertumbuhan

MAKALAH SEMINAR UMUM. ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam al-qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

BAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan

PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

PENGARUH PERLAKUAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH JAGUNG (Zea mays L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

I. PENDAHULUAN. Cabe merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman hortikultura yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang

PENGERTIAN. tanaman atau bagian tanaman akibat adanya

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan

Sri Wira Karina 1), Elis Kartika 2), dan Sosiawan Nusifera 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010)

PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU. Disusun oleh: Madania Asshagab Nur Fifa Rifa atus shalihah Sarinah Sri Rahmisari Rembulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

Perkebunan dan Lahan Tropika ISSN: 2088-6381 J. Tek. Perkebunan & PSDL Vol 1, Juni 2011,hal 13-18 PENINGKATAN PERFORMANSI BENIH KACANGAN DENGAN PERLAKUAN INVIGORASI Agus Ruliyansyah 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media perlakuan invigorasi yang terbaik terhadap peningkatan performansi benih kedelai. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Waktu pelaksanaan penelitian selama delapan minggu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen lapangan dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 4 ulangan yaitu: kontrol, abu gosok, serbuk gergaji, larutan KNO 3 2% dan larutan NaCl 2%. Variabel pengamatan dalam penelitian ini adalah daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah. Invigorasi yang menggunakan serbuk gergaji merupakan perlakuan terbaik dari perlakuan lainnya dilihat dari kamampuan benih untuk memulihkan integritas membran sehingga dapat memulihkan atau mengurangi kebocoran sel ketika proses imbibisi berlangsung dan mengurangi perubahan metabolik selama perkecambahan. Perlakuan serbuk gergaji telah mampu menghasilkan rerata daya berkecambah, keserempakan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kata kunci: Benih, invigorasi, performansi, vigor PENDAHULUAN Jenis tanaman kacang-kacangan sering digunakan sebagai tanaman penutup tanah pada lahan perkebunan sawit. Jenis kacangkacangan mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat menambah nitrogen di dalam tanah, sumber pupuk hijau dan tingkat persaingan perakaran yang rendah terhadap tanaman utama. Penanaman kacang-kacangan dapat dilakukan dengan menggunakan benih atau stek. Namun penggunaan benih kacangkacangan mempunyai beberapa kendala yaitu sangat pendeknya kemampuan daya simpan benih, yaitu daya tumbuhnya hanya tahan selama 3 bulan. Benih bermutu merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam budidaya. Suplai benih untuk musim tanam berikutnya, mengharuskan terjadinya proses penyimpanan benih. Apabila penyimpanan tidak ditangani dengan baik, maka benih akan mudah mengalami kemunduran sehingga mutunya menjadi rendah. Menurut Rukmana dan Yuniarsih (1999), benih yang baik dan bermutu tinggi 1 Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Pontianak merupakan faktor penentu keberhasilan usahatani kedelai. Benih kedelai yang disebarluaskan dan siap ditanam para petani adalah Benih Sebar. Masalah utama yang sering dihadapi dalam perbenihan kedelai adalah sangat pendeknya kemampuan daya simpan benih, yaitu daya tumbuhnya hanya tahan selama 3 bulan. Berdasarkan kenyataan di lapangan diketahui bahwa benih kedelai yang dijual oleh toko-toko penyalur benih adalah benihbenih yang telah melewati masa simpan lebih dari 3 bulan dan disimpan pada kondisi tempat yang tidak baik sehingga menyebabkan mutu benih menurun. Dengan demikian ketika benih ditanam di lapangan oleh petani, benih tidak menunjukkan perkecambahan yang baik. Rendahnya mutu perkecambahan benih disebabkan oleh turunnya vigor dan viabilitas benih kedelai. Untuk mengatasinya dapat diberikan perlakuan invigorasi pada benih. Invigorasi sendiri adalah perlakuan yang diberikan untuk meningkatkan vigor benih yang ditunjukkan oleh perbaikan performansi benih baik secara fisiologis maupun biokemis, dengan berbagai perlakuan benih pasca panen atau pratanam (Ilyas, 2001). 13

Agus Ruliyansyah J. Perkebunan & Lahan Tropika, Vol. 1, Juni 2011 Berbagai cara dapat dilakukan sehubungan dengan perlakuan invigorasi benih sebelum tanam yaitu osmoconditioning, priming, moisturizing, hardening, humidification, solid matrix priming, matriconditioning dan hydropriming. Namun cara yang umum digunakan adalah matriconditioning dan osmoconditioning. Matriconditioning menggunakan bahan padat lembab seperti Micro-Cel E, Vermikulit, abu gosok dan serbuk gergaji. Sedangkan osmoconditioning menggunakan larutan osmotik seperti PEG, KH 2 PO 4, KNO 3, dan NaCl. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media perlakuan invigorasi yang terbaik terhadap peningkatan performansi benih kedelai. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Waktu pelaksanaan penelitian selama delapan minggu. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai yang telah mengalami penurunan daya tumbuh, yaitu daya tumbuhnya berkisar 63%, abu gosok hasil pembakaran sekam padi, serbuk kayu hasil gergaji, KNO 3,NaCl, aquades, wadah, batang pengaduk, pinset, kertas merang, plastik, aquarium air pump, selang pelastik, botol kaca, timbangan analitik, hand sprayer, kertas label, termometer, dan higrometer. Metode eksperimen lapangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan yaitu: p 0 (kontrol; aquades), p 1 (abu gosok), p 2 (serbuk gergaji), p 3 (larutan KNO 3 2%), p 4 (larutan NaCl 2%). Masing-masing perlakuan terdiri dari 4 ulangan, tiap ulangan terdiri dari 4 unit dan tiap unit terdiri dari 100 benih. Uji lanjut untuk perlakuan yang berpengaruh nyata menggunakan kontras ortogonal. Media matriconditioning dengan bahan abu gosok disiapkan dengan diayak mengunakan ayakan yang berukuran 102 µm sehingga didapatkan partikel yang halus dan seragam. Pencampuran benih kedelai dengan perbandingan benih : abu : air adalah 1 : 3 : 5. Media matriconditioning dengan bahan serbuk gergaji diayak dengan ayakan yang berukuran 300 µm sehingga didapatkan partikel yang halus dan seragam. Pencampuran benih kedelai dengan perbandingan benih : serbuk gergaji : air adalah 2 : 5 : 7. Sedangkan media osmoconditioning adalah larutan KNO 3 2% dan larutan NaCl 2%. Perlakuan diberikan pada benih selama 24 jam. Variabel pengamatan teridiri dari daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah. Faktor lingkungan yang diamati adalah suhu dan kelembaban. HASIL DAN PEMBAHASAN Rekapitulasi hasil analisis keragaman daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan analisis keragaman ternyata invigorasi berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah, kecepatan pertumbuhan kecambah. Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis keragaman peningkatan performansi benih kedelai dengan perlakuan invigorasi Variabel Pengamatan Daya berkecambah Kecepatan tumbuh Keserempakan tumbuh Laju pertumbuhan kecambah F tabel 5% = 3,06 F tabel 1% = 4,89 Keterangan : ** = Berpengaruh Sangat Nyata F hitung 76,29 ** 31,50 ** 67,72 ** 9,80 ** 14

Agus Ruliyansyah Peningkatan Performansi Benih Pengaruh yang sangat nyata menunjukkan bahwa invigorasi mampu untuk meningkatkan performansi benih yang telah menurun performansinya. Menurut Ashari (1995), dalam kaitannya dengan proses perkecambahan benih maka sebelum embrio memulai aktivitasnya, selalu didahului dengan proses fisiologis hormon dan enzim yang kemudian menyebabkan terjadinya pembongkaran zat-zat cadangan makanan seperti karbohidrat, protein lemak, dan mineral. Proses kimiawi tersebut berperan sebagai penyedia energi yang kemudian akan digunakan dalam proses pertumbuhan yaitu perkecambahan. Perlakuan invigorasi merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi mutu benih yang rendah yaitu dengan cara memperlakukan benih sebelum tanam untuk mengaktifkan kegiatan metabolisme benih sehingga benih siap memasuki fase perkecambahan (Sutariati, 2001). Untuk mengetahui perbedaan pengaruh perlakuan yang diberikan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan metode kontras ortogonal pada masing-masing perlakuan. Tabel 2. Uji kontras ortogonal peningkatan performansi benih kedelai dengan perlakuan invigorasi terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan taju pertumbuhan kecambah F hitung Sumber Keragaman DB KcT KsT LPK 5% 1% Perlakuan 76,29** 31,50** 67,72** 9,80** 3,06 4,89 K vs M & O 4,60* 2,88 ns 6,33* 0,90 ns 4,54 8,68 M vs O 239,52** 100,63** 208,89** 25,80** 4,54 8,68 p 1 vs p 2 20,07** 1,50 ns 13,22** 0,15 ns 4,54 8,68 p 3 vs p 4 40,96** 21,00** 42,46** 12,25** 4,54 8,68 Keterangan : ** = Berbeda Sangat Nyata * = Berbeda Nyata ns = Tidak Berbeda Nyata K = Kontrol (p 0 ) M = Matriconditioning (p 1 dan p 2 ) O = Osmoconditioning (p 3 dan p 4 ) p 1 = Abu Gosok p 2 = Serbuk Gergaji p 3 = Larutan KNO 3 2% p 4 = Larutan NaCl 2% F tabel Berdasarkan hasil uji kontras ortogonal pada Tabel 2, diketahui bahwa perlakuan invigorasi berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan performansi benih kedelai seperti daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh dan laju pertumbuhan kecambah. Perlakuan invigorasi berbeda nyata dengan kontrol dalam meningkatkan daya berkecambah, keserempakan tumbuh tetapi tidak untuk kecepatan tumbuh dan laju pertumbuhan kecambahan. Invigorasi yang menggunakan teknik matriconditioning (p 1 dan p 2 ) berbeda sangat nyata dengan invigorasi yang menggunakan teknik osmoconditioning (p 3 dan p 4 ) dalam meningkatkan daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh dan laju pertumbuhan kecambah. Matriconditioning yang menggunakan serbuk gergaji (p 2 ) berbeda sangat nyata dengan matriconditioning yang menggunakan abu gosok (p 1 ) dalam meningkatkan daya berkecambah, keserempakan tumbuh, tetapi tidak untuk kecepatan tumbuh dan laju pertumbuhan kecambah. Osmoconditioning yang menggunakan larutan KNO 3 2% (p 3 ) berbeda sangat nyata dengan osmoconditioning yang menggunkan larutan NaCl 2% (p 4 ) dalam meningkatkan daya berkecambah, kecepatan pertumbuhan kecambah. Diduga perbedaan yang nyata pada variabel daya berkecambah serta keserempakan tumbuh antara benih yang diberikan perlakuan invigorasi dengan kontrol karena benih yang diberikan perlakuan invigorasi mengalami imbibisi air yang terkontrol sehingga air masuk kedalam benih secara perlahan sampai terjadi keseimbangan. Imbibisi yang terkontrol ini memungkinkan benih mengoptimalkan faktor internalnya untuk memulai perkecambahan seperti pemulihan integritas membran, karena benih yang telah deteriorasi membrannya mengalami kerusakan. Kerusakan membran ini juga mengakibatkan kerusakan dinding sel 15

Agus Ruliyansyah J. Perkebunan & Lahan Tropika, Vol. 1, Juni 2011 sehingga terjadi kebocoran jika benih berimbibisi. Terganggunya struktur membran akan menyebabkan berbagai perubahan metabolik, dapat dikurangi dengan cara mengimbibisi benih terlebih dahulu pada konsentrasi yang mengurangi laju penyerapan air (Powell dan Matthews, 1978 dalam Ilyas,1995). Selama perlakuan invigorasi juga terjadi perubahan aktivitas fisiologi dan biokimia di dalam benih. Beberapa jenis enzim yang erat kaitannya dengan perbaikan membran seperti ATPase, ACC sintetase dan isocitrate lyse meningkat selama perlakuan invigorasi. Perubahan komposisi lemak membran akibat aktivitas enzim tersebut menyebabkan meningkatnya integritas membran sehingga mengurangi kebocoran metabolik (Sutariati, 2001). Hubungan antara fase serapan air dengan metabolisme benih menurut Lakitan (1996) dapat diuraikan sebagai berikut: Penyerapan air pada fase I tidak tergantung pada proses metabolisme benih, sebaliknya hidrasi berbagai substansi yang terkandung dalam sel benih merupakan titik awal dari reaksi-reaksi biokimia yang akan berlangsung pada benih. Walaupun serapan air relatif terhenti pada fase II, namun pada fase ini metabolisme benih berlangsung secara aktif sebagai persiapan untuk perkecambahan benih. Penyerapan air pada fase III berkaitan dengan proses munculnya radikula. Berdasarkan keterangan tersebut, diduga bahwa pada benih yang telah mengalami kerusakan membran sel akibat proses penurunan mutu benih (deteriorasi) akan mengalami kebocoran pada saat imbibisi fase I sehingga mempengaruhi proses metabolisme yang terjadi pada fase II. Akumulasinya menyebabkan kegagalan benih untuk berkecambah atau berkecambah abnormal. Kuswanto (1996) juga menjelaskan bahwa benih yang telah mengalami penurunan (deteriorasi) bila mengalami imbibisi akan terjadi kebocoran membran sel sehingga ada unsur-unsur yang keluar dari benih. Kebocoran ini menyebabkan benih menjadi kekurangan bahan yang dapat dirombak untuk menghasilkan tenaga yang dibutuhkan untuk proses sintesis protein guna pembentukan dan pertumbuhan sel-sel, akibatnya akan banyak ditemukan kecambah abnormal atau bahkan benih yang tidak mampu berkecambah sama sekali. Imbibisi air merupakan proses awal perkecambahan benih yang diikuti oleh serangkaian proses lainnya seperti pencernaan, pengangkutan zat makanan, asimilasi, pernafasan dan pertumbuhan. Proses perkecambahan lebih lajut dijelaskan oleh Kamil (1986) yaitu setelah benih menyerap air, terjadi pengaktivan enzim-enzim yang kemudian masuk ke dalam endosperm dan mencerna zat makanan. Enzim amilase merobak pati menjadi gula seperti glukosa, fruktosa, atau sukrosa. Enzim lipase merombak lemak menjadi gliserin dan asam lemak, sedangkan enzim protease merombak protein menjadi asam amino. Pemberian perlakuan invigorasi ternyata belum dapat memperbaiki kecepatan tumbuh. Tidak berpengaruhnya pada kecepatan tumbuh diikuti pula oleh laju pertumbuhan kecambah sehingga antara benih yang diberi perlakuan dengan kontrol tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda. Hal ini terjadi karena perlakuan invigorasi belum dapat menyingkat waktu perkecambahan benih. Perbedaan yang sangat nyata juga terjadi antara matriconditioning yang menggunakan abu gosok dan serbuk gergaji dengan osmoconditioning yang menggunakan larutan KNO 3 2% dan larutan NaCl 2%. Diduga abu gosok dan serbuk gergaji yang digunakan untuk matriconditioning benih dapat menjadi sistem yang ideal untuk perbaikan membran dan memobilisasi enzim. Penggunaan abu gosok dan serbuk gergaji dianggap aman karena kedua bahan ini tidak mengandung senyawa yang dapat meracuni benih. Yunitasari dan Ilyas (1994) menjelaskan bahwa abu gosok dan serbuk gergaji merupakan bahan kimia inert yang tidak beracun. Abu gosok mengandung bahan yang sama dengan bentuk asalnya, yaitu jerami. Serbuk gergaji mengandung komponen kimia yang sama seperti dalam batang kayu. Kemampuan mengalirkan air yang tinggi dari media abu gosok dan serbuk gergaji terlihat jika media ini diberikan air secara berlebihan, media ini tidak larut tapi segera membentuk endapan. Sehingga abu gosok dan serbuk gergaji memiliki daya larut yang rendah dan tetap utuh selama conditioning. Menurut Yunitasari dan Ilyas (1994), abu gosok dan serbuk gergaji memiliki kapasitas daya pegang air tinggi. Hal ini dibuktikan dengan kapasitas daya pegang air tinggi pada keadaan jenuh. Abu gosok 165,68% dan 16

Agus Ruliyansyah Peningkatan Performansi Benih serbuk gergaji 451,58%. Luas permukaan yang besar ditunjukkan oleh kemampuan memegang air yang besar. Makin luas suatu tekstur makin luas permukaan efektifnya dan makin tinggi daya serapnya (kemampuan memegang air). Larutan KNO 3 2% dan larutan NaCl 2% pada penelitian ini terbukti tidak efektif dalam meningkatkan daya berkecambah, kecepatan pertumbuhan kecambah. Penggunaan kedua jenis larutan ini memberikan pengaruh yang buruk terhadap benih sehingga hasilnya lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol. Diduga larutan KNO 3 dan NaCl tidak cocok sebagai media omoconditioning benih kedelai. Menurut Ilyas (1994) penggunaan larutan garam untuk media priming dapat pula menimbulkan efek keracunan terhadap benih. Tipisnya kulit benih kedelai juga dapat menyebabkan embrio mengalami keracunan karena larutan garam dapat menerobos masuk hingga ke embrio. Lama perendaman selama 24 jam juga diduga belum tepat sehingga menyebabkan rendahnya perkecambahan benih karena perendaman yang terlalu lama dapat menyebabkan keracunan pada embrio.daya larut oksigen yang rendah pada KNO 3 dan NaCl dapat menjadi penyebab rendahnya perkecambahan karena benih yang telah turun mutunya setelah berimbibisi mempunyai laju respirasi yang rendah, sehingga laju respirasi yang rendah ditambah ketersedian oksigen yang sedikit menyebabkan benih gagal dalam berkecambah. Oksigen dalam proses respirasi sangat diperlukan untuk proses pembongkaran zat makanan untuk mendapatkan energi. Suplai oksigen dalam pelaksanan penelitian telah diusahakan dengan penggunaan aerator namun belum menunjukkan hasil yang baik. Menurut Byrd (1983), semua aksi dan reaksi fisik serta kimia memerlukan energi, demikian juga proses perkecambahan. Energi ini diperoleh melalui perombakan zat makanan dan subtrat lain melalui proses respirasi. Kekurangan oksigen menyebabkan energi yang digunakan untuk proses perkecambahan juga berkurang. Hasil uji lanjut yang dilakukan antara serbuk gergaji dengan abu gosok juga menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata pada daya berkecambah, dan keserempakan tumbuh. Serbuk gergaji menunjukkan hasil yang terbaik. Menurut Yunitasari dan Ilyas (1994), terdapat perbedaan kemampuan memegang air antara serbuk gergaji dengan abu gosok yang dipengaruhi oleh sifat fisik permukaan media. Serbuk gergaji memiliki sifat yang paling mudah menyerap air dan memiliki kemampuan memegang air yang tinggi dibandingkan dengan abu gosok. Perbedaan hasil perkecambahan antara perlakuan abu gosok dan serbuk gergaji sebagai media matriconditioning karena abu gosok mengandung silikat yang dapat mengikis kulit benih sehingga menyebabkan kerusakan pada kulit saat pencampuran abu, air, dan benih dilakukan. Kerusakan kulit benih berpengaruh pada proses perkecambahan sehingga jika dibandingkan dengan serbuk gergaji, perlakuan abu gosok lebih rendah perkecambahannya. Penggunaan larutan KNO 3 dan NaCl sebagai bahan osmoconditioning juga menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap variabel pengamatan. Diduga perbedaan ini disebabkan kandungan bahan yang digunakan berbeda. Namun penggunaan kedua larutan ini memberikan hasil perkecambahan yang rendah jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya termasuk kontrol. SIMPULAN Perlakuan invigorasi yang dikenakan pada benih kedelai menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah, kecepatan pertumbuhan kecambah. Matriconditioning yang menggunakan serbuk gergaji memberikan hasil yang terbaik terhadap perkecambahan benih kedelai. Osmoconditioning yang menggunakan larutan KNO 3 2% dan NaCl 2% dengan lama perendaman 24 jam terbukti tidak efektif meningkatkan performansi benih kedelai. DAFTAR PUSTAKA Ashari S. 1995. Hortikultura (Aspek Budidaya), Universitas Indonesia Press, Jakarta. Badan Pusat Statistik Pusat. 2000. Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Indonesia, Jakarta. 17

Agus Ruliyansyah J. Perkebunan & Lahan Tropika, Vol. 1, Juni 2011 Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. 2000. Statistik Pertanian Tanaman Pangan, Pontianak. Gaspersz V. 1991. Metode Perancangan Percobaan, Armico, Bandung. Ilyas S. 1995. Perubahan Fisiologis dan Biokemis dalam Proses Seed Conditioning, Keluarga Benih Vol. VI. No. 2, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Iinstitut Pertanian Bogor, Bogor. Ilyas S. 2001. Mutu Benih, Makalah dalam Studium Generale Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kamil D. 1986. Teknologi Benih I, Angkasa, Bandung. Kuswanto H. 1996. Dasar-dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih, Andi Offset, Yogyakarta. Rukmana R & Yuniarsih Y. 1999. Kedelai, Budidaya dan Pascapanen, Kanisius, Yogyakarta. Sutariati GAK. 2001. Peningkatan Performansi Benih Cabai, SitusHijau.com Yunitasari M & Ilyas S. 1994. Kemungkinan Beberapa Media Padatan sebagai Media Matriconditioning Benih Cabe (Capsicum annum L.). Keluarga Benih Vol. V. No.2, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 18