I. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis

dokumen-dokumen yang mirip
Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

I. PENDAHULUAN berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk. merupakan perjuangan yang harus dilakukan secara besar-besaran dan

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

* "ideal", yaitu jalur perkembangan yang diharapkan dilalui, yang sekaligus

dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN

. : (1) KUD Pra-Perusahaan, yang mencakup 19,4 persen dari seluruh KUD

I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang

memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di yang baik dan benar akan mampu mengeliminasi

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat

BAB l PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta

Globalisasi dan krisis ekonorni rnerupakan dua ha1 pokok yang banyak. mernbawa perubahan yang sangat rnendasar bagi setiap industri.

BAB l PENDAHULUAN. Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang

Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap. tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun

I. PENDAHULUAN. terus rneningkatkan kinerja berbagai elernen di dalarn organisasi. Pada

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai

BAB l PENDAHULUAN. Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia. dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga

Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia,

METODOLOGI PENELlTlAN

I. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa,

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga

Kelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di. sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak

Oleh : PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Peluang untuk pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit di. lndonesia masih cukup terbuka luas hampir di semua subsistem baik pada

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging,

I. PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan. (on farm) mengalami pergeseran ke arah yang lebih terintegrasi dan

1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang

PENDAHULUAN. Latar Belakanq. Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan

I. PENDAHULUAN. Program restrukturisasi BRI akibat krisis ekonorni dan rnoneter Strategi yang tertuang dalam corporate plan BRI pasca

Manusia rnerupakan unsur utarna dalam setiap organisasi. Jika rnernperhatikan gambaran sebuah organisasi,

I. PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global pada mileniurn baru, sistern pemasaran

I. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa,

1. PENDAHULUAN Pada tahun 2003 AFTA mulai diberlakukan, sehingga rnau tak mau lndonesia harus

- Untuk lebih meningkatkan fokus perusahaan kepada hat-ha1

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan

Dewasa ini lndustri kehutanan di lndonesia telah berkembang pesat. sejaian dengan era industrialisasi yang sedang berkembang, disatu sisi

Kondisi persaingan pada saat ini telah membawa perubahan pada. konsumsi (consumer good), kondisi persaingan

BAB l PENDAHULUAN. Pernbangunan pertanian telah mengalami pergeseran dan. pendekatan produksi kepada pendekatan agribisnis.

I PENDAHULUAN. Perkernbangan sistem inforrnasi yang terjadi dewasa ini memungkinkan

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya. alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek

I. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian

I.' PENDAHULUAN lndustri farmasi rnerupakan suatu industri dengan tingkat kompetisi

BAB l PENDAHULUAN. Produk kecantikan pada saat ini telah berkembang sedemikian rupa,

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA

1. PENDAHULUAN. lndonesia memiliki keunggulan komparatif yang dapat diandalkan. dibandingkan negara lain. Salah satu keunggulan komparatif tersebut

Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui

I. PENDAHULUAN. laku perekonomian kota ini. Sebagai pintu gerbang internasional yang

Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan. (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1

II. KERANGKA PEMlKlRAN

1.1 Latar Belakang Hasalah

BAB l PENDAHULUAN. PT. BASF lndonesia (PTBI) adalah salah satu perusahaan kimia di

BAB I PENDAHULUAN. bank. Pesatnya pertumbuhan sektor perbankan memicu timbulnya. persaingan yang ketat di industri perbankan. Bank-bank berlomba untuk

Sejak krisis ekonorni rnelanda Indonesia tahun 1997 yang darnpaknya. sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasa-masa

V. POLA PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGANlGlZl

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya intensitas kerja masyarakat kota besar di luar rumah merupakan

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

1. Terdapat permasalahan tata ruang yang meliputi penggunaan lahan yang

pangan menyebabkan rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan (Andersen, 1982 diacu dari Haddad, Lawrence, Frankenberger,

BABI PENDAHULUAN. Anak yang dilahirkan ke dunia diibaratkan bagai kertas putih yang rnasih

Agroindustri Kelapa Sawit (AGROSAWIT), yang meliputi kegiatan perkebunan kelapa sawit (perkebunan yang menghasilkan tandan buah segar atau TBS) dan

Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi. hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di

PENDAHULUAN. Jumlah penduduk lndonesia yang besar dengan laju tingkat

ini hanya dilanda krisis ekonomi saja. Krisis rnultidimensi tersebut antara lain ditandai dengan terjadinya perubahan dari pemerintahan yang

1. PENDAHULUAN. Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika

MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya. Sebagai salah satu jenis ikan

I. PENDAHULUAN. pernah ada angka resmi maupun surveinya, narnun makin. meruyaknya gerai jamu di pelosok N~lsantara, bisa dipakai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas

MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA

11. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. ditujukan kepada pengembangan industri yang berbasis pertanian dan

I. PENDAHULUAN

demikian potensi yang dimiliki Indonesia dalam bidang kelautan sangat besar, utamanya antara lain perikanan (tangkap) laut dan biota laut,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR

I. PENDAHULUAN. Dalarn kehidupan ini rnanusia tidak pernah lepas dari risiko, yaitu

industri hilir pengolahan kayu yang menggunakan bahan baku kayu lndustri kayu lapis lndonesia di pasaran dunia mengalami

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi memiliki kedudukan yang khusus dalam perekonomian Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis X yang kuat dalam UUD 1945, dan dalam sejarah pembangunan ekonomi Indonesia koperasi telah mendapat banyak dukungan bhgi pengembangannya. Secara khusus koperasi pertanian di Indonesia, terutama melalui Koperasi Unit Desa (KUD), telah mendapat tugas sekaligus berbagai fasilitas untuk turut mendukung pelaksanaan program pencapaian swasembada pangan (beras) dan mendukung pembangunan ekonomi pedesaan. Berkaitan dengan ha1 ini, keberadaan dan perkembangan KUD juga telah rnenjadi simbol dari keberadaan dan perkembangan koperasi pertanian di lndonesia dalam dua pulqh tahun tahun terakhir, serta sangat erat kaitannya dengan program dan peran pemerintah dalam pembangunan pertanian dan pedesaan. Proses pengembangan KUD yang telah berjalan lebih darj 20 tahun kiranya dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi pengembangan koperasi pedesaan dan pertanian pada umumnya. Dalam masa itu KUD telah menunjukkan kondisi perkembangan yang beragam. Secara umum KUD dinilai telah memberikan dukungan yang signifikan terhadap keberhasilan pembangunan pertanian yang berorientasi pada peningkatan produksi, khususnya swasembada beras. Disamping itu beberapa KUD telah mampu menjadi lembaga usaha

dengan kinerja yang baik dengan nilai usaha yang cukup besar. Namun banyak pula KUD yang tidak berkembang, bahkan menjadi sumber citra buruk bagi KUD lain dan koperasi pada urnumnya. Dalam ha1 ini banyak KUD yang belum menunjukkan secara jelas kemampuannya untuk menjadi contoh bagi pencapaian harapan koperasi lndonesia sebagai, sokoguru perekonomian. Pada masa yang akan datang peran koperasi lndonesia diperkirakan akan tetap, bahkan semakin pentjng terutama dalam kaitannya untuk menjadi wahana pengembangan ekonomi rakyat. Namun dernikian koperasi juga akan menghadapi tantangan yang semakin berat. Kondisi kesejagatan (globalisasi), perkembangan sosial ekonomi masyarakat, serta perkembangan koperasi sendiri akan rnenuntut koperasi untuk rnampu meningkatkan peran dan fungsi usahanya jika tidak ingin tersisih oleh pelaku usaha lain (Ake-Book, 1994; Cracknell, 1996). Tantangan pengembangan usaha ini akan menjadi kunci keberhasilan, keberadaan (eksistensi) dan perkembangan koperasi. I Untuk itu koperasi Indonesia, termasuk KUD, dituntut memiliki kemampuan dalarn meningkatkan daya saing usaha anggotanya serta rnampu tetap memberikan dukungan bagi pemenuhan kebutuhan rakyat. Disamping itu koperasi juga dituntut untuk rneningkatkan keterlibatan anggota secara demokratis dalam setiap pengambilan keputusan ekonomi sekaligus rnendayakan pelaku ekonomi kecil, atau dengan perkataan lain koperasi dituntut untuk tetap dapat menerapkan prinsipprinsip koperasi dalam lingkungan ekonomi yang sernakin bebas dan terbuka. Koperasi lndonesia juga dituntut untuk dapat sernakin

berkembang pada kondisi dimana sumberdaya pemerintah untuk mendukung perkernbangannya telah sernakin terbatas, dan situasi dimana telah terjadi peningkatan tuntutan sebagai akibat dari peningkatan pendapatan, pengetahuan, dan kesadaran masyarakat pada berbagai bidang kehidupan. Tuntutan tersebut bukan rnerupakan sesuatu yang tidak mrgkin diwujudkan. Pada banyak negara koperasi telah terbukti memiliki kernarnpuan dan kinerja usaha yang lebih baik dari lernbaga usaha lain. Hal tersebut antara lain dapat dilihat dari peran koperasi dalam perekonomian. Di Amerika Serikat misalnya, pada tahun 1995 terdapat sekitar 47.000 kegiatan usaha koperasi yang mencakup bisnis skala kecil. hingga mencapai bisnis yang terrnasuk 500 terbesar di AS. Pada tahun yang sama barang kebutuhan pokok senilai US$123 miliar telah diperjual belikan dari toko-toko rnilik koperasi. Di AS terdapat sekitar 4000 unit koperasi pertanian dengan anggota rnencapai 2 juta petani. Koperasi pertanian mernasarkan 86 % dari total susu yang dihasilkan, 40 % dari biji-bijian (grains), 41 % dari kapas, 20 % dari buah dan sayur, serta 13 % dari seluruh produksi peternakan di AS. Pada tahun 1994, 4174 unit koperasi pertanian AS merniliki volume usaha senilai US$ 89,3 miliar dengan keuntungan (net-income) senilai US$ 1,96 rniliar. Pada tahun 1995, jumlah koperasi berkurang menjadi 4006 unit, tetapi volume usaha dan keuntungannya meningkat rnenjadi US$ 94,O miliar dan US$ 2,35 miiar Garnbaran serupa juga diberikan oleh peran koperasi di Jepang, Eropa, Kanada, dan Korea Selatan : koperasi rnernberikan surnbangan ' National Cooperative Business Association : http://www.ncba/w-nevstst.htm

yang besar bagi perekonomian, tidak hanya dilihat dari peran pelayanan tetapi juga dilihat dari pangsa pasar koperasi dalam statistik ekonomi negara yang bersangkutan. Gambaran pada beberapa negara tersebut menunjukkan pentingnya peran koperasi, dan dapat diperkirakan bahwa pada masa yang akan datang koperasi justru dapat berperan lebih besar +lam perekonornian nasional dibanyak negara. Secara analisa-teoritik Cook (1995), Fulton (1995), dan McCain (1995) juga telah menunjukkan bahwa pada masa yang akan datang peran koperasi akan sernakin kuat, walaupun diperlukan penajaman dalam kegiatan dan pendekatan pengelolaannya. Walaupun usaha untuk menghitung secara tepat berapa besar dampak kegiatan dan keberadaan koperasi terhadap perekonornian merupakan ha1 yang penting, namun ha1 yang lebih mendasar adalah untuk mempelajari ha1 apa yang dapat meningkatkan kegiatan koperasi sehingga dampaknya kepada perekonomian dapat diperbesar. Dalam ha1 ini salah satu aspek yang dianggap sangat strategis dalam lingkungan ekonomi adalah aspek perilaku usaha. Darnpak yang dapat ditimbulkan koperasi pada akhirnya bersumber pada ketepatan pengambilan keputusan (perilaku) usaha koperasi itu sendiri (Thyfault, 1996); yang pada gilirannya akan mernpengaruhi kegiatan perekonornian anggota, perkembangan usaha yang dilakukan koperasi, dan manfaat yang dirasakan rnasyarakat secara keseluruhan. Perilaku usaha tersebut akan menentukan tingkat perkembangan k i lembaga usaha (LeVay, 1983).

1.2. Perurnusan Masalah Selama 25 tahun terakhir jumlah KUD terus bertambah, dan KUD- KUD tersebut menunjukkan perkernbangan yang berbeda satu dengan lainnya. Tahun 1992 misalnya, telah terdapat 8721 KUD, 8024 (92,O persen) diantaranya merupakan KUD aktif, 4060 KUD (46,5 persen) merupakan KUD Mandiri, dan 2365 KUD (27,l persen) merupakanekud Mandiri Mantap. Pada tahun 1996 terdapat 9226 KUD, 8981 (97,3 persen) diantaranya rnerupakan KUD aktif, 6390 (69,3 persen) merupakan KUD Mandiri, dan 5606 (60,8 persen) merupakan KUD Mandiri Mantap (Balitbangkop, 1996). Mulai awal Pelita V kemudian diperkenalkan predikat KUD Mandiri Inti, yang pada tahun 1997 telah berjumlah 449 unit (Ditjen PKD, 1997). Keragaman status KUD dengan rnenggunakan indikator yang secara formal diperkenalkan oleh pernerintah, seperti predikat KUD Mandiri, KUD Mandiri Inti dan sebagainya; secara langsung telah menunjukkan perkembangan yang berbeda antar KUD. Bahkan diantara KUD yang merniliki predikat yang sarna, KUD Mandiri misalnya, juga terdapat keragaman yang sekaligus rnenggambarkan tingkat perkembangan yang berbeda (Muslimin, 1990). Keragaman perkembangan KUD dicerminkan oleh kondisi internalnya, terutarna dalam kaitannya dengan berbagai indikator kinerja. Disarnping itu keragaman perkembangan yang menonjol juga terjadi antar wilayah (CUAC, 1997), sehingga faktor ekonomi wilayah perlu rnenjadi faktor yang diperhatikan dalarn analisa. Keragaman perkembangan tersebut kemudian mempengaruhi i-espon KUD terhadap masukan dan

fasilitas, baik yang datang dari pihak luar KUD rnaupun strategi usaha yang dilakukan KUD sendiri. Beberapa KUD memiliki kernampuan untuk rnernberi respon yang lebih baik dibandingkan yang lain, dan KUD yang berada pada kelompok KUD ini dapat diidentifikasi sebagai KUD yang rnemiliki kemampuan usaha yang tinggi (CUAC, 1997). Dilain pihak tantangan terbesar yang saat ini masih dihadaa oleh KUD adalah untuk dapat rnewujudkan KUD sebagai badan usaha yang tangguh, yang mampu rnenerapkan prinsip-prinsip koperasi Indonesia, dan marnpu rnewujudkan misinya dalarn memberdayakan ekonorni rakyat. Hal iersebut tersebut dapat diartikan sebagai tantangan untuk meningkatkan kinerja usaha KUD. Melihat keragarnan perkembangan. KUD dapat diduga bahwa diantara KUD ada yang mampu menjawab tantangan tersebut, tetapi juga ada yang tidak mampu. Berkaitan dengan ha1 tersebut kinerja usaha koperasi yang masih belurn seperti yang diharapkan dapat diduga berkaitan dengan. perilaku usaha koperasi yang belum optimal dalam arti belum mendorong mencapaian keunggulan usaha yang tinggi (Thyfault, 1996; Gobia, 1997). Perilaku usaha koperasi adalah proses pengambilan keputusan ekonomi dan manajemen yang akan mengarahkan perkembangan kegiatan koperasi sebagai suatu badan usaha disamping perilaku koperasi sebagai lembaga sosial (Torgerson et al, 1997; Staatz, 1987; dan LeVay, 1983). Diskusi mengenai teori yang mendasari perilaku usaha suatu koperasi saat ini masih terus berkernbang (Sexton, 1984), dan rnerupakan salah satu bidang kajian utama dalam studi koperasi khususnya dan ekonomi pertanian pada urnumnya (Torgerson et at. 1997,

Murray, 1983; dan Cook, 1994). Dalam ha1 ini terdapat diskusi yang cukup intensif antara pendekatan ekonomi neo-klasik dan ekonomi kelembagaan yang keduanya turut mewarnai perkernbangan teori ekonomi koperasi. Dalam disiplin kerangka pemikiran ekonorni kelembagaan, perilaku usaha (business conduct/business behavior/business strategy) merupakan hasil dari kondisi struktur usaha * (business structure) yang kernudian akan mernpengaruhi kinerja (business performance). Kinerja itu sendiri pada gilirannya akan membangun struktur usaha pada tahap selanjutnya (Rumelt, 1986; Schmia, 1987). Dalam pandangan ini, perilaku usaha dapat diartikan sebagai pengambilan keputusan usaha yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi struktur usaha menuju pencapaian tujuan usaha tertentu. Perilaku usaha send~ri merupakan hasil dari pemikiran dasar - bahkan teori - yang memandu pengambil keputusan dalam mengelola sumberdaya yang dimilikinya guna mencapai tujuan yang diinginkan dan tingkat perkembangan usaha yang telah dicapai (Lawless, et.al. 1996; Kohls and Uhl, 1990). Berdasarkan pemikiran tersebut, beberapa pertanyaan pokok pertama berkaitan dengan peningkatan kemampuan usaha KUD adalah, pertama, bagaimana keragaman dan perkembangan kelembagaan KUD itu sendiri? Kedua, bagaimana perilaku usaha KUD pada tiap tingkat perkembangan serta bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja KUD dan tingkat perkembangan kelembagaan itu sendiri. Ketiga, bagaimana arah perkembangan kelembagaan KUD, dan bentuk kebijakan apa yang perlu dilakukan agar perkembangan tersebut dapat mengarah pada

peningkatan keunggulan KUD dan manfaatnya bagi pengembangan ekonomi rakyat. 1.3. Tujuan Berdasarkan pemikiran diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk : * 1. Mengetahui keragaman dan perkembangan kelembagaan' usaha KUD: 2. Mengetahui perilaku usaha KUD pada setiap tingkat ragam kelembagaannya, dengan menganalisis keterkaitan hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja usaha; 3. Mengetahui arah perkembangan dan strategi pengembangan kelern- bagaan dan usaha KUD. 1.4. Ruang Lingkup, Sumbangan dan Keterbatasan Studi Kegiatan penelitian ini akan diawali oleh suatu diskusi rnengenai perkembangan dan perilaku usaha koperasi. Kemudian akan disusun model analisa empirik mengenai tingkat perkernbangan serta perilaku usaha koperasi. Dalam ha1 ini akan dianalisa seluruh KUD yang terdapat di Propinsi Jawa Barat berdasarkan beberapa karakteristik wilayah. Jawa Barat dipilih karena propinsi ini merupakan salah satu propinsi dengan jumlah koperasi dan KUD terbanyak di Indonesia. Jika dibandingkan dengan kegiatan studi sebelurnnya, penelitian ini memberikan sumbangan dalarn ha1 pemahaman tentang keragaman

dan perkernbangan kelembagaan usaha KUD. Dalarn ha1 ini ditunjukkan bahwa pemberian predikat KUD Mandiri sebagai salah satu bentuk indikasi perkernbangan KUD masih rnerupakan pengelompokan yang terlalu urnum, dan didalarn kelornpok KUD Mandiri tersebut terdapat kelornpok-kelornpok KUD dengan perkernbangan dan kinerja yang berbeda. Sumbangan lain adalah dalarn ha1 pernahaman tentang t perilaku usaha, khususnya katerkaitan antara faktor struktur, perilaku,dan kinerja usaha KUD. Hal ini dikaitkan dengan keragarnan kelornpok KUD itu sendiri, dan ditujukan untuk rnenjadi rnasukan agar upaya pengembangan KUD dapat dilakukan dengan strategi yang relatif lebih spesifik dan ditujukan kepada kelompok KUD tertentu. Secara teknis- metodologis rnenjadi kegiatan studi pertama yang rnengkaji KUD secara ekstensif dalarn jumlah yang cukup besar. Narnun dernikian, studi ini rnerniliki beberapa keterbatasan. Dilihat dari ruang lingkup, studi ini terbatas pada data yang terse'dia dari berbagai aspek ekonomi KUD Mandiri, dan tidak secara langsung membahas berbagai aspek non-ekonorni yang juga menjadi komponen dari yang rnernpengaruhi perilaku dan kinerja KUD. Dilihat dari aspek metodologis, studi ini terbatas dalam penggunaan data sekunder yang tentunya rnemiliki tingkat kehandalan yang lebih rendah karena rnengandung interpretasi surnber data kedua. Studi ini juga terbatas pada penggunaan data cross-section yang bersifat statis sedangkan aspek yang dianalisa merniliki dimensi dinarnis.