BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha atau 10.8% dari luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut sebagian besar terdapat di empat pulau besar yaitu di Sumatera 35%, Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera dan Seram 3% (Radjagukguk, 1992; 1995). Lahan gambut memiliki beberapa fungsi strategis, seperti fungsi hidrologis, sebagai penambat (sequester) karbon dan biodiversitas yang penting untuk kenyamanan lingkungan dan kehidupan satwa (Bellamy, 1995). Lahan gambut tergolong lahan marginal dan fragile dengan produktivitas biasanya rendah dan sangat mudah mengalami kerusakan. Konservasi dan optimalisasi pemanfaatan lahan rawa gambut sesuai dengan karakteristiknya memerlukan informasi mengenai tipe, karakteristik, dan penyebarannya (Widjaja, 1992). Seiring maraknya kasus kebakaran pada lahan gambut di Sumatera, umumnya terjadi karena pemanasan global selama musim kering yang terimbas oleh periode iklim panas atau dikenal sebagai El Nino-Southern Oscilation (ENSO). Kebakaran hutan pada lahan gambut selama musim kering dapat disebabkan atau dipicu oleh kejadian alamiah dan kegiatan atau kecerobohan manusia (Abdullah et al., 2002). Faktor manusia yang dapat memicu terjadinya kebakaran meliputi pembukaan lahan dalam rangka pengembangan pertanian dalam skala besar, persiapan lahan oleh petani, dan
kegiatan rekreasi seperti perkemahan, piknik dan perburuan. Menurut pengalaman di Sumatera, kegiatan pembukaan dan persiapan lahan baik oleh perusahaan maupun masyarakat merupakan penyebab utama terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut. Pembukaan dan persiapan lahan oleh petani dengan cara membakar merupakan cara yang murah dan cepat terutama bagi tanah yang berkesuburan rendah. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa cara ini cukup membantu memperbaiki kesuburan tanah dengan meningkatkan kandungan unsur hara dan mengurangi kemasaman tanah (Diemont, et al., 2002). Kebakaran hutan yang terjadi di lahan gambut menyebabkan lepasnya cadangan karbon dalam tanah gambut dan masuk ke atmosfer. Karbon yang dilepaskan dalam bentuk CO2 dan CH4, merupakan gas rumah kaca penyebab terjadinya pemanasan global, yang berdampak pada perubahan iklim yang terjadi saat ini, seperti peningkatan suhu permukaan bumi, mencairnya es di kutub dan perubahan lainnya. Tidak hanya itu, pembukaan lahan gambut untuk kegiatan pertanian maupun perkebunan juga sangat perperan dalam proses kehilangan karbon. Proses oksidasi dan reduksi akibat adanya aktivitas pertanian dan perkebunan terbukti akan menghilangkan karbon dalam tanah gambut (Agus, 2009). Dari pembicaraan tentang dampak kebakaran akibat pembukaan lahan pada lahan gambut, akan mempengaruhi ekosistem dalam tanah gambut berupa akar tumbuhan dan flora serta fauna tanah, sehubungan dengan produksi enzim, CO2, dan beraneka zat organik, kehidupan dalam tanah
bertanggung jawab atas terjadinya banyak alih ragam fisik dan kimia. Sifat dan tampakan tanah mengimplikasikan kegiatan hayati ialah perbandingan C/N, kandungan bahan organik atau kandungan biomassa tiap satuan luas/volume tanah, tingkat perombakan bahan organik, pembentukan krotovina, dan permintaan oksigen (Fauzi, 2008). Perbandingan C/N berguna sebagai penanda kemudahan perombakan bahan organik dan kegiatan jasad renik tanah. Kebanyakan energi yang diperlukan untuk mempertahankan populasi tanah berfungsi dan mendukung kelangsungan proses tanah yang begitu banyak berasal dari konversi karbon organik menjadi karbon dioksida. Akan tetapi apabila perbandingan C/N terlalu lebar, berarti ketersediaan C sebagai sumber energi berlebihan menurut perbandingannya dengan ketersediaan N bagi pembentukan protein mikroba, kegiatan jasad renik akan terhambat (Tejoyuwono, 1998). Hubungan antara karbon dan nitrogen di dalam tanah sangat penting. Hubungan ini dinyatakan dengan istilah C/N di dalam lapisan olah tanah C/N berkisar antara 8 : 1 sampai 15 : 1 dan nilai rata-ratanya sekitar 10 12. Nisbah karbon dan nitrogen (C/N) mempunyai arti penting misalnya apakah terjadi kompetisi antara jasad renik dan tanaman terhadap kebutuhan unsur hara nitrogen. Selanjutnya C/N berguna untuk mengetahui tingkat pelapukan dan kecepatan penguraian bahan organik serta ketersediaanya unsur hara nitrogen di dalam tanah (Bachtiar, 2006). Rasio Karbon-Nitrogen (C/N) merupakan cara untuk menunjukkan gambaran Nitrogen relatif. Rasio C/N dari bahan organik merupakan petunjuk
kemungkinan kekurangan nitrogen dan persaingan diantara mikroba-mikroba dan tanaman tingkat tinggi dalam penggunaan nitrogen tersedia dalam tanah (Foth, 1991). Sampai saat ini penelitian tentang analisia kandungan unsur hara karbon organik dan nitrogen (C/N) pada tanah gambut bekas kebakaran dan tanah gambut di hutan sekunder di Provinsi Jambi belum pernah dilakukan. Padahal penelitian tersebut penting artinya untuk mengetahui karakteristik hutan rawa gambut secara alami. Untuk itu pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah seberapa besar perbandingan kandungan unsur hara karbon organik dengan nitrogen (C/N) pada tanah gambut di Muaro Jambi (bekas kebakaran) dan tanah gambut di Tanjung Jabung Barat (hutan sekunder) di Provinsi Jambi berdasarkan perbedaan sejarah kebakarannya. 1.2 Perumusan Masalah Kebakaran hutan yang terjadi pada lahan gambut di Provinsi Jambi akibat kegiatan pembukaan lahan dengan cara bakar, menyebabkan dampak yang akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah gambut. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian kimia tanah gambut untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kebakaran terhadap kandungan unsur hara yang terdapat di dalam tanah gambut. Salah satu hal yang dapat diteliti adalah Nisbah C/N pada tanah gambut untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kebakaran terhadap tingkat kesuburan tanah gambut. 1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh kebakaran terhadap kandungan Nisbah C/N pada tanah gambut di Muaro Jambi (bekas kebakaran) dan tanah gambut di Tanjung Jabung Barat (hutan sekunder) di Provinsi Jambi. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat berupa pengetahuan tentang karakteristik hutan rawa gambut secara alami dari pengaruh kebakaran terhadap adanya kandungan Nisbah C/N pada tanah gambut di Muaro Jambi (bekas kebakaran) dan tanah gambut di Tanjung Jabung Barat (hutan sekunder) di Provinsi Jambi.