BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan hipertensi. merupakan suatu keadaan di mana tekanan yang tinggi di dalam arteri

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan


BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). Hipertensi termasuk dalam masalah kesehatan yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) dari (50%) penderita hipertensi diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya (12,5%) yang diobati dengan baik. Setiap tahunnya tujuh juta orang di seluruh dunia meninggal akibat hipertensi. Masalah hipertensi mencemaskan dan menyebabkan biaya kesehatan tinggi (WHO, 2013). Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012, kasus hipertensi menjadi salah satu penyakit terbanyak di Indonesia dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2011. Angka Case Fatality Rate (CFR) kasus hipertensi pada tahun 2012 mencapai (4,81%), artinya bahwa angka kematian akibat penyakit hipertensi masih cukup tinggi (Kemenkes RI, 2013). Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia terjadi peningkatan sebesar (26,5%) pada tahun 2013, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan riwayat minum obat hanya (9,5%), peningkatan terjadi pada

tahun 2007 dari (7,6%) menjadi (9,5%) pada tahun 2013. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainya. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi. Prevalensi kasus hipertensi di Jawa Tengan tahun 2012 yakni sebesar 554.771 kasus (67,57%). Hipertensi di Kabupaten Sukoharjo menempati peringkat ke-4 dari semua kabupaten di Jawa Tengah yakni sebesar 68.000 kasus (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013). Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 Hipertensi menempati peringkat pertama, dikarenakan mempunyai kasus tertinggi diantara penyakit tidak menular lainnya. Pada tahun 2013 Hipertensi tercatat sebesar 24.773 kasus dan tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi sebanyak 27.507 kasus. Dari 12 wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Sukoharjo terdapat puskesmas yang prevalensi hipertensinya meningkat dari tahun ketahun yakni Puskesmas Kartasura. Berdasarkan data dua puluh besar penyakit hipertensi menempati peringkat ke-4. Profil Kesehatan Puskesmas Kartasura Tahun 2014 prevalensi penyakit hipertensi menjadi peringkat pertama dari beberapa 2

penyakit yang sering dijumpai dari penyakit tidak menular lainnya. Data Sistem Informasi Puskesmas jumlah kunjungan baru kasus hipertensi di Puskesmas Kartasura pada tahun 2012 tencatat sebesar 3.484 kasus, tahun 2013 sebesar 4.162 kasus, tahun 2014 sebesar 4.430 kasus. Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan yaitu obesitas, kurang olahraga atau aktifitas fisik, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkohol, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan (Kurniadi dan Nurrahmani, 2014). Salah satu penyebab hipertensi yakni kebiasaan merokok. Zat nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan epinefrin yang dapat menyebabkan terjadinya penyempitan dinding arteri. Zat lain dalam rokok diantaranya yakni karbon monoksida (CO) yang mengakibatkan jantung akan bekerja lebih berat untuk memberi cukup oksigen sel-sel tubuh. Rokok menyebabkan kenaikan tekanan darah yang berperan membentuk arterosklerosis dengan meningkatkan penggumpalan sel-sel darah (Wijaya dan Putri, 2013). Rokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi, berdasarkan penelitian Oroh, dkk (2013) bahwa kebiasaan merokok mempunyai hubungan dengan kejadian hipertensi. Didapatkan sebagian besar responden (66,7%) memiliki kebiasaan merokok dan sebagian besar 3

responden (75%) tidak memiliki kebiasaan merokok p=0,000<α=0,05. Menurut penelitian Syahrini (2012) menyimpulkan kebiasaan merokok tidak ada hubungan yang bermaknas dengan kejadian hipertensi p=0,655>α=0,05. Penelitian yang dilakukan Anggara dan Prayitno (2012) menyimpulkan ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi p=0,000<α=0,05. Berdasarkan penelitian Rachmawati (2012) menyimpulkan tidak ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi p=0,746>α=0,05. Risiko merokok terhadap hipertensi berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, tidak tergantung pada lamanya merokok. Seseorang yang merokok lebih dari satu bungkus perhari memiliki kerentanan kenaikan tekanan darah dua kali lebih besar daripada yang tidak merokok (Kurniadi dan Nurrahmani, 2014). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar proporsi perokok di Indonesia menurut karakteristik umur 10 tahun, perokok aktif setiap hari terbanyak pada umur 30-34 tahun sebesar (33,4%), umur 35-39 tahun (32,2%), sedangkan jumlah perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak dibandingkan perokok perempuan yaitu (47,5%) banding (1,1%). Berdasarkan jenis pekerjaan (petani, nelayan dan buruh) adalah proporsi perokok aktif terbesar setiap hari yakni sebanyak (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya. Perilaku merokok penduduk Indonesia umur 15 tahun keatas dari tahun 2007-2013 masih tinggi, meningkat pada tahun 2007 dari (34,2%) menjadi (36,3%) pada tahun 2013. Pada tahun 2013 4

sebanyak (64,9%) laki-laki dan (2,1%) perempuan masih menghisap rokok. Ditemukan (1,4%) perokok umur 10-14 tahun, (9,9%) perokok pada kelompok tidak bekerja. Rata-rata batang rokok yang dihisap per hari per orang di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus) hal ini menunjukan bahwa perilaku merokok di indonesia masih tinggi (Kemenkes RI, 2013). Aktivitas fisik atau olahraga secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan serta menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Dalam Riskesdas tahun 2013, kriteria aktivitas fisik aktif yakni individu yang melakukan aktivitas fisik berat, sedang atau keduanya. Sedangkan kriteria kurang aktif yakni individu yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang ataupun berat. Proporsi aktivitas fisik penduduk di Indonesia tergolong kurang aktif, secara umum yang melakukan aktivitas fisik aktif hanya (26,1%) saja. Pada kelompok umur 10 tahun yang melakukan aktivitas fisik 3-6 jam sebanyak (42%), sedangkan yang melakukan aktivitas fisik 6 jam per hari sebanyak (24,1%). Berdasarkan kelompok umur terdapat kecenderungan semakin bertambah umur semakin menurun proporsi perilaku aktivitas fisik (Kemenkes RI, 2013). Hasil penelitian Kiki (2013), perilaku olahraga ada hubungan dengan kejadian hipertensi. Didapatkan sebagian besar responden (68,22%) kurang berolahraga dan sebagain besar responden (0,93%) berolahraga sedang. Hasil uji statistik yang dilakukan diketahui nilai p=0,000<α=0,05. Sedangkan penelitian Anggraeny (2013) menyimpulkan tidak ada 5

hubungan yang bermakna perilaku olahraga dengan kejadian hipertensi p=0,001<α=0,05. Berdasarkan penelitian Ngatminah (2007) menyimpulkan ada hubungan perilaku olahraga dengan kejadian hipertensi p=0,004<α=0,005. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Jufri (2012) menyimpulkan bahwa perilaku olahraga tidak ada hubungan bermakana dengan kejadian hipertensi p=0,510<ɑ=0,05. Aktivitas fisik atau Olahraga sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kurang aktivitas atau olahraga akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung lebih tinggi sehingga otot jantung akan terus bekerja keras pada tiap kontraksi (Kiki, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara pada 10 pasien hipertensi yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Kartasura didapat 4 orang (40%) dari 10 pasien hipertensi berjenis kelamin laki-laki merupakan perokok aktif dan 6 orang (60%) mengatakan jarang berolahraga yaitu 4 perempuan dan 2 laki-laki. Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan antara perilaku olahraga dan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut Apakah ada hubungan antara perilaku olahraga dan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo? 6

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan antara perilaku olahraga dan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan perilaku olahraga dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo. b. Untuk mendeskripsikan perilaku merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo. c. Untuk menganalisis hubungan perilaku olahraga dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo. d. Untuk menganalisis hubungan perilaku merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sehingga peneliti bisa memberikan informasi tentang hubungan antara 7

perilaku olahraga dan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo. 2. Bagi Instansi Kesehatan Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan untuk memberikan upaya promotif dan preventif pada masyarakat mengenai kejadian hipertensi yang dapat dilakukan dengan instansi kesehatan lainya, sehingga para petugas kesehatan bisa memberikan informasi tentang hubungan antara perilaku olahraga dan merokok dengan kejadian hipertensi serta meningkatkan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan tekanan darah secara berkala. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menambah studi kepustakaan terutama yang berkaitan dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) tentang hipertensi dan diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan. 4. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi. Sehingga masyarakat sadar dan termotivasi melakukan tindakan pengendalian faktor risiko terjadinya hipertensi untuk mencegah komplikasi yang akan terjadi. 8