Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia ( Utara Medan, Indonesia 20155

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta. didukung peluang pasar internasional yang baik maka perikanan budidaya di

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK KULIT BATANG Rhizophora. Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae DAN JAMUR Saprolegnia sp.

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

3 METODOLOGI PENELITIAN

Aktivitas Antimikroba Biji Teratai (Nymphaea pubescens L.) Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae dan Jamur Saprolegnia sp.

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei-September Pembuatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

3. METODOLOGI. Gambar 5 Lokasi koleksi contoh lamun di Pulau Pramuka, DKI Jakarta

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB III METODE PENELITIAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KERING DAUN Ocimum americanum L. SEBAGAI ANTIFUNGI Candida albicans

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. negatif Escherichia coli ATCC 25922, bakteri gram positif Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi Dasar Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak

Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) Ekstrak Daun Kelakai (Stenochlaena palustris)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Antimicrobial Effectivity Test of Soursop Leaf (Annona muricata L.) Extract against Fish Pathogenic Bacteria and fungus

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

ABSTRACT. Keywords: Secondary metabolites, antibacterial activity, Pithecellobium jiringa (Jack) Prain. ABSTRAK

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN Roselina Wulandari*, Pri Iswati Utami *, Dwi Hartanti*

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

Transkripsi:

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) TERHADAP BAKTERI Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda DAN JAMUR Saprolegnia sp. (Antimicrobial Activity of Extract of Mangosteen Rind (Garcinia mangostana) to Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda and Saprolegnia sp.) Madiah Handayani 1, Dwi Suryanto 2, Tajuddin Siregar 3, Zulhan Efendi 4 1 Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 2155 (Email: madiahhandayani@yahoo.com) 2 Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 2155 3 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan, Indonesia 2155 4 Laboratorium Biologi Molekuler, Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan II, Belawan, Indonesia 2414 ABSTRACT This study was aimed to know antimicrobial potential of extract of mangosteen rind (Garcinia mangostana) against bacteria Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda and fungus Saprolegnia sp. and to know the extract toxicity to brine shrimp (Artemia salina Leach.). Mangosteen rind was extracted using methanol, ethyl acetate and nhexane. Antimicrobial activity test was done using the agar diffusion method. To know the compounds contained in the extract phytochemical test was conducted. The chemical compound test showed that extract of mangosteen rind contains phenolic/tannin/flavonoid, terpen/steroid dan alkaloid. The extracts inhibitated the growth of Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda and Saprolegnia sp. to some extent. The optimal antimicrobial activity was obtained from ethyl acetate. The extract showed cytotoxic activity with LC 5 <1 μg/ml. Keywords : Antimicrobial activity, Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda, Garcinia mangostana, Saprolegnia sp. PENDAHULUAN Keberadaan penyakit di dalam lingkungan perairan merupakan salah satu kendala di dalam pengembangan subsektor budidaya perikanan. Penyakit tersebut terdiri atas penyakit infeksi atau menular yang disebabkan oleh organisme patogen infektif dan penyakit non infeksi yang disebabkan oleh faktor fisika dan kimia lingkungan, pakan dan metabolisme, stres sebagai bagian reaksi psikologis ikan. Serangan penyakit infeksi maupun non infeksi menyebabkan produktivitas budidaya terganggu dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan serta kerugian bagi para pembudidaya (Kurniawan, 212). Disamping bakteri beberapa jamur dapat menimbulkan penyakit infeksi pada ikan budidaya, baik ikan air tawar maupun ikan laut atau payau, ikan konsumsi ataupun ikan hias. Salah satunya adalah jamur Saprolegnia sp., ikan yang terserang penyakit ini dipenuhi benangbenang putih seperti kapas yang tumbuh pada kulit, sirip, insang mata dan telur ikan (Widya, 213). Penggunaan bahan alami untuk mengobati maupun mencegah penyakit pada ikan, termasuk parasit perlu dikembangkan

seiring dengan semakin berkurang dan dilarangnya penggunaan bahan kimia. Efek samping yang dihasilkan oleh bahan alami dapat dikatakan tidak signifikan terhadap kerusakan lingkungan, resistensi bibit penyakit, residu yang tidak terakumulasi di dalam jaringan atau organ dan aman baik komoditas budidaya maupun konsumen. Indonesia memiliki banyak sekali tanaman herbal yang dapat dijadikan obat bagi penanggulangan penyakit dalam bidang budidaya perikanan. Banyak jenis tanaman yang mengandung senyawa yang bersifat antimikroba, baik bakterisidal, bakteristatik, fungisidal, dan sebagainya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa fitofarmaka efektif mengatasi penyakit ikan dan memiliki beberapa keuntungan, seperti dapat menjadi bahan alami pengganti antibiotik untuk pengendali penyakit, ramah terhadap lingkungan, mudah hancur atau terurai, tidak menyebabkan residu pada ikan dan manusia, mudah diperoleh dan tersedia cukup banyak, harganya ekonomis dan cukup murah (Kurniawan, 212). Manggis (Garcinia mangostana) merupakan salah satu buah tropika unggulan nasional Indonesia dan menjadi primadona penghasil devisa negara. Kulit buah manggis (KBM) merupakan bagian terbesar dari buah manggis yang dikategorikan sebagai limbah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa KBM memiliki sifat fungsional bagi kesehatan karena mengandung berbagai senyawa antioksidan, seperti senyawa fenolik atau polifenol termasuk didalamnya xanthone dan epikatekin, disamping senyawa antosianin dan tanin. Senyawa xanthone memiliki sifat antioksidan, antidiabetic, antikanker, antiimflammatory, hepatoprotective, immunomodulation dan antibakteria, mampu menekan pembentukan senyawa karsinogen pada kolon, antifungal, serta antiplasmodial (Widayanti, dkk., 29). Pemanfaatan ekstrak kulit buah manggis untuk pengendalian penyakit pada ikan belum pernah dilakukan, maka dari itu perlu dilakukan penelitian pengaruh ekstrak kulit buah manggis dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda dan jamur Saprolegnia sp. yang merupakan penyebab penyakit pada ikan. METODE PENELITIAN Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Manggis Beberapa kulit buah manggis yang diperoleh dari daerah sekitar kota Medan. Buah yang sudah tua memiliki karakteristik warna kulit ungu kehitaman kemudian dikupas dan dipisahkan kulit dengan buahnya. Kulit buah manggis dipotong dengan cara manual yaitu dengan menggunakan pisau dan dirajang hingga membentuk ukuran yang lebih kecil. Kulit dikeringkan pada suhu ruangan tanpa terkena sinar matahari langsung selama ± 1 minggu. Kulit yang kering akan berwana kehitaman dan mengeras. Kulit yang sudah kering dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga menjadi serbuk (simplisia). Selanjutnya simplisia ditimbang sebanyak 3 gram dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi 1 liter pelarut nheksana. Maserasi (perendaman) dilakukan pada suhu kamar dan tidak boleh terkena sinar matahari selama ± 24 jam dan dilakukan pengadukan sesekali. Setelah ± 24 jam, sampel disaring dengan menggunakan kertas saring sehingga diperoleh filtrat dan ampas, kemudian filtrat dievaporasi dengan rotary evaporator untuk memisahkan pelarut dengan ekstrak kulit buah manggis. Ekstrak dimasukkan kedalam botol vial dan dilakukan pemekatan ekstrak dengan penangas air (water bath) sampai seluruh pelarutnya habis menguap dan diperoleh ekstrak pekat. Lakukan perlakuan yang sama pada larutan etil asetat dan metanol secara berturutturut dengan menggunakan pengenceran tunggal. Uji Fitokimia Uji fitokimia kulit buah manggis merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui senyawasenyawa kimia yang terdapat di dalam kulit buah manggis.

Tahapan pengujian ini dilakukan berdasarkan metode Harborne (1998). a. Uji Alkaloid Ekstrak sampel diambil 4 ml dimasukkan masingmasing 1 ml kedalam 4 tabung reaksi. Tabung pertama ditambah 2 tetes pereaksi Bouchardat, apabila terbentuk endapan berwarna cokelat sampai hitam maka sampel positif alkaloid. Tabung kedua ditambah 2 tetes pereaksi Dragendroff, apabila terbentuk endapan berwarna merah/jingga maka sampel positif alkaloid. Tabung ketiga ditambah 2 tetes pereaksi Mayer, apabila terbentuk endapan berwarna putih/kuning maka sampel positif alkaloid. Tabung keempat ditambah 2 tetes pereaksi Wagner, apabila terbentuk endapan berwarna coklat maka sampel positif alkaloid. b. Uji Senyawa Golongan Fenolik/Flavonoid/Tanin Ekstrak sampel diambil 1 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambah FeCl 3 1% apabila terjadi perubahan warna menjadi hitam maka positif mengandung fenolik. c. Uji Saponin Ekstrak sampel sebanyak 2 ml ditambahkan akuades kemudian dikocok selama 1 menit. Apabila menimbulkan busa ditambahkan HCl 1 N, apabila busa stabil selama 1 menit dengan ketinggian 13 cm, maka ekstrak positif mengandung saponin. d. Uji Terpenoid dan Steroid Ekstrak sampel diambil 2 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan 2 tetes pereaksi LiebermanBouchard apabila terbentuk warna biru/hijau positif terpen/steroid. Pengujian dengan CeSO 4 dilakukan dengan metode Thin Layer Chromatography (TLC) dengan cara ekstrak sampel diteteskan ke plat TLC kemudian disemprot dengan pereaksi CeSO 4 dan dipanaskan diatas hot plate. Perubahan warna yang terjadi di plat diamati dan dibandingkan dengan standar tripenoid dan βsitosterol yang terbentuk. Persiapan Bakteri dan Jamur Bakteri Aeromonas hydrophila dan Edwardsiella tarda diinokulasi ke media Trypticase Soy Agar (TSA) sedangkan jamur Saprolegnia sp. diinokulasikan ke media Potato Dextrose Agar (PDA). Inokulum selanjutnya diinkubasi pada suhu 2835 o C selama 24 jam untuk bakteri Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda dan 7 hari untuk jamur Saprolegnia sp. Stok kultur bakteri yang ada diambil biakannya dengan jarum ose steril dan suspensikan ke dalam tabung yang berisi 3 ml larutan NaCl fisiologis,9%. Kemudian dihomogenkan dengan vortex hingga diperoleh kekeruhan suspensi sebanding dengan kekeruhan larutan Mc Farland sama dengan,5 x 1 8 CFU/ml. Jamur dipotong,5 x,5 cm dengan menggunakan pisau steril kemudian diletakkan ke media PDA baru. Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji Konsentrasi yang akan digunakan yaitu % (Kontrol negatif); 2%; 4%; 6% dan 8% (b/v). Larutan dibuat dengan cara menimbang ekstrak kulit buah manggis sebanyak,8 g yang dilarutkan dengan Dimethyl Sulfoxide (DMSO) sebanyak 1 ml. Larutan dengan konsentrasi 6%, 4% dan 2% dibuat dengan cara pengenceran dari konsentrasi 8% dengan DMSO,5 ml. Untuk kontrol positif digunakan kloramfenikol 3 µg/ml untuk bakteri dan disk nistatin 1 µg/ml untuk jamur dan kontrol negatif digunakan DMSO. Pengujian Ekstrak Kulit Buah Manggis Terhadap Bakteri dan Jamur Pengujian ekstrak kulit buah manggis dilakukan dengan metode difusi disk menggunakan kertas cakram berdiamter 6 mm. Cakram dimasukkan ke dalam botol vial yang telah berisi larutan ekstrak dengan konsentrasi 2%; 4%; 6% dan 8%, ditunggu ± 1 jam hingga larutan ekstrak meresap ke dalam cakram. Sebanyak 1 ml TSA dan PDA masingmasing dituangkan ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan memadat. Pada suspensi bakteri dicelupkan lidi kapas steril

dan diusapkan perlahanlahan pada permukaan media secara merata dan ditunggu hingga mengering pada suhu kamar. Cakram yang telah ditetesi ekstrak dengan konsentrasi berbeda dan antibiotik diletakkan secara teratur pada permukaan media uji dengan menggunakan pinset steril. Pada media tumbuh jamur yang berumur 2 hari diletakkan cakram yang telah ditetesi ekstrak dengan konsentrasi berbeda dan antibiotik secara teratur dengan menggunakan pinset steril dan diinkubasi selama 7 hari. Pengamatan Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri dan Jamur Pengamatan untuk bakteri dilakukan setelah masa inkubasi yaitu dengan melihat adanya zona hambatan (daerah bening) di sekitar cakram. Diameter zona hambat diukur dengan jangka sorong. Diameter zona hambat diukur dengan mengurangkan diameter zona hambat dengan diameter kertas cakram (Gambar 1). Gambar 1. Perhitungan Zona Hambat Bakteri; a: Diameter paper disk, b : Diameter daerahyang tidak ditumbuhi bakteri, c: Daerah yang ditumbuhi bakteri,ba : Diameter zona hambat Pengamatan untuk jamur ditentukan dengan cara mengukur jarijari pertumbuhan hifa normal dikurang dengan jarijari pertumbuhan hifa yang terhambat oleh ekstrak (Gambar 2). Gambar 2. Perhitungan Zona Hambat Jamur; a: Pertumbuhan koloni jamur, b: Zona hambat ekstrak kulit buah manggis terhadap koloni jamur, c: Blank disk yang berisi ekstrak, d: Letak koloni jamur yang ditanam, x: Koloni jamur yang pertumbuhannya terhambat, y: Koloni jamur yang pertumbuhannya normal, yx : Jarijari zona hambat Uji Toksisitas Kulit Buah Manggis Pengujian toksisitas kulit buah manggis ini dilakukan dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Kista Artemia salina ditetaskan dalam bejana yang sudah berisi air dengan salinitas 83 ppt dan dilengkapi dengan alat aerasi. Selanjutnya dibiarkan selama 48 jam hingga kista menetas dan tumbuh dewasa (naupli). Larutan induk ekstrak kulit buah manggis untuk setiap uji dibuat dengan melarutkan 2 mg dalam 2 ml pelarut DMSO. Larutan uji 1 ppm dibuat dengan memipet larutan induk sebanyak 5 μl, sedangkan larutan uji 1 ppm dengan memipet 5 μl dan 1 ppm dibuat 5 μl dari larutan induk. Masingmasing larutan uji dimasukkan ke dalam vial dan ditambahkan air dengan salinitas 83 ppt (25 gram garam laut 3 liter akuades) hingga volumenya 5 μl. Sebanyak 1 ekor larva udang A. salina dimasukkan ke dalam vial. Masingmasing konsentrasi dibuat ulang sebanyak 5 kali (5 vial) dan 1 vial untuk kontrol. Kematian A. salina diamati setelah 24 jam. HASIL Uji Fitokimia Kulit Buah Manggis Dari hasil pengujian fitokimia ekstrak kulit buah manggis dengan menggunakan pelarut metanol, etil asetat dan nheksana memperlihatkan bahwa secara keseluruhan ekstrak kulit buah manggis mengandung senyawa metabolit sekunder seperti terpen/steroid, alkaloid dan fenolik/tanin/flavonoid. Hasil pengujian fitokimia kulit buah manggis dengan masingmasing pelarut dapat dilihat pada Tabel 1. Ekstraksi Kulit Buah Manggis Ekstraksi kulit buah manggis dilakukan dengan menggunakan pelarut metanol, etil asetat dan nheksana dengan metode maserasi/perendaman simplisia kulit buah manggis. Hasil ekstraksi kulit buah manggis dapat dilihat pada Tabel 2.

Uji Toksisitas Kulit Buah Manggis Dari hasil pengujian ekstrak kulit buah manggis terhadap A. salina memperlihatkan tingginya jumlah kematian Tabel 1. Hasil uji fitokimia kulit buah manggis Golongan Senyawa Fenolik/ Flavonoid/ Tanin Pereaksi pada kisaran LC 5 antara 11 ppm. Hasil uji toksisitas berdasarkan konsentrasi ekstrak kulit buah manggis dengan masingmasing pelarut dapat dilihat pada Tabel 3. Ekstrak metanol Ekstrak etil asetat Esktrak nheksana FeCl 3 Terpen/ Steroid LiebermanBouchard Ceriumsulfat (CeSO 4 )/TLC Alkaloid Bouchardat Dragendroff Mayer Wagner Saponin AquaHCl Tabel 2. Hasil ekstraksi kulit buah manggis Hasil Pelarut Metanol Etil asetat nheksana Warna Merah kehitaman Merah kecoklatan Kuning Berat ekstrak (gram) 16,54 7,4 3,51 Tabel 3. Hasil uji toksisitas kulit buah manggis dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Pelarut Konsentrasi (ppm) Metanol 1 1 1 Etil Asetat 1 1 1 nheksana 1 1 1 Total Populasi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Jumlah Kematian 1 2 29 9 22 27 14 25 34 LC 5 (ppm) 372,524 431,811 114,384 Uji Aktivitas Antimikroba Kulit Buah Manggis Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi cakram dengan menggunakan blanc disc ukuran 6 mm. Ekstrak kulit buah manggis menunjukkan adanya zona hambat pada ketiga mikroba uji. Aktivitas antimikroba dapat terlihat dengan mengamati zona bening yang terbentuk disekitar cakram dan menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Zona hambat bakteri A. hydrophila dan E. tarda dapat dilihat setelah masa inkubasi selama 24 jam. Zona hambat jamur Saprolegnia sp. dapat dilihat setelah 3 hari sampai hifa normal tumbuh menutupi cawan petri. Hasil pengujian aktivitas antimikroba dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pengujian ekstrak kulit buah manggis terhadap pertumbuhan bakteri A. hydrophila, E. tarda dan jamur Saprolegnia sp. menunjukkan adanya zona hambat pada ekstrak kulit buah manggis dengan pelarut metanol, etil asetat dan n heksana.

Tabel 4. Hasil pengamatan antimikroba dengan metode difusi Mikroba Uji Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm) metanol etil asetat nheksana A. hydrophila DMSO 2 4 6 8 3,2 3,9 4,1 8,4 4,6 4,8 6,8 1,4 4,2 5,64 7,7 7,8 Kloramfenikol E. tarda DMSO 2 4 6 8 Kloramfenikol Saprolegnia sp. DMSO 2 4 6 8 Nistatin 33,82 3,2 5,4 6,4 8,8 34,76 1,4 2,8 4,4 6,2 11,45 33,82 4,8 6,8 8,2 12 34,76 1,6 3,2 5,8 7,8 11,45 32,66 1,2 2,4 4,4 6,4 33,61 1,2 2,2 3,6 5,4 1,32 Pembahasan Uji Fitokimia Kulit Buah Manggis Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa alkaloid (pereaksi Bouchardat, Dragendroff, Mayer, dan Wagner), fenolik/flavonoid/tanin (FeCl 3 ), terpen/steroid (CeSO 4 /Lieberman Bouchard) dan saponin (Aqua) pada ekstrak kulit buah manggis. Uji fitokimia terhadap senyawa terpen/steroid dengan menggunakan pereaksi CeSO 4 /Lieberman Bouchard menunjukkan hasil yang positif terhadap ketiga ekstrak tersebut. Hal ini ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau kebiruan yang menunjukkan adanya senyawa terpen/steroid. Senyawa terpen/steroid selanjutnya diuji dengan menggunakan metode TLC ditambah pereaksi CeSO 4 1%. Hasil positif terdapat pada ketiga ekstrak yang ditandai dengan perubahan warna ekstrak yang menyerupai warna standar βsitosterol dan triterpenoida. Uji fitokimia terhadap senyawa alkaloid dengan menggunakan pereaksi Dragendroff menunjukkan hasil yang positif terhadap ekstrak metanol dan etil asetat. Hal ini ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah pada pereaksi Dragendroff. Uji fitokimia terhadap senyawa fenolik/flavonoid/tanin dengan menggunakan pereaksi FeCl 3 menunjukkan hasil yang positif terhadap ekstrak metanol dan etil asetat. Hal ini ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hitam. Asifa (214) menyebutkan bahwa ekstrak nheksana kulit buah manggis mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, kuinon dan terpenoid. Ekstrak metanol kulit buah manggis mengandung senyawa saponin, triterpenoid, tanin dan polifenol, flavonoid serta alkaloid yang dikemukakan oleh Windarini dkk (213). Putri dkk (213) menyatakan bahwa etil asetat merupakan pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi kulit buah manggis karena dapat menarik senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, polifenol dan triterpenoid. Ekstraksi Kulit Buah Manggis Hasil ekstraksi kulit buah manggis dengan menggunakan pelarut metanol diperoleh ekstrak pekat sebanyak 16,54 gram dengan warna merah kehitaman, pelarut etil asetat menghasilkan ekstrak pekat sebanyak 7,4 gram dengan warna merah kecoklatan sedangkan pelarut n heksana menghasilkan ekstrak pekat sebanyak 3,51 gram dengan warna kuning. Menurut Achmadi (1992) ekstraksi adalah peristiwa pemindahan zat terlarut (solute)

antara dua pelarut yang tidak saling bercampur dengan tujuan untuk memperoleh ekstrak murni. Proses ekstraksi dengan pelarut yang berbeda sifat kepolarannya dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat senyawa antimikroba yang terdapat dalam kulit buah manggis. Hal ini dilakukan karena setiap pelarut dengan sifat kepolarannya masingmasing akan melarutkan komponenkomponen yang berbeda termasuk komponen yang aktif sebagai antimikroba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak pekat kulit buah manggis yang dihasilkan paling banyak terekstrak pada pelarut metanol yang bersifat polar. Ketaren (1986) menyatakan bahwa jenis dan mutu pelarut yang digunakan menentukan keberhasilan proses ekstraksi. Pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang diinginkannya, mempunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik dan mudah terbakar. Uji Toksisitas Kulit Buah Manggis Uji toksisitas dengan metode BSLT merupakan suatu uji yang digunakan untuk mengetahui senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak tanaman. Suatu ekstrak dianggap toksik apabila memiliki nilai LC 5 <1 ppm sedangkan untuk senyawa murni dikatakan toksik apabila LC 5 <2 ppm (Meyer, dkk., 1982). Uji toksisitas terhadap A. salina dengan ekstrak metanol dilakukan dengan 5 kali pengulangan pada masingmasing konsentrasi 1, 1, 1 ppm. Pada konsentrasi 1, 1, 1 ppm jumlah kematian berturutturut mencapai 1, 2 dan 29 ekor dengan total populasi 5 ekor setiap konsentrasi. Hasil analisa persen kematian yang dikonversikan ke nilai probit dan menghitung persamaan regresi linier untuk mendapatkan nilai LC 5, didapatkan nilai LC 5 terhadap ekstrak metanol sebesar 372,524 ppm maka hasil uji BSLT ekstrak metanol kulit buah manggis dikategorikan toksik terhadap A. salina. Tingkat kematian dapat ditemukan secara langsung melalui perbandingan konsentrasi yang berkisar dari konsentrasi terendah hingga konsentrasi tertinggi. Dengan kata lain, kematian A. salina disebabkan oleh peningkatan konsentrasi dalam sampel (Apurba, 213). Hasil uji toksisitas ekstrak etil asetat pada konsentrai 1, 1, 1 ppm berturutturut mencapai 9, 22, 27 ekor dengan total populasi 5 ekor setiap konsentrasi. Nilai LC 5 yang didapat yaitu sebesar 431,811 ppm yang dikategorikan toksik sedangkan nilai LC 5 ekstrak nheksana diperoleh sebesar 114,384 ppm. Nilai LC 5 ekstrak etil asetat kulit buah manggis tidak berbeda jauh dengan penelitian Fatimawati dkk (213) ekstrak kulit buah manggis yakni 418 ppm. Nilai LC 5 ekstrak nheksana paling toksik dibandingkan dengan ekstrak metanol dan etil asetat. Widya (213) menyatakan bahwa ekstrak yang dihasilkan dengan pelarut n heksana mengandung senyawa non polar yang memiliki ukuran kecil sehingga mudah untuk masuk ke dalam membran sel melalui proses difusi yang menyebabkan sel lebih cepat mengalami kerusakan atau mati. Meilani (26) menambahkan bahwa keadaan membran kulitnya yang sangat tipis memungkinkan terjadinya difusi zat dari lingkungan yang mempengaruhi metabolisme dalam tubuhnya. nheksana merupakan pelarut yang bersifat paling tidak polar sehinggga ekstrak yang dihasilkan pun bersifat non polar. Komponen yang umumnya larut dalam n heksana adalah lilin, lemak, dan komponen terpenoid (Nuraini, 27). Komponen yang terkandung dalam nheksana inilah yang menyebabkan persen kematian A. salina lebih besar dibandingkan etil asetat dan metanol. Uji toksisitas dengan metode BSLT ini juga menggunakan 2 jenis kontrol yaitu dengan menggunakan kontrol air laut dan kontrol DMSO yang merupakan pelarut yang digunakan untuk melarutkan bahan ekstrak metanol, etil asetat dan nheksana yang digunakan pada penelitian ini. Nilai persen mortalitas yang cukup rendah pada

kontrol air laut dan kontrol DMSO menunjukkan bahwa air laut dan DMSO yang digunakan pada penelitian ini bukan merupakan penyebab kematian A. salina. Uji Aktivitas Antimikroba Kulit Buah Manggis Uji aktivitas antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur uji ditunjukkkan oleh ukuran areal bening yang membentuk lingkaran disekitar kertas cakram sehingga dapat dihitung diameter penghambatannya. Terbentuknya areal bening disebabkan karena adanya bahan antimikroba pada ekstrak kulit buah manggis sehingga pertumbuhan bakteri dan jamur terhambat. Hasil uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri A. hydophila, E. tarda dan jamur Saprolegnia sp. menunjukkan hasil bahwa kontrol negatif yang berupa DMSO tidak membentuk zona bening ataupun zona hambat di sekitar cakram pada ketiga mikroba tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa DMSO yang digunakan sebagai pelarut pembuatan variasi konsentrasi tidak memiliki aktivitas antimikroba sehingga aktivitas antimikroba hanya berasal dari larutan uji bukan pelarut yang digunakan. Widowati dan Harfia (29) menyatakan bahwa DMSO merupakan pelarut yang dapat digunakan untuk melarutkan sebagian ekstrak yang tidak dapat larut dalam air dan pada konsentrasi di bawah 3% DMSO tidak toksik kepada sel. Pengujian aktivitas antibakteri digunakan klromfenikol sebagai kontrol positif dimana hasil pengujian menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan terbentuknya zona bening di sekitar cakram yaitu sebesar 33,82 mm untuk bakteri A. hydrophila dan sebesar 34,76 mm untuk E. tarda. Siswandono dan Soekardjo (1995) menyatakan bahwa kloramfenikol digunakan sebagai antibiotik bersifat bakteriostatik dan mempunyai spektrum luas. Telaah lain menyebutkan bahwa kloramfenikol memberikan efek dengan cara bereaksi pada sub unit 5S ribosom dan menghalangi aktivitas enzim peptidil transferase. Enzim ini berfungsi untuk membentuk ikatan peptida antara asam amino terakhir yang sedang berkembang. Sebagai akibatnya, sintesis protein bakteri akan terhenti seketika (Pratiwi, 28). Pengujian aktivitas antijamur digunakan nistatin sebagai kontrol positif dimana hasil pengujian menunjukkan adanya zona hambat disekitar cakram yaitu sebesar 11,45 mm untuk Saprolegnia sp. Pelczar dan Chan (25) menyatakan bahwa cara kerja nistatin adalah merusak selsel khamir, juga sel cendawan lain dengan cara bergabung dengan sterol yang terdapat dalam membran sel. Hal ini mengakibatkan kacaunya organisasi di dalam struktur molekuler membran, diikuti dengan gangguan pada fungsinya. Pengujian aktivitas ekstrak metanol menunjukkan bahwa hambatan pertumbuhan terbesar terdapat pada bakteri E. tarda yaitu sebesar 8,8 mm pada konsentrasi 8%, kemudian bakteri A. hydrophila sebesar 8,4 mm pada konsentrasi 8% dan jamur Saprolegnia sp. sebesar 6,2 mm pada konsentrasi 8%. Adanya aktivitas antimikroba tersebut kemungkinan disebabkan karena kerja dari senyawasenyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam kulit buah manggis seperti fenolik/flavonoid/tanin, terpen/steroid dan alkaloid. Perbedaan luas hambatan disebabkan oleh bahan penyusun dinding atau membran sel dari setiap mikroba uji yang berbeda. Menurut Pratiwi (28) golongan fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisidial namum tidak bersifat sporisidial dengan mendenaturasi protein dan merusak membran sel bakteri serta aktif pada ph asam. Golongan ini juga merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme sehingga menyebabkan isi sel keluar. Mekanisme antimikroba senyawa fenolik adalah mengganggu kerja di dalam membran sitoplasma mikroba termasuk diantaranya adalah mengganggu transport aktif dan kekuatan proton (Davidson, 1993).

Pengujian aktivitas ekstrak etil asetat menunjukkan bahwa hambatan pertumbuhan terbesar terdapat pada bakteri E. tarda yaitu sebesar 12 mm pada konsentrasi 8%. Bakteri A. hydrophila sebesar 1,4 mm pada konsentrasi 8% dan jamur Saprolegnia sp. sebesar 7,8 mm pada konsentrasi 8%. Menurut Naufalin (25) alkaloid dan glikosida merupakan senyawa yang sudah diketahui memiliki aktivitas antimikroba. Sinergisme dari senyawa fitokimia dalam ekstrak etil asetat diduga lebih mudah berdifusi dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri karena memiliki polaritas yang optimum. Harborne (1998) menyatakan bahwa ketersediaan alkaloid dapat mengganggu terbentuknya komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga dapat mengakibatkan sel bakteri menjadi lisis. Pengujian aktivitas ekstrak n heksana menunjukkan bahwa hambatan pertumbuhan terbesar terdapat pada bakteri A. hydrophila yaitu sebesar 7,8 mm pada konsentrasi 8%. Bakteri E. tarda sebesar 6,4 mm pada konsentrasi 8% dan jamur Saprolegnia sp. sebesar 5,4 mm pada konsentrasi 8%. Fessenden dan Fessenden (1997) menyatakan bahwa steroid merupakan senyawa yang paling penting diantara senyawa yang aktif dari segi biologi. Banyak steroid dengan gugus karbonil dan hidroksil pada karbon 11 mempunyai aktivitas yang serupa. Salah satu senyawa steroid yang digunakan sebagai bahan obat dan zat antibakterial adalah βsitosterol yang diisolasi dari tanaman Trema orientalis yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram negatif. Dari hasil uji aktivitas antimikroba diperoleh data diameter zona hambat ketiga ekstrak kulit buah manggis yang menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat mempunyai daya antimikroba yang kuat, ekstrak metanol dan nheksana mempunyai daya antimikroba yang sedang tetapi ekstrak nheksana juga mempunyai daya antimikroba yang cenderung lemah. Davis dan Stout (1971) menyatakan bahwa daerah hambatan sebesar 2 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah hambatan 12 mm kuat, daerah hambatan 51 mm sedang dan kurang dari 5 mm lemah. Berdasarkan hasil pengamatan ekstrak nheksana menghasilkan zona hambat yang paling kecil dalam penelitian ini dibandingkan dengan zona hambat yang dihasilkan ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat kulit buah manggis. Ketidakefektifan ekstrak nheksana dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji diduga berkaitan dengan sifat nheksana yang sangat tidak polar sehingga hanya sedikit komponen zat aktif yang larut di dalamnya. Menurut Naufalin (25) ekstrak heksana mengandung minyak atsiri yang bersifat antimikroba, namun kontak antara senyawa antimikroba dan minyak atsiri dengan sel bakteri terhalang oleh adanya minyak dan lemak dalam ekstrak nheksana. Minyak dan lemak lainnya mengganggu proses difusi dan melindungi bakteri dari senyawa antibakteri. Berdasarkan hasil pengamatan ekstrak etil asetat menghasilkan zona hambat yang paling besar dalam penelitian ini dibandingkan dengan zona hambat yang dihasilkan ekstrak metanol dan ekstrak n heksana kulit buah manggis. Menurut Kanazawa dkk (1995) suatu senyawa yang mempunyai polaritas optimum akan mempunyai aktivitas antimikroba maksimum, karena untuk interaksi suatu senyawa antibakteri dengan bakteri diperlukan keseimbangan hidrofiliklipofilik. Adawiyah (1998) menyatakan bahwa etil asetat merupakan pelarut yang bersifat semi polar. Sifat etil asetat yang semi polar menyebabkan ekstrak etil asetat akan memiliki dua sifat kelarutan yaitu hidrofilik dan lipofilik. Berdasarkan hasil pengamatan ekstrak metanol menunjukkan terbentuknya zona hambat meskipun diameter penghambatannya tidak sebesar ekstrak etil asetat. Metanol merupakan pelarut yang bersifat polar. Davidson dan Naidu (2) menyatakan bahwa komponen yang banyak

terdapat pada tumbuhtumbuhan dan bersifat polar antara lain senyawa dari golongan fenolik. Mekanisme komponen antibakteri fenolik umumnya akan berinteraksi dengan protein yang ada pada dinding sel atau sitoplasma melalui ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Mekanisme lain kemungkinan adalah dengan mengganggu aktivitas enzim dalam sel. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil uji fitokimia ekstrak kulit buah manggis (G. mangostana) dengan pelarut metanol, etil asetat dan nheksana mengandung senyawa alkaloid, terpen/steroid dan fenolik/flavonoid/tanin. 2. Ekstrak kulit buah manggis mampu menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila, E. tarda dan jamur Saprolegnia sp. dan ekstrak kulit buah manggis dengan pelarut etil asetat merupakan pelarut yang paling efektif. 3. Ekstrak kulit buah manggis bersifat toksik terhadap A. salina L dengan LC 5 114,384 ppm pada ekstrak nheksana, 372,524 pada ekstrak metanol dan 431,811 ppm pada ekstrak etil asetat. Saran Sebaiknya dilakukan pengujian lebih lanjut secara in vivo terhadap ekstrak etil asetat kulit buah manggis karena merupakan ekstrak yang paling aktif dalam menghambat bakteri A. hydrophila, E. tarda dan jamur Saprolegnia sp. dengan langsung menguji terhadap ikan yang terserang bakteri dan jamur agar dapat lebih mengetahui ekstrak kulit buah manggis dapat dijadikan sebagai obat alami. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, S. 1992. Kimia Kayu. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Adawiyah, D. R. 1998. Kajian Pengembangan Metode Ekstraksi Komponen Antimikroba Buah Atung (Parinarium gaberium Hassk.). Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Apurba, S. P., S. H. Bhuyan., F. Khatun., M. S. Liza., M. Matin., dan Md. F. Hossain. 213. Assessment of Cytotoxic Activity of Two Medicinal Plants Using Brine Shrimp (Artemia salina) as an Experimental Tool. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. 4 (3): 1125113. Asifa, U. S. 214. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi nheksana Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Pertumbuhan Shigella flexneri Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjung Pura, Pontianak. Davidson, P. M dan A. S. Naidu. 2. Antimicrobials in Food: Phytophenols. Marcel Dekker, New York. Davidson, P. M. 1993. Antimicrobials in Food: Parabens. Marcel Dekker, New York. Davis, W. W. dan T. R. Stout 1971. Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Assay. Applied Microbiology. 22 (4): 659665. Fatimawati., A. Yudistira dan F. Wahantow. 213. Acute Toxicity Test Of Etanol Extract From Mangosteen Pericarp (Garcinia mangostana L.) Against Artemia salina Leach Larvae Using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Jurnal Ilmiah Farmasi. 2 (1): 9711. Fessenden, R. J dan J. S. Fessenden. 1997. Kimia Organik. Penerbit Erlangga, Jakarta. Harborne, J. B. 1998. Phytochemical Methods. Chapman and Hall, London.

Kanazawa, A., T. Ikeda dan T. Edo. 1995. A Novel Approach to Mode of Action of Cationic Biocides: Morphological Effect on Antibacterial Activity. Journal of Applied Bacteriology. 78: 556. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta. Kurniawan, A. 212. Penyakit Akuatik. UBB Press, Pangkalpinang. Meilani, S. W. 26. Uji Bioaktivitas Zat Ekstraktif Kayu Suren (Toona sureni Merr.) dan Ki Bonteng (Platea latifolia BL.) Menggunakan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Meyer, B. N., N. R. Ferrigni., J. E.Putman., L. B.Jacobsen., D. E. Nichols dan J. L. McLauglin. 1982. Brine Shrimp: A convenient general bioassay for active plant constituents. Planta Med. 45: 3435. Naufalin, R. 25. Kajian Sifat Antimikroba Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nuraini, A. D. 27. Ekstraksi Komponen Antibakteri dan Antioksidan dari Biji Teratai (Nymphaea pubescens Wild). Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pelczar, M. J dan E. C. S. Chan. 25. Dasardasar Mikrobiologi 1 dan 2. Penerjemah Ratna. S. H. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Pratiwi, S. I. 28. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga, Jakarta. Putri, W. S., N. K. Warditiani dan L. P. F. Larasanty. 213. Skrining Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Farmasi Udayana. 2 (4): 56 6. Siswandono dan B. Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Penerbit Airlangga University Press, Surabaya. Widayanti, S. M., A. S. Permana dan H. D. Kusumaningrum. 29. Kapasitas dan Kadar Antioksidan Ekstrak Tepung Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Berbagai Pelarut Dengan Metode Maserasi. Jurnal Pascapanen Pertanian. 6 (2): 6168. Widowati, L dan H. Mudahar. 29. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 5% Umbi Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme (Lood) Bi) Terhadap Sel Kanker Payudara MCF7 In Vitro. Media Litbang Kesehatan. 19 (1). 914. Widya, D. R. 213. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Biji Teratai (Nymphaea pubescens L) terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae dan Jamur Saprolegnia sp. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan. Windarini, L. G. E., K. W. Astuti dan N. K. Warditiani. 213. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Farmasi Udayana. 2 (4): 18.