BAB 4 ANALISA HASIL PENGUJIAN Pengukuran BSNR pada tiap citra asli dan yang dihasilkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 RANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. MMS (Multimedia Messaging Service) adalah puncak dari evolusi SMS

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMPRESI CITRA. lain. Proses mengubah citra ke bentuk digital bisa dilakukan dengan beberapa perangkat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB 4 PENGUJIAN DAN EVALUASI. teknik pemrosesan citra dengan menggunakan logika samar dan dengan teknikteknik

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI DEBLURING (DEBLURRING APPLICATION) MENGGUNAKAN MATLAB DENGAN METODE BLIND DECONVOLUTION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi saat ini berdampak pada perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 1. Processor: Intel Core 2 Duo CPU 2.4 GHz. 3. Operating System: Mac OS X Leopard

Gambar 4.1 Menu Login Form

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh : Deni Purwanti Dosen Pembimbing : 1. Drs.Soetrisno, MI. Komp 2. Drs. I Gst. Ngr. Rai Usadha, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat di Indonesia menjadikan kebutuhan mengikat yang sangat diperlukan bagi

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang semakin

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. komputer dan sistem operasi dengan spesifikasi sebagai berikut : 2. Memory : 4,00 GB (3,85 GB usable)

Implementasi Algoritma Logistic Chaotic Map 2 pada Aplikasi Enkripsi Citra Digital

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERUBAHAN RANK MATRIK TERHADAP KUALITAS CITRA PADA KOMPRESI CITRA METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION (SVD)

Diperlukan suatu mekanisme dimana kita dapat mengukur performansi dari suatu proses pengolahan citra.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa gambar, audio (bunyi, suara, musik), dan video. Keempat macam data atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISA KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HADAMARD

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS

BAB VI PENGUJIAN. 6.1 Tujuan Pengujian. 6.2 Rancangan Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang telah dilakukan berpedoman dari hasil penelitian-penelitian

BAB IV PENGUJIAN ALGORITMA TRACKING

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN ALGORITMA PENGUBAHAN UKURAN CITRA BERBASISKAN ANALISIS GRADIEN DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disadap atau dibajak orang lain. Tuntutan keamanan menjadi semakin kompleks, maka harus dijaga agar tidak dibajak orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maraknya social media, aplikasi foto sharing dan blog gambar

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1. aa

BAB IV ANALISA DAN HASIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) PADA MOBILE PHONE BERBASIS SYMBIAN OS

KOMPRESI IMAGE DALAM SOURCE CODING MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melakukan komunikasi. Salah satu media komunikasi yang berkembang pesat

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN ALGORITMA DISCRETE COSINE TRANSFORM

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DASAR TEORI. CV Dokumentasi CV berisi pengolahan citra, analisis struktur citra, motion dan tracking, pengenalan pola, dan kalibrasi kamera.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN METODE MODIFIKASI HILL CIPHER PADA KRIPTOGRAFI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Steganografi Teks Menggunakan Metode Pencocokan LSB dan Karakter Non-Breaking Space Sebagai Penanda Pesan

KOMPRESI CITRA. Multimedia Jurusan Teknik Informatika

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Abstrak. Kata kunci: MMS, Steganografi, LSB-Insertion, Huffman Code, Image, PNG, Embedding.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN PENERAPAN DISCRETE COSINE TRANSFORM ( DCT )

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Steganografi BPCS bekerja dengan cara menggantikan bit-plane noise like

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. yang sering dilakukan. Pertukaran informasi dan data menggunakan internet

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1

MENGENAL MOBILE LEARNING (M-LEARNING) Muh. Tamimuddin H., M.T.

Pengembangan Algoritma Pengubahan Ukuran Citra Berbasiskan Analisis Gradien dengan Pendekatan Polinomial

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

Kompresi Citra Irawan Afrianto Sistem Multimedia 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. (images), suara (audio), maupun video. Situs web (website) yang kita jumpai

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Kompresi Citra. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS DAN SIMULASI STEGANOGRAFI VIDEO MENGGUNAKAN METODE WAVELET PADA FRAME YANG DIPILIH BERDASARKAN DETEKSI FASA

Memanfaatkan Perangkat Telekomunikasi Sebagai Media Penjualan Dengan. Aplikasi Mobile dan Web

APLIKASI KONVERSI VIDEO BERBASIS WEB UNTUK KLIEN MOBILE DEVICE ANDROID

BAB I PENDAHULUAN. Media digital merupakan media yang sangat berpengaruh di era modern. Dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

MINIMALISASI FRAME DROP LIVE STREAM VIDEO RECORDING PADA PROTOKOL RTMP (REAL TIME MESSAGING PROTOCOL)

GIMP & INKSCAPE. Materi Ujian Sekolah Tertulis (Grade 12)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

35 BAB 4 ANALISA HASIL PENGUJIAN 4.1. Pengujian Obyektif 4.1.1. Pengukuran BSNR pada tiap citra asli dan yang dihasilkan Pengujian dilakukan terhadap 5 buah gambar yang diambil dengan menggunakan kamera pada telepon selular dengan resolusi 2 Mpx. Masingmasing gambar dicoba untuk dideblurisasi sebanyak 3 kali dengan mengubah parameter noise variance dan deblur strength. Untuk keperluan analisa pengujian obyektif, tiap gambar diambil nilai pengukuran rata-ratanya. Di bawah ini adalah salah satu hasil citra yang diambil berikut BSNR masing-masing: (a) Gambar 4.1. (a) Citra asli, BSNR = 44.68 (b) Citra yang dideblurisasi, BSNR = 44.822 (b) (a) (b) Gambar 4.2. (a) deblurisasi kemudian di-resize biasa, BSNR = 44.2017 (b) Deblurisasi kemudian di- carving, BSNR = 44.7457

36 (a) (b) Gambar 4.2. (a) non-deblurisasi kemudian di-resize biasa, BSNR = 44.1898 (b) Non-deblurisasi kemudian di- carving, BSNR = 44.5827 Berikut ini table hasil pengukuran BSNR citra yang diuji, melalui proses deblurisasi dan carving Nama gambar Format BSNR Bunga2 jpeg 44.7457 Bungamerah_jpg jpeg 40.1737 Bungamerah_png Png 43.8058 Bungakuning_jpg Jpeg 40.2951 Bungakuning_png png 43.7563 Tabel 4.1. Hasil pengujian BSNR untuk citra deblurisasi dan carving Hasil pengukuran BSNR citra yang tidak dideblurisasi namun di- carving Nama gambar Format BSNR Bunga2 jpeg 44.5827 Bungamerah_jpg jpeg 39.9830 Bungamerah_png Png 43.6892 Bungakuning_jpg Jpeg 40.0241 Bungakuning_png png 43.5981 Tabel 4.2. Hasil pengujian BSNR untuk citra deblurisasi dan carving Hasil pengukuran BSNR citra yang dideblurisasi dan non- carving Nama gambar Format BSNR Bunga2 jpeg 44.2017 Bungamerah_jpg jpeg 39.6342 Bungamerah_png Png 43.1835 Bungakuning_jpg Jpeg 39.6254 Bungakuning_png png 43.0039 Tabel 4.3. Hasil pengujian BSNR untuk citra deblurisasi dan non carving

37 Hasil pengukuran BSNR citra yang dideblurisasi dan non- carving Nama gambar Format BSNR Bunga2 jpeg 44.1637 Bungamerah_jpg jpeg 39.5920 Bungamerah_png Png 43.0253 Bungakuning_jpg Jpeg 39.47935 Bungakuning_png png 42.9463 Tabel 4.4. Hasil pengujian BSNR untuk citra non deblurisasi dan non carving 4.1.2. Pengukuran tingkat error dan rasio noise Bunga2.jpg No. MSE PSNR 1 Asli vs deblur +42 +22.01 2 Deblur- vs deblur-non +98.56 +14.30 3 Deblur-non vs non deblur non +1.72 +42.38 4 Deblur non vs non deblur +105.29 +16.04 5 Deblur vs non deblur non +98.36 +14.31 6 Deblur vs non deblur +79.66 +15.41 7 Non deblur non vs non deblur Bungakuning_jpg.jpg +105.35 +16.06 Tabel 4.5. Hasil pengujian MSE dan PSNR untuk bunga.jpg No. MSE PSNR 1 Asli vs deblur +44 +21.64 2 Deblur- vs deblur-non +99.73 +12.35 3 Deblur-non vs non deblur non +1.98 +42.04

38 4 Deblur non vs non deblur +105.73 +15.46 5 Deblur vs non deblur non +99.46 +13.67 6 Deblur vs non deblur +79.66 +15.41 Bungamerah_jpg.jpg 7 Non deblur non vs non deblur +105.35 +16.06 Tabel 4.6. Hasil pengujian MSE dan PSNR untuk bungakuning_jpg.jpg No. MSE PSNR 1 Asli vs deblur +44.78 +22.16 2 Deblur- vs deblur-non +99.78 +12.37 3 Deblur-non vs non deblur non +1.96 +42.09 4 Deblur non vs non deblur +105.72 +15.43 5 Deblur vs non deblur non +99.44 +13.69 6 Deblur vs non deblur +79.58 +15.41 7 Non deblur non vs non deblur Bungakuning_png.png +105.21 +16.17 Tabel 4.7. Hasil pengujian MSE dan PSNR untuk bungamerah_jpg.jpg No. MSE PSNR 1 Asli vs deblur +41.6 +25.34 2 Deblur- vs deblur-non +97.05 +15.78 3 Deblur-non vs non deblur non +1.56 +44.04 4 Deblur non vs non deblur +101.73 +17.94 5 Deblur vs non deblur non +95.36 +15.67 6 Deblur vs non deblur +79.96 +19.53

39 Bungamerah_png.png 7 Non deblur non vs non deblur +101.35 +18.06 Tabel 4.8. Hasil pengujian MSE dan PSNR untuk bungakuning_png.png No. MSE PSNR 1 Asli vs deblur +45.15 +23.17 2 Deblur- vs deblur-non +98.36 +12.37 3 Deblur-non vs non deblur non +1.45 +42.87 4 Deblur non vs non deblur +103.72 +15.75 5 Deblur vs non deblur non +97.98 +13.24 6 Deblur vs non deblur +79.02 +15.87 7 Non deblur non vs non deblur +105.75 +16.78 Tabel 4.9. Hasil pengujian MSE dan PSNR untuk bungakuning_png.png Dari hasil pengukuran di atas, terlihat bahwa perbandingan antara citra yang asli dan telah dideblur memiliki tingkat error (MSE) yang cukup tinggi dan nilai PSNR yang cukup rendah. Itu berarti hasil deblurisasi pada tesis ini membawa peningkatan kualitas pada citra yang diolah, walaupun tidak begitu signifikan. Setelah ukurannya diadaptasi terhadap perangkat mobile, dapat disimpulkan halhal berikut ini, yaitu: a. Dua metode adaptasi ukuran gambar, yaitu carving dan resize biasa, memberikan hasil akhir yang sangat berbeda. Hal itu terlihat dari gambar hasil pada sub bab 4.1. dan juga dari nilai MSE dan PSNR-nya. Antara citra yang diadaptasi ukurannya menggunakan dan resize biasa, setelah sebelumnya dideblurisasi ataupun tidak, memiliki perbandingan nilai MSE dan PSNR yang sangat besar (poin 2,4,5,7 pada table 4.5-4.9). b. Dua citra yang ukurannya diadaptasi menggunakan metode resize biasa, akan memiliki nilai MSE dan PSNR yang kecil (poin 3 pada table 4.5-4.9). Itu berarti dua citra tersebut memiliki kualitas yang hampir sama, walaupun yang satu adalah hasil deblurisasi dan yang satu tidak

40 dideblurisasi. Pada poin 6 tabel 4.5-4.9, dengan menggunakan carving, didapatkan hasil MSE dan PSNR yang cukup tinggi, walaupun kondisi awal kedua gambar tersebut berbeda (sebelumnya salah satu dari gambar tersebut dideblurisasi). Itu berarti kualitas kedua gambar tadi berbeda cukup banyak. c. Dari poin b, dapat disimpulkan bahwa dua gambar yang mengalami kondisi awal berbeda (yaitu yang satu dideblurisasi dan yang lainnya tidak), akan memiliki kualitas yang tidak berbeda jauh jika adaptasi terhadap keduanya menggunakan metode resize biasa. Metode resize dapat menurunkan kualitas gambar, termasuk gambar yang telah dideblurisasi. Di lain pihak, perbaikan kualitas yang telah dihasilkan dari deblurisasi dapat dipertahankan jika adaptasi ukuran menggunakan metode carving. 4.1.3. Pengukuran loading time Pengukuran yang dilakukan menggunakan perangkat mobile dan koneksi wireless (GPRS) memberikan hasil rata-rata sebagai berikut: Bunga2.jpg Ukuran file Jenis citra Loading time (detik) 5 kb Deblur + non 0.259225 26 Deblur + 0.479245 4 kb Non deblur + non 0.248462 14 Non deblur + 0.33005 Bungamerah_jpg.jpg Ukuran file Jenis citra Loading time (detik) 2 kb Deblur + non 0.236782 10 kb Deblur + 0.302428 2 kb Non deblur + non 0.237724 5 kb Non deblur + 0.257983 Bungakuning_jpg.jpg Ukuran file Jenis citra Loading time (detik) 2 kb Deblur + non 0.238721

41 10 kb Deblur + 0.302428 2 kb Non deblur + non 0.237724 5 kb Non deblur + 0.257983 Bungamerah_png.png Ukuran file Jenis citra Loading time (detik) 15 Deblur + non 0.31376 40 Deblur + 0.52924 15 Non deblur + non 0.31376 38 Non deblur + 0.52465 Bungakuning_png.png Ukuran file Jenis citra Loading time (detik) 17 Deblur + non 0.31672 42 Deblur + 0.53123 20 Non deblur + non 0.32452 39 Non deblur + 0.53278 4.2. Pengujian Subyektif Di bawah ini adalah hasil survey terhadap hasil deblurisasi dan carving pada sistem mobile learning yang dibuat. Gambar yang dipergunakan untuk keperluan survey ini adalah: A B C D

42 Pertanyaan 1 Menurut Anda, gambar mana yang paling mampu menyampaikan informasi dengan baik 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Gambar A Gambar B Gambar C Gambar D Tidak ada Series1 Pertanyaan 2 Menurut Anda, apakah ketajaman pasangan gambar di bawah ini jauh berbeda. Lingkari skala yang paling sesuai: 1-tidak terlihat perbedaan ketajaman, 2-terlihat sedikit perbedaan ketajaman, 3-ketajaman berbeda jauh 25 20 15 10 1 2 3 5 0 A dan B A dan C A dan D B dan C B dan D C dan D Pertanyaan 3 Bagaimana urutan kualitas gambar, dari yang paling tajam sampai yang paling tidak jelas

43 1 D.. - 2 B - 3 A.. - 4 C.. : 5 1 B.. - 2 D - 3 A.. - 4 C.. : 15 Pertanyaan 4 Menurut Anda, bagaimana waktu loading tiap gambar, dari yang paling cepat sampai yang paling lambat 1 A.. - 2 C - 3 D.. - 4 B.. : 9 1 C.. - 2 A - 3 D.. - 4 B.. : 11 Pertanyaan 5 Menurut Anda, dari gambar A, B, C, dan D, kualitas gambar minimum seperti apa yang diperlukan dalam proses belajar (Gambar yang dipilih tidak perlu yang memiliki kualitas terbaik, namun memiliki kualitas minimum yang cukup untuk mendukung suatu proses belajar) 14 12 10 8 6 Series1 4 2 0 Gambar A Gambar B Gambar C Gambar D Tidak ada Analisa Gambar A adalah citra yang dideblurisasi kemudian di-resize biasa, gambar B adalah citra yang dideblurisasi kemudian di- carving, gambar C adalah citra asli yang kemudian di-resize biasa, gambar D adalah citra asli yang kemudian di carving

44 Dari jawaban pertanyaan 1, didapatkan hasil sebanyak 19 orang (95% responden) menilai gambar B adalah yang paling tajam sehingga dianggap paling mampu memberikan informasi. Dari jawaban pertanyaan 2, didapatkan kesimpulan bahwa mayoritas responden menilai perbedaan ketajaman yang besar ada pada perbandingan gambar A-B, A-D, B-C dan C-D. Hal itu sesuai dengan beberapa poin hasil pengukuran obyektif (tabel 4.1), yang memberikan hasil PSNR rendah, yang berarti kedua citra yang dibandingkan berbeda jauh, untuk gambar deblurnon vs deblur (poin 2), deblur-non vs non deblur- (poin 4), deblur vs non deblur-non (poin 5), serta non deblur non vs non deblur- (poin 7). Untuk gambar deblur non versus gambar non deblur non, mayoritas responden (90%) menilai bahwa ketajaman keduanya hampir sama. Sesuai dengan hasil pengukuran obyektif pada table 4.1 poin 3, yaitu perbandingan keduanya memberikan hasil PSNR yang tinggi, yang berarti kedua citra tersebut hampir sama. Untuk perbandingan antara citra deblur dan citra non deblur (gambar B dan D), mayoritas (90%) menilai kedua gambar tersebut hampir sama. Hal itu kurang sejalan dengan hasil pada table 4.1, yaitu perbandingan keduanya memiliki MSE yang tinggi yang berarti antar kedua gambar tersebut jauh berbeda. Untuk pertanyaan ketiga, 75% menjawab bahwa yang paling tajam adalah gambar B, yaitu yang telah dideblurisasi dan adaptasinya dilakukan menggunakan metode carving. Sisanya menjawab yang paling tajam adalah gambar D, yaitu yang tidak dideblurisasi dan adaptasinya dilakukan dengan carving. Gambar yang paling tidak tajam adalah gambar C, kemudian gambar A. Penilaian mengenai waktu loading, semua responden menilai bahwa loading time gambar A dan C adalah yang paling cepat, kemudian gambar D dan B. Hal ini disebabkan ukuran gambar B dan D, yang diadaptasi menggunakan carving, lebih besar dibandingkan ukuran gambar A dan C yang di-resize secara biasa. Untuk kualitas minimum gambar yang diperlukan dalam sebuah sistem mobile learning, 60% menjawab gambar B, sedangkan sisanya menilai bahwa

45 gambar D sudah dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam suatu sistem mobile learning. 4.3. Penilaian secara umum Berdasarkan hasil pengukuran obyektif dan subyektif, didapatkan kesimpulan bahwa deblurisasi yang dilakukan memberikan peningkatan terhadap kualitas citra. Walaupun demikian, berdasarkan hasil pengukuran subyektif, didapati bahwa responden menilai bahwa gambar yang telah dideblurisasi maupun tidak dideblurisasi tidak memiliki perbedaan ketajaman yang besar. Hal itu tidak sejalan dengan hasil pengukuran obyektif yang mendapatkan hasil MSE yang tinggi antara kedua gambar tersebut (poin 6 pada table 4.1), yang berarti perbedaan antara keduanya cukup besar. Pengukuran subyektif dan obyektif dapat berbeda, karena sistem penglihatan manusia yang jauh lebih kompleks dibandingkan dengan cara pandang sistem komputasi. Proses adaptasi citra menggunakan metode carving secara signifikan memperlihatkan hasil yang baik untuk mempertahankan konten pada citra tersebut sehingga informasi tetap dapat tersampaikan dengan baik. Dari hasil pengukuran subyektif maupun obyektif, didapatkan perbedaan yang mencolok antara citra yang diadaptasi secara carving maupun yang diadaptasi menggunakan proses resize biasa, tanpa memperhatikan kondisi citra sebelumnya (apakah sudah dideblurisasi atau belum). Perbedaan waktu loading yang diperlukan antara citra yang dideblurisasi dengan yang tidak, tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan perbedaan ukuran antara file citra yang dideblurisasi dengan yang tidak juga tidak terlalu besar. Perbandingan antara citra yang dideblur dan non- dengan citra tidak dideblur dan non- hanya sekitar 0-15% (lebih besar citra yang dideblur). Waktu loading tercepat didapatkan dari citra-citra, yang tanpa memperhatikan kondisi sebelumnya, diadaptasi secara resize biasa. Penyebabnya adalah algoritma resize biasa lebih sederhana dibandingkan carving, dan ukuran file yang dihasilkan pun lebih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran file dari hasil carving. Citra yang di-resize biasa berukuran sekitar 28,5% sampai 40% dari citra yang di- carving.