TOPIK 1 Hakekat Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial

dokumen-dokumen yang mirip
PROF. DR. M.S. BARLIANA, MPd, MT. IAI LILIS WIDANINGSIH, SPd, MT T E O R I A R S I T E K T U R

Landas an Politis. Landas an Psikolo

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Jurusan / Program : Pendidikan Sejarah - S1 Mata Kuliah / Kode : Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial / IS 302

SILABUS MATA KULIAH JURUSAN / PROGRAM : S1 PENDIDIKAN SEJARAH MATA KULIAH / KODE : PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL/IPS 502

EKSPLORASI BARU DALAM RISET PENDIDIKAN SEJARAH MASA KINI

KAJIAN TEORI DALAM PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sesuatu yang harus ia lakukan. Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia,berfikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RESUME KAJIAN TEORI DALAM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau the study of the group behavior of human beings (Calhoun dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN IPS SD

Paket 1 PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN TUJUAN IPS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Agung Wijaya Arifandi et al., Analisis Struktur Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal...

PSIKOLOGI PENDIDIKAN 1

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

Fondasi Utama Ilmu Pengetahuan

Landasan dan Prinsip PengembanganKurikulum

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin

A. Latar Belakang Penelitian

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB II. Kajian Pustaka

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber. dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat sekarang ini terus mengalami perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hal senada pun diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm. 48) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pada tiap jenjang dan jenis. pendidikan disusun kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st. Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam

Mengintegrasikan Nilai-Nilai dalam Pembelajaran Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada proses pembelajaran di Universitas Muhammadiyah Metro perlu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

WAWASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap peserta didik perlu memiliki kemampuan matematis pada tingkatan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan

BAB I. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu mata pelajaran wajib

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FILOSOFI, TEORI PENDIDIKAN, KURIKULUM, DAN MODEL PEMBELAJARAN. Teori Kurikulum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi pembelajaran

LAPORAN PRAKTIKUM PENDIDIKAN IPA PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN IPA DI TINGKAT SMP. Disusun Oleh : Sani Wirayati Kelas A

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

Pengelompokkan model 1. Pengolahan Informasi 2. Interaksi Sosial atau Social Models 3. Personal atau Personal Models 4. Sistem Prilaku atau

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

54. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial

55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

MODEL KONSEP KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

Transkripsi:

TOPIK 1 Hakekat Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial 1. Pengertian Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial - Pengertian Pendidikan - Pengertian Ilmu-ilmu Sosial PENDIDIKAN ILMU UPAYA Mempelajari apa yang terjadi dalam upaya manusia melakukan pendidikan Tujuan : menemukan kebenaran yang dirumuskan dalam bentuk prinsip, generalisasi teori, hukum usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang usaha sadar : - tujuannya jelas - terencana kegiatan bimbingan kegiatan pengajaran pelaksanaan kegiatan pelatihan peran peserta didik : apa yang dituntut oleh masyarakat 2. Ilmu-ilmu Sosial Disiplin Ilmu : Filsafat disiplin ilmu Substantif Metode / proses Calhoun (1971) : the study of the group behaviour of human beings Maxim (1987) : the application of concepts, generalizations, and methods of Inquiry associated with various social sciences

3. Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial : Dikonsentrasikan pada pengajaran / instruksional. Melalui instruksional diajarkan ilmuilmu sosial. Mengapa mengajarkan ilmu-ilmu sosial? Apa yang menjadi tujuan? Apa yang diajarkan (materi)? Bagaimana cara mengajarkan? Bandingkan dengan pendapat Nu'man S : Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial adalah penyempurnaan (simplifikasi) ilmu-ilmu sosial untuk tujuan pendidikan. Apabila pendidikan ilmu-ilmu sosial berbicara tentang ilmu, apakah siswa SLTP/SMU dididik untuk menjadi ilmuwan? - tidak mungkin oleh karena banyaknya cabang ilmu sosial - tidak cukup waktu - jenjang tersebut tidak untuk mendidik menjadi ilmuwan Fungsi / sifatnya baru sampai pada memperkenalkan ilmu sosial memperkenalkan ilmu : memperkenalkan karakteristik ilmu tersebut (pola pikir ilmuwan dan fokus perhatian ilmu-ilmu sosial) Tujuan PIS : Memperkenalkan ruang lingkup ilmu-ilmu sosial Cara berpikir masing-masing ilmu sosial Keterampilan : - ingeneering science - technological science - technology Membangkitkan rasa senang

4. Perkembangan Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial di Indonesia Tahun Jenjang Lingkup Pendidikan 1964 SD SMP SMA Pendidikan Kemasyarakatan : Pengintegrasian dari matapelajaran-matapelajaran Ilmu Bumi, Sejarah, dan Kewargaannegara (Civics) yang dipergunakan sebagai alat untuk memperkembangkan rasa cinta bangsa dan tanah air, moral nasional / internasional dan keagamaan, seperti yang tersebut dalam Wardhana I daripada Pancawardhana. Unsur-unsur Ilmu Bumi, Sejarah, dan Kewargaannegara diintegrasikan, sehingga merupakan suatu kesatuan pikiran, perasaan dan perbuatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu Bumi (Indonesia dan Dunia), Sejarah (Kebangsaan dan Dunia), Civics Ilmu Bumi (Indonesia dan Dunia), Sejarah (Kebangsaan, Dunia, dan Budaya), Civics 1968 SD SMP SMA Pendidikan Kewargaan Negara : Merupakan jalinan (korelasi) unsur (segi pendidikan) Ilmu Bumi, Sejarah, dan Pengetahuan Kewargaan Negara. Dalam memberikan Pendidikan Kewargaan Negara kepada murid SD dapat dimulai dengan bertitik tolak dari salah satu unsur tersebut di atas (Ilmu Bumi, atau Sejarah Indonesia, atau Pengetahuan Kewargaan Negara). Pada unsur yang digunakan sebagai titik tolak tersebut selalu dijalin (dikorelasikan) unsur yang lain, sehingga tentang Pendidikan Kewargaan Negara merupakan kesatuan pengertian. Ilmu Bumi (Indonesia dan Dunia), Sejarah (Indonesia dan Dunia), Civics Ilmu Bumi (Indonesia dan Dunia), Sejarah (Indonesia dan Dunia), Civics 1975 SD SMP SMA 1984 SD SMP SMA Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) : Fusi dari mata pelajaran Geografi, Sejarah, dan Ekonomi. IPS : fusi dari mata pelajaran Geografi, Sejarah, dan Ekonomi IPS : fusi darimata pelajaran Geografi dan Kependudukan, Sejarah, Antropologi Budaya, Ekonomi dan Koperasi, Tatabuku dan Hitungdagang IPS : merupakan gabungan Ilmu Pengetahuan Sosial yang terintegrasi atau terpadu dan Sejarah sebagai sub-bidang studi IPS : merupakan gabungan Ilmu Pengetahuan Sosial yang terintegrasi atau terpadu dan Sejarah sebagai sub-bidang studi Sejarah Nasional Indonesia dan Dunia Ekonomi (inti, 2 semester awal) Geografi (inti, 4 semester akhir) Sejarah Budaya (A3) Ekonomi (A3)

Sosiologi dan Antropologi (A3 dan A4) Tata Negara (A3) 5. Bentuk-bentuk Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Disiplin Ilmu Sosial Salah satu sumber Materi pendidikan ILMU-ILMU SOSIAL Pendekatan Terpadu Disiplin Ilmu Sosial Sumber Materi Pendidikan Pendekatan Berhubungan Pendekatan Terpisah

TOPIK 2 Landasan Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial di Indonesia Landasan Filosofis Landasan Politis Tuntutan Masyarakat Landasan Filosofis Esensial Sekolah harus mengajarkan disiplin ilmu ; sekolah sebagai pusat unggulan. Pendidikan = pendidikan keilmuan Untuk Pendidikan Ilmu Sosial diberikan berdasarkan disiplin ilmu sosial Kekuatan : jika pendidikan untuk suatu program tertentu Kelemahan : jika dilihat tujuan secara keseluruhan (keseluruhan pendidikan) Perenial Pengembangan intelektual siswa melalui liberal arts (proses penalaran) dan buku-buku besar (hasil sastra besar bangsa) Rekonstruksionis Pendidikan sebagai wahana untuk mengembangkan kesejahteraan sosial (problem dalam masyarakat dan upaya penyelesaian masalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat) Pragmatis Hampir sama dengan rekonstruksionis Landasan Politis Dimulai dari GBHN sebagai dasar yang kemudian dijabarkan dalam bentuk Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989. UU SPN No.2 tersebut dijabarkan dalam peraturan pemerintah No.28 (untuk jenjang SLTP) dan peraturan pemerintah No. 29 (untuk jenjang SMU). Keputusan Menteri merupakan wujud tertulis untuk melaksanakan dasar-dasar di atasnya. GBHN UU SPN No.2 PP No. 28 ; PP No. 29

Kepmen No. 060/U/1993 ; Kepmen No. 061/U/1993 Tuntutan Masyarakat Hasil Penelitian Keinginan siswa dalam penjurusan SMU (bagaimana kecenderungan pilihan siswa ketika dilakukan penjurusan di SMU) Pendidikan tinggi (bagaimana kecenderungan pertumbuhan perguruan tinggi) Kebutuhan dalam masyarakat (bagaimana tuntutan yang diinginkan oleh masyarakat) PROSES ABSTRAKSI DALAM KEGIATAN ILMU-ILMU SOSIAL DEDUKTIF TEORI GENERALISASI GENERALISASI KONSEP KONSEP KONSEP ABSTRAKSI FAKTA FAKTA FAKTA INDUKTIF INFORMASI INFORMASI KEGIATAN MASYARAKAT

TEORI PIAGET Pengalaman lingkungan Kematangan belajar sosial Equilibrium Bio-psikologis Kapasitas Dasar Kemampuan Intelektual SKEMA ASIMILASI AKOMODASI MENCARI PENGOLAHAN DATA PENEMUAN INFORMASI (Discovery) Mengolah informasi yang akan diterima sehingga memiliki berbagai kesamaan dengan apa yang sudah ada dalam skems Penempatan informasi yang sudah diubah dalam skema yang sudah ada TEORI BRUNER TEORI PIAGET : Bersifat universal Sensori motor (0-18 bulan) Preoperasional (18 bulan - 6 tahun) Operasi konkrit (6-12 tahun) Operasi formal TEORI BRUNER : Enactive masa kanak-kanak ; terbatas dalam ingatan Iconic mengembangkan kemampuan berpikir lebih jauh (abstrak) Symbolic operasi formal ; berpikir abstrak Tujuan mengajar adalah memperkenalkan struktur ilmu sesuai dengan perkembangan berpikir Specific transfer of training Non Specific transfer of training

TOPIK 3 Tujuan Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial TUJUAN PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL : Pengembangan Kemampuan Intelektual Pemahaman disiplin ilmu Berpikir dalam disiplin ilmu Kemampuan prosesual Pengembangan kemampuan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat Kemampuan berkomunikasi Tanggung jawab sebagai warga negara / dunia Sikap positif terhadap nilai, norma, moral Pengembangan diri sebagai pribadi Kemauan mengembangkan diri / belajar lebih lanjut Kebiasaan positif untuk kehidupan sebagai pribadi HIRARKHI TUJUAN Tujuan Pendidikan Nasional Tujuan Institusional Tujuan Kurikulum Tujuan Kelas Tujuan Catur wulan Tujuan Pengajaran Secara operasional merupakan rincian dari tujuan di atasnya - tidak boleh melebihi luas materi yang di atasnya - aspek perilaku tujuan tidak boleh melebihi tingkatan yang di atasnya

JENIS TUJUAN Mastery Objectives Biasanya penguasaan fakta (tujuan tuntas : merupakan tujuan antara) Developmental Objectives Kemampuan intelektual dan sikap (tujuan yang berkembang : merupakan tujuan akhir) TUJUAN PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN (kognitif) pengetahuan mengandalkan ingatan Keterampilan kognitif pemahaman proses pengolahan informasi kemampuan mengolah informasi (berpikir) Aplikasi Analisis Sintesis Evaluasi Keuntungan menguasai keterampilan berpikir : 1. Mampu mengolah apa yang dibaca / dibahas sehingga menemukan sesuatu yang bermakna 2. Memberikan jalan bagi siswa untuk terus belajar (belajar seumur hidup) 3. Menyederhanakan informasi yang diperoleh

TUJUAN AFEKTIF Tujuan yang berkenaan dengan aspek sikap, nilai, moral Sikap Kecenderungan psikologis terhadap benda, sifat, keadaan, pekerjaan, pendapat, dsb (bereaksi oleh karena sudah tahu / kenal) Nilai Yang menjadi kriteria adalah apakah positif (bagus) atau negatif (tidak bagus) Tidak ada sanksinya Moral Kriteria yang menjadi dasar baik / tidak baik, boleh dilakukan / tidak boleh, merusak / tidak merusak. Moral diikuti dengan sanksi Nilai dikembangkan menjadi moral Mengapa perlu mengembangkan aspek sikap, nilai, moral? 1. Dalam setiap disiplin ilmu ketiga aspek itu ada. Konsep bahwa adalah sesuatu yang bebas nilai sudah ditinggalkan. 2. Ilmu-ilmu sosial sebagai wahana untuk menarik generasi muda sehingga mereka mau belajar ilmu-ilmu sosial lebih lanjut 3. Sebagai wahana memiliki tugas mengembangkan kepribadian yang utuh sesuai dengan tuntutan masyarakat (nilai, moral berlaku di masyarakat) Nilai, sikap, moral yang dapat dikembangkan antara lain ; Pengetahuan dan pemahaman tentang nilai dan moral Toleransi Kerja sama / gotong royong Hak asasi manusia

TOPIK 4 Pengembangan Materi Pelajaran dalam Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Materi Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial (Apa yang dipelajari siswa dan bagaimana mempelajarinya untuk mencapai tujuan pendidikan) Materi Substansi Materi Proses Materi pengembangan Sikap, nilai, moral * pandangan * proses * tema * prosedur / langkah-langkah * topik yang harus dilaksanakan * fenomena dalam mempelajari aspek * fakta substantif * peristiwa * konsep * generalisasi * teori MATERI SUBTANSI 1. Fakta : penopang untuk menguji hipotesis Data / informasi diolah menghasilkan fakta Fakta untuk menentukan atribut Atribut membentuk konsep 2. Konsep : abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat Keteraturan yang dipersepsikan (perceived regularities) Memiliki atribut yang menjadi pembeda antara satu konsep dengan yang lain Jumlah atribut yang dimiliki berbeda 3 jenis konsep berdasarkan fungsinya yakni konjungtif, disjungtif, konjungtif, relasional 3. Teori dan Generalisasi : Teori : komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah preposisi atau generalisasi yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis sudah harus teruji kebenarannya secara empirik dianggap berlaku universal Menurut Goetz & le Compte (Ethnography and Qualitative Design in Educational Research, 1984 : 36-38)

a) Grand Theory : system of tighly interrelated propositions and abstract concepts that comprehensively describe, predict, or explain large categories of phenomena nonprobabilistically (sistem yang secara ketat mengaitkan preposisi-preposisi dan konsepkonsep yang abstrak sehingga dapat digunakan untuk menguraikan, menjelaskan, dan memprediksi secara komprehensif sejumlah fenomena besar secara non-probabilitas) Contoh : Gravity (Newton), Relativity (Einstein), Evolution (Darwin), Genetics (Mendell), Challenge and Response (Toynbee) b) Theoritical Models (Paradigm) : are loosely related sets of assumptions, concepts, and propositions that constitute a view of the world (keterhubungan yang longgar antara sejumlah asumsi, konsep, dan proposisi yang membentuk pandangan ilmuwan tentang dunia) Contoh : Functionalism, conflict theory, interactionism (sociology); evolutionism, historical reconstructionism (anthropology) ; behaviorism, cognitive atructuralism (psychology) c) Formal and Middle-Range theory : are interrelated propositions designed to explain some abstract class of human behaviour (proposisi yang berhubungan yang dikembangkan untuk menjelaskan beberapa kelompok tingkah laku manusia yang abstrak) Contoh : social learning theory, social mobility theory, role conflict theory d) Substantive Theory : are interrelated propositions for in particular aspects of populations, settings, or times (proposisi atau konsep yang hanya berlaku untuk kelompok populasi, lingkungan, atau waktu tertentu) Contoh : theories of formal learning and teaching in school settings; peasant society Generalisasi :menggambarkan keterhubungan antara dua atau lebih konsep dan merupakan hasil yang sudah teruji secara empirik MATERI PROSES Materi kurikulum berkenaan dengan berbagai prosedur, cara kerja, metode kerja tertentu yang harus dilakukan siswa Mengembangkan kemampuan mencari sumber Kemampuan merumuskan informasi Mengolah informasi Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan apa yang dimilikinya Memecahkan berbagai masalah Mengambil berbagai keputusan Sangat handal untuk mengembangkan kemampuan kognitif tinggi MATERI SIKAP, NILAI, MORAL Dikembangkan berdasarkan disiplin ilmu itu sendiri Berdasarkan nilai moral yang berlaku dalam masyarakat adanya pengalaman belajar Dasarnya : Tujuan dan ciri materi disiplin ilmu sosial Materi nilai, moral, sikap, ini tidak selalu tercantum secara tersurat dalam dokumen kurikulum;

Tugas guru untuk mengembangkan dan mengidentifikasi pokok-pokok bahasan yang memuat aspek-aspek nilai, moral, sikap tersebut. Tidak semua pokok bahasan perlu untuk dikembangkan aspek nilainya. SEQUENCE MATERI Sequence Logis Berasal dari disiplin ilmu Dikembangkan berdasarkan keterhubungan logis satu Pokok bahasan dengan pokok bahasan lain Pedagogis Pertimbangan siswa Kriteria : - kemudahan - familiarisasi - tingkat abstrak Expanding Community Approach (Paul Hanna)

TOPIK 5 Pengembangan Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial PENGAJARAN PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN DALAM PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL Upaya apa yang harus dilakukan agar pengajaran pengetahuan dan pemahaman dapat dilakukan secara efektif dan efisien. mengabaikan hal baru mengindahkan tapi mengubah sebagian Pre existing Structure Position Theory Attitude diberikan Hal baru menerima tapi tidak mengubah posisi mengindahkan dan mengubah pandangan SISWA pendekatan / TUJUAN kognitif Metoda afektif konatif memiliki logika MATERI konsep struktur kognitif prosedur skills values * pengajaran pengetahuan meaningful learning * pengajaran mnemonic jembatan keledai * Advance Organizer * Strategi Induktif

TOPIK 6 Evaluasi Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Pengertian Tes, Pengukuran, Evaluasi Tes : alat pengumpul data yang dirancang secara khusus Pengukuran : set aturan mengenai pemberian angka terhadap hasil suatu kegiatan pengukuran Evaluasi : proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan pengukuran tes evaluasi tiga karakteristik penting dalam evaluasi : 1. Kriteria dan Standar Kualitas yang seharusnya dicapai tujuan yang akan dicapai dapat digunakan sebagai kriteria 2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Tujuan : untuk apa evaluasi itu dilaksanakan Fungsi sumatif menentukan tingkat keberhasilan yang telah dicapai Fungsi Formatif mengenal kelemahan dan keunggulan suatu proses; lebih kepada untuk memberi perbaikan / bantuan 3. Keputusan Evaluasi Berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai dan fungsi suatu evaluasi Tujuan dan fungsi formatif Tujuan dan fungsi sumatif keputusannya aspek apa yang masih harus diperbaiki dan aspek apa yang dianggap sudah memenuhi keputusannya apakah siswa dianggap mampu menguasai kualitas yang dikehendaki oleh tujuan (bisa naik kelas atau tidak) EVALUASI : keputusan mengenai hasil belajar atau proses belajar ilmu-ilmu sosial yang didasarkan atas standar dan kriteria yang digunakan sesuai dengan tujuan evaluasi

TOPIK 7 Impelemtasi Kurikulum Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Pada bagian ini dilakukan pembahasan terhadap hasil wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa dalam forum diskusi kelas. Pembahasan disesuaikan dengan instrumen wawancara yang telah diberikan sebelumnya.

TOPIK 8 Perencanaan Pengajaran Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial 1. Membuat AMP berdasarkan topik / bahan ajar yang dipilih oleh mahasiswa dengan komponen-komponen sesuai dengan AMP 2. Membuat Satpel yang merupakan pengembangan dari AMP, penekanan terutama dalam hal mengembangkan Tujuan Pembelajaran dan Butir Tes Evaluasi hasil belajar

HANDOUT PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL (IPS 502) Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, MA Dra. Hansiswany Kamarga, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG 1 9 9 7

SUSUNAN HANDOUT INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH DOSEN PEMBINA MATA KULIAH DOSEN PEMBINA M.K. PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, MA NIP. 130321114