BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan di usia dini dengan berbagai penyebab yang berbeda-beda. Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh ke arah kematangan. sering disebut masa pubertas (Widyastuti dkk, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI DESA LEMPONG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi remaja seperti

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Sebuah pernikahan akan membuat individu memperoleh keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU MENIKAH DINI USIA DI BAWAH21 TAHUN di RT 11 WILAYAH KELURAHAN KELAYAN TIMUR

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA USIA REMAJA DI WILAYAH KELAYAN DALAM BANJARMASIN

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kalender Doa Proyek Hanna Mei 2013 Berdoa Untuk Pengantin Anak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah

RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

Transkripsi:

I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang rentan resiko kehamilan karena pernikahan dini (usia muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia pada kehamilan, keracunan kehamilan, dan kematian (Kusmiran, 2011). Remaja adalah masa transisi antara masa kanakkanak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, terangsang perasaannya dan sebagainya (Sarwono, 2010). Masa remaja yang perlu perhatian adalah pada usia 13-15 tahun (Widyastuti, 2009). Usia remaja menimbulkan berbagai persoalan dari berbagai sisi seperti remaja yang selalu ingin coba-coba, pendidikan rendah, pengetahuan minim, pekerjaan semakin sulit di dapat yang berpengaruh pada pendapatan ekonomi keluarga. Terlebih jika mereka menikah di usia muda karena keterlanjuran hubungan seksual yang menyebabkan suatu kehamilan. Adanya penolakan keluarga yang terjadi akibat malu, hal ini dapat menimbulkan stress berat. Ibu hamil usia muda memiliki resiko bunuh diri lebih tinggi disebabkan karena terajadinya kekerasan dalam rumah tangga (Manuaba,2010). Organisasai kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 menunjukkan bahwa sebanyak 16 juta kelahiran terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun atau 11%

dari seluruh kelahiran didunia yang mayoritas (95%) terjadi dinegara sedang berkembang. Di Amerika Lati dan Karibia, 29% wanita muda menikah saat mereka berusia 18 tahun. Prevalensi tertinggi kasus pernikahan usia dini tercatat di Nigeria (80%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO, 2012). Komplikasi dari kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama kematian anak perempuan berusia 15 sampai 19 tahun dinegara Negara berkembang. Dari 16 juta remaja perempuan yang melahirkan setiap tahun diperkirakan 90 % sudah menikah dan 50 ribu diantaranya telah meninggal. Selain itu resiko terjadinya kematian ibu dan kematian bayi yang baru lahir. 50 % lebih tinggi dilahirkan oleh ibu dibawah usia 20 tahun diantara ibu dibandingkan pada wanita yang hamil di usia 20 tahun ke atas (WHO, 2012). Menurut United Nations Development Economic and Social Affairs (UNDESA, 2010), Indonesia merupakan Negara ke-37 dengan pernikahan dini terbanyak mencapai 34% di dunia di tahun 2007. Untuk level ASEAN, tingkat pernikahan dini di Indonesia berada di urutan kedua terbanyak setelah Kamboja. Menurut Riskesdas 2010, perempuan muda di Indonesia dengan usia 10-14 tahun menikah sebanyak 0,2 persen atau lebih dari 22.000 wanita muda berusia 10-14 tahun di Indonesia sudah menikah. Jumlah dari perempuan muda berusia 15-19 tahun yang menikah lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-19 tahun (11,7 % perempuan dan 1,6 % laki-laki usia 15-19 tahun). Selain itu jumlah aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta petahun,. Sekitar 75.000 diantaranya dilakukan oleh remaja (BkkbN, 2011).

Menurut UNICEF 2005, pernikahan sebelum usia 18 tahun terjadi diberbagai belahan dunia, dimana orang tua juga mendorong perkawinan anakanaknya ketika mereka masih berusia dibawah 18 tahun dengan harapan bahwa perkawinan akan bermanfaat bagi mereka secara finansial dan secara sosial, dan juga membebaskan beban keuangan dalam keluarga. Pada kenyataanya, perkawinan anak-anak adalah suatu pelanggaran hak asasi manusia, mempengaruhi pengembangan anak-anak perempuan dan sering juga mengakibatkan kehamilan yang beresiko dan pengasingan sosial, tingkat pendidikan rendah dan sebagai awal dari kemiskinan (UNICEF,2005). Sedangkan berdasarkan Angka Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, jumlah kasus pernikahan dini mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usia perkawinan di Indonesia yakni 19,1 tahun. Dan berdasarkan SDKI tahun 2012 tercatat 4,8% menikah di usia 20-24 tahun dan 41,9% menikah pada usia 15-19 tahun atau 41 per 1000 pernikahan. Dari data tersebut, dapat dilihat besarnya angka pernikahan dini di Indonesia. Menurut Taufik (2008) dalam Damayanti (2012), angka statistik pernikahan dengan pengantin wanita berusia dibawah 16 tahun secara keseluruhan mencapai lebih dari seperempat dari total pernikahan di Indonesia. Bahkan di beberapa tempat, angkanya jauh lebih besar, misalnya di Jawa Timur 39,43%, Kalimantan Selatan 35,48%, Jambi 30,63%, Jawa Barat 36% dan Jawa Tengah 27,84%.

Menurut BkkbN (2011) faktor yang mempengaruhi rata-rata usia menikah pertama perempuan adalah faktor social, ekonomi, budaya dan tempat tinggal (desa/kota). Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan dini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orang tua (Puspitasari, 2009). Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah di usia yang tergolong muda. Orang tua beranggapan bahwa anaknya menikah bisa mengurangi beban ekonomi keluarga dan calon suami si anaknya bisa membantu perekonomian keluarga. Faktor kemauan sendiri bisa disebabkan karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain sehingga mereka terpengaruh untuk melakukan seks sebelum menikah dan terjadi kehamilan diluar nikah dimana remaja terpengaruh untuk melakukan pernikahan dini. Orang tua/keluarga biasanya juga menyuruh anaknya menikah secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan pernikahan karena sudah turun-menurun. (Mencher Siagian, 2012). Pergaulan bebas atau bebas untuk melakukan apa saja, termasuk hubungan intim bisa menyebabkan pernikahan dini. Masyarakat menganggap suatu aib apabila seorang gadis belum menikah pada usia tertentu dan takut anak gadisnya terlibat dalam pergaulan bebas sehingga orang tua cepat-cepat menikahkan anaknya dan masyarakat menganggap pernikahan itu suatu kewajiban yang harus dilakukan secepatnya apabila perempuan sudah menstruasi atau akil baliqh. Kurangnya pengetahuan bisa menyebakan terjadi pernikahan dini pada remaja

karena orang tua dan keluarga kurang memberikan informasi tentang resiko menikah dini dan terkadang orang tua dan keluarga sudah mengetahui resiko menikah dini tetapi malah orang tua dan keluarga menyuruh anaknya segera menikah ( Notoatmodjo, 2010). Banyak remaja yang kurang mempertimbangkan aspek-aspek yang berpengaruh jika ia menikah muda, terutama pada remaja putri. Hal ini tersebut khususnya berkaitan dengan penyesuaian diri, baik yang berhubungan dengan perubahan dirinya maupun dalam hubungan dengan lingkungan sekitarnya sesuai dengan peran barunya dalam sebuah pernikahan (Gunadarma, 2008). Menurut Adianingsih (2010), pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja sangatlah minim, informasi yang kurang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi sehingga memaksa remaja untuk melakukan eksplorasi sendiri, baik melalui media (cetak dan elektronik) dan hubungan pertemanan, yang besar kemungkinannya justru salah. Ternyata sebagian besar remaja merasa tidak cukup nyaman curhat dengan orangtuanya, terutama bertanya seputar masalah seks. Oleh karena itu, remaja lebih suka, mencari tahu sendiri melalui sesama temannya dan menonton blue film. Selain itu pengetahuan tentang akibat pernikahan dini dan kesiapan secara fisik merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan pada pasangan yang menikah diusia muda terutama pihak wanitannya. Hal ini berkaitan dengan kehamilan dan proses melahirkan. Secara fisik, tubuh mereka belum siap untuk melahirkan anak dan melahirkan karena tulang panggul mereka yang masih kecil sehungga membahayakan persalinan. Hal

ini tersebut sangat mempengaruhi angka kematian ibu dan angka kematian bayi sebagai standart derajat kesehatan suatu negara. Salah satu isu terpenting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan dalam konferensi kependudukan sedunia Internasional Conference Population and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan kesehatan reproduksi. Isu ini diangkat sebagai salah satu pokok bahasan karena adanya berbagai masalah reproduksi yang dihadapi dimasa kini. Saat ini kita sering dihadapkan dengan umur rata-rata remaja yang menikah dibawah usia antara 14-19 tahun (Widyastuti dkk, 2009). Undang-Undang perkawinan No.1 tahun 1974 memperbolehkan seorang perempuan usia 16 tahun dapat menikah, sedangkan Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 memberikan batasan 20 tahun, karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker serviks serta penyakit menular seksual. Perkawinan usia dini menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan antara lain pada kehamilan dapat terjadi preeklamspsia, resiko persalinan macet karena besar kepala anak tidak dapat menyesuaikan bentuk panggul yang belum berkembang sempurna. Pada persalinan dapat terjadi robekan yang meluas dari vagina menembus ke kandung kemih dan meluas ke anus. Pada bayi dapat terjadi berat badan bayi lahir rendah dan resiko pada ibu yaitu dapat meninggal (Bunners, 2006).

Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan ada beberapa hasil penelitian yang relevan yaitu hasil penelitian Astuty (2011) Faktor-Faktor Penyebab terjadinya perkawinan usia muda dikalangan remaja di desa Tembung Kecamatn Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab remaja melakukan pernikahan muda antara lain : faktor lingkungan masyrakat dan orang tua cukup berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri pada anak, karena si anak melihat kalau ibunya banyak yang juga melakukan pernikahan dini. Faktor tingkat ekonomi orang tua yang rendah banyak menyebabkan orang tua menikahkan anaknya di usia yang masih muda. Menurut hasil penelitian Damayanti (2012) gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi siswi kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta. Hasil ini ditemukan masih rendahnya pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat, baik dari institusi sekolah maupun dari keluarga serta petugas kesehatan. Hasil penelitian Rafiddah, dkk (2009) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah (Studi Kasus 3 Pasangan Suami Istri Muda). Hasil penelitian ini mununjukkan bahwa secara umum masyarakat di Kabupaten Purworejo memiliki tanggapan yang negatif terhadap pernikahan usia muda, hal ini dibuktikan dari jawaban-jawaban yang diberikan subjek pada angket. Dan diketahui pula bahwa subjek memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai aspek-aspek yang diperlukan dalam

sebuah pernikahan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Dari ketiga penelitian yang relevan diatas, secara teoritis memiliki hubungan atau relevasi dengan penelitian ini, secara konseptual dapat dijadikan sebagai acuan teori umum bagi penelitian dalam melakukan penelitian, karena kajian sama-sama ingin mengetahui tentang pernikahan dini pada remaja. Penelitian yang relevan memfokuskan kepada faktor serta dampak pernikahan dini remaja, sedangkan studi penelitian ini lebih memfokuskan kepada pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah. Jadi kajian teori penelitian yang relevan dapat dijadikan pedoman penelitian dalam memahami fenomena-fenomena yang ditemukan di lapangan. Berdasarakan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan, tercatat jumlah pernikahan remaja ditahun 2014 Maret 2015 yang menikah dibawah usia 20 tahun sebanyak 30 orang dari 25 orang ditahun 2014 dan pada awal Januari sampai Maret 2015 sebanyak 5 orang remaja telah menikah dibwah usia 20 tahun dan rata-rata menikah setelah lulus SMA ataupun sebelum lulus SMA. Pada saat dilakukan survei awal dari 5 orang remaja putri di kecamatan kota Pinang melakukan pernikahan dini akibat dari hamil di luar nikah. Dari hasil wawancara dengan nara sumber, didapatkan informasi bahwa ada sebagian yang menikah dini disebabkan oleh faktor orang tua dan ekonomi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penelitian baik itu berupa observasi maupun wawancara dengan beberapa masyarakat di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan, penelitian menemukan bahwa sebagian warga yang menikah di usia remaja ada yang mengalami hamil diluar nikah dan ada juga faktor dari orang tua. Dari data-data tentang pernikahan dini di Indonesia dan faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, serta melihat fakta yang terjadi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang apa yang dirasakan remaja putri setelah menikah melalui pendekatan kualilatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Faktor-faktor apa yang mendorong remaja melakukan pernikahan dini dan bagaimana dampak melakukan pernikahan dini pada remaja putri di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2015? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tentang pernikahan dini pada remaja dan apa-apa saja dampak dalam melakukan pernikahan dini di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus Untuk menganalisis secara mendalam tentang terjadinya pernikahan dini pada remaja putri di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan memberikan pengetahuan kepada remaja tentang pernikahan dini dan dampakdampak tentang pernikahan dini. 2. Bagi Orang Tua Diharapkan kepada keluarga terutama orang tua remaja lebih mengetahui tentang informasi dan dampak tentang pernikahan dini sehingga dapat mengurangi terjadinya penikahan dini pada remaja. 3. Bagi Instansi Kesehatan Diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan dan instansi yang terkait untuk memberikan informasi dan dapat mengurangi terjadinya resiko pernikahan dini pada remaja, orang tua dn masyarakat. 4. Bagi Peneliti lain Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitan yang berkaitan tentang analisis pernikahan dini pada remaja putri.