PENGEMBANGAN ASPEK KEPEMIMPINAN GURU DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS. Oleh: Dra. Aas Saomah, M.Si

dokumen-dokumen yang mirip
Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Kulonprogo, Kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo,

KONSEP-KONSEP POKOK DALAM SOSIOLOGI: STRATIFIKASI, KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN DI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENJAS PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

Oleh : H. Muhtadi Irvan

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

Psikologi Kepemimpinan *)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

Kamis, 29 November 2012

PERANAN DIREKTUR UTAMA DALAM MEMOTIVASI PEGAWAI DI CV. KENCONO WUNGU SURABAYA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

ETIKA PROFESI GURU TIK

BAB I PENDAHULUAN. ekstra, baik ditinjau dari segi kebijakan pemerintah maupun persoalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata

BAB I PENDAHULUAN. Baikitu organisasi formal maupun nonformal. Di dalam suatu. organisasi tersebut pasti selalu ada seseorang yang dianggap mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

KEPUTUSAN KONGRES XXI PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA Nomor : VI /KONGRES/XXI/PGRI/2013. Tentang KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Guru atau seorang pendidik, merupakan ujung tombak pendidikan, karena guru

DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA MEDAN

ANALISIS DESKRIPTIF GAYA KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN PADA PT.TELKOM INDONESIA, TBK KANDATEL CILACAP ABSTRAK

MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

PROFESI GURU DALAM KENYATAAN DAN HARAPAN OLEH: H. MOHAMAD SURYA

Materi Konsep Dasar Perilaku Oganisasi

Tugas Kepala Sekolah Oleh : M. H. B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I. pasien selama 24 jam. Gillies (1994), menyatakan bahwa 60-70% sumber daya

Kumpulan Soal CPNS Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

EMI FAUZIAH A

KODE ETIK PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

APRIANI. MANGASOK Dra. Hj. Salma Bowtha. M.Pd (Pembimbing I) Agil Bachsoan. S.Ag, M.Ag (Pembimbing II)

SOAL CPNS PANCASILA. Petunjuk! Pilihlah jawaban yang paling tepat!

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PAI DI SMPN 1 DEMAK

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

GAYA KEPEMIMPINAN. Erat hubunganya dengan kematangan dalam bidang pekerjaan maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan keterampilan. masalah yang merupakan fokus dalam pembelajaran matematika.

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI SUB RAYON 03 KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

Bagian Tiga Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional Pasal 5

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. a. Apakah bapak kepala sekolah telah membantu guru-guru dalam. menyelesaikan tugas mengajar?

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan seorang manajer di tempat kerjanya adalah melakukan penyeliaan

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

Terry menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang baik, yaitu memiliki:

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan tempat awal kontak anak dalam anggota keluarga (ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antar dua pihak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Azizah, 2013

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

EFEKTIVITAS SISTEM AMONG DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK BUDI PEKERTI SISWA DI SMA TAMAN MADYA KOTA MALANG

BAB II KAJIAN TEORI. semakin efektif, dalam arti menjadi semakin bermanfaat bagi sekolah itu sendiri

BAB III PROFIL DAN PROSES PEMBELAJARAN PAI DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IKHLAS TAMBAK SAWAH SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

NILAI KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM NOVEL PENAKLUK BADAIKARYA AGUK IRAWAN MN DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA

SKRIPSI. Oleh Kholifah Sufristi NIM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

GURU BERKARAKTER : KUNCI SUKSES MEMPERSIPAKAN SISWA DALAM MENYONGSONG GENERASI EMAS

BAB I PENDAHULUAN. selaku Pimpinan Yayasan Persatuan Perguruan Tamansiswa mempunyai

BIMBINGAN DAN KONSELING ADALAH STRATEGI UNTUK MENEMUKAN KEHIDUPAN DAN BELAJAR YANG EFEKTIF DAN PRODUKTIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEPEMIMPINAN EFEKTIF. Riza Aryanto @riza_ary. PPM School of Management

DOKUMEN JURUSAN ETIKA DOSEN PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB VII KEPEMIMPINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA. akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. koordinasi yang tinggi. Faktor sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III PEMBAHASAN. mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk sama-sama melakakukan aktivitasaktivitas

BAB I PENDAHULUAN. penerus suatu bangsa terlahir dari kaum terpelajar. Apabila suatu negara memiliki

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN

KOMPETENSI GURU DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU

PENINGKATAN MOTIVASI KERJA GURU MELALUI PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DI Mts. AL-MAIJAH GEMULUNG LEBAK KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KESADARAN HUKUM SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO

BAB II LANDASAN TEORI

PERAN KELUARGA, PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN

Transkripsi:

PENGEMBANGAN ASPEK KEPEMIMPINAN GURU DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS Oleh: Dra. Aas Saomah, M.Si Abstrak: Aspek kepemimpinan guru dalam pembelajaran di kelas sangat penting karena dengan kemampuan memimpin yang tinggi guru tidak hanya mampu mempengaruhi para siswanya untuk belajar materi-materi ajar dengan baik melainkan mempengaruhi juga sikap dan perilaku mereka baik di sekolah maupun di luar sekolah. Beberapa hal berkenaan dengan kepemimpinan yang perlu diketahui dan dikuasai guru professional adalah hakikat kepemimpinan, tugas kepemimpinan, dan cara menjadi pemimpin di dalam kelas. Kata kunci: kepemimpinan, guru, kegiatan belajar mengajar Permasalahan siswa saat ini begitu kompleks sehingga terkadang membingungkan dan bahkan membuat frustrasi orang tua dan para pendidik. Permasalahan aspek pribadi dan sosial yang sering kita dengar adalah cara berpakaian yang kurang pantas, cara berbicara yang tidak santun, bolos, vandalisme, merusak peralatan atau fasilitas sekolah, tawuran, bullying, minum-minuman keras, menonton VCD porno, pergaulan bebas serta perbuatan kriminal lain yang tidak seharusnya dilakukan siswa. Sementara pada aspek belajar, permasalahan-permasalahan yang lazim ditemui adalah siswa malas belajar/membaca, tidak mau mengerjakan PR, tidak berkonsentrasi di kelas dan nilai ulangan yang rendah. Permasalahan-permasalahan tersebut muncul karena dipicu oleh banyak faktor yang berasal dari lingkungan rumah, masyarakat, dan bahkan sekolah. Faktor-faktor pemicu yang berasal dari rumah mencakup kurangnya pengawasan orang tua, sikap permisif orang tua, dan kurangnya sikap teladan yang baik dari orang tua. Di masyarakat, maraknya game komputer dan play station, warnetwarnet yang tidak dilengkapi software anti situs-situs yang tidak sesuai dengan 1

perkembangan anak dan remaja, geng-geng motor dan kelompok pemuda/remaja berandalan, kurangnya kontrol dari masyarakat dan institusi penegak hukum adalah faktor-faktor pemicu permasalahan siswa. Adapun faktor pemicu yang berasal dari sekolah di antaranya: jumlah siswa yang terlalu banyak sehingga kontrol kurang, kurang maksimalnya pelaksanaan peran pendidi, kemampuan, dan pengelolaan/manajemen para administrator dan pendidik yang rendah termasuk dalam hal ini aspek kepemimpinan. Hal terakhir berkenaan dengan aspek kepemimpinan mendapat perhatian utama di sini karena aspek inilah yang merupakan hal yang paling penting. Kepemimpinan yang berkualitas tinggi sesungguhnya dapat mengubah berbagai hal termasuk sikap dan perilaku orang-orang yang berada dalam suatu komunitas termasuk komunitas sekolah baik administrator, guru, pegawai sekolah, terlebihlebih lagi siswa. Dengan kepemimpinan yang berkualitas di sekolah umumnya dan di dalam kelas-kelas pada khususnya oleh para pendidik, permasalahanpermasalahan siswa yang disebutkan di atas sedikit banyak akan dapat teratasi. Pengertian Kepemimpinan Soekanto (2003: hal. 288) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya). Sehingga orang lain tersebut bertingkah-laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Dari definisi di atas, penekanan pada kemampuan mempengaruhi orang lain memiliki implikasi bahwa seorang pemimpin haruslah mampu mempengaruhi orang lain. Jika tidak ada kemampuan mempengaruhi maka orang itu tidak dapat dikatakan pemimpin. Pengertian yang dikemukakan Soekanto ini tampaknya sejalan dengan yang disebutkan oleh Charles W. Marrified dalam Al Muchtar (2001: 251),..kepemimpinan menyangkut bagaimana menstimulasi, memobilisasi mengarahkan dan mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan yang terlibat dalam usaha bersama. 2

Beberapa unsur dalam Kepemimpinan Floyd Ruch dalam Gerungan (2002: hal. 129) menyebutkan tiga tugas utama pemimpin, yaitu: 1) structuring the situation, 2) controlling group-behavior, 3) spokesman of the group. Pada tugas yang pertama seorang pemimpin harus dapat mengkonstruksi struktur dari situasi yang dihadapi kelompoknya secara jelas agar para anggotanya dapat memahami situasi yang dihadapi mereka dan pada gilirannya mampu memberi penyikapan dan melakukan tindakan yang tepat. Tugas kedua yang harus dilaksanakan pemimpin adalah melakukan pengawasan dan pengontrolan/pengendalian perilaku kelompok. Agar suatu kelompok/ organisasi dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka semua orang yang ada di dalamnya harus berjalan atau melakukan aktivitas yang mengarah pada tujuan-tujuan tersebut. Sehingga apabila ada anggota kelompok yang ke luar jalur, maka tugas pemimpinlah yang menyadarkan anggotanya tersebut untuk tetap ada di dalam jalan yang benar. Tugas ketiga dari pemimpin adalah menjadi juru bicara dari kelompoknya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan-keadaan di kelompoknya. Tentunya apa yang dibicarakan oleh pemimpin pada pihak lain itu haruslah merupakan gambaran nyata tentang kelompoknya, bukannya karangan pribadi pemimpin tersebut. Al Muchtar (2001: hal. 252) menyebutkan sejumlah fungsi kepemimpinan, yakni: perencanaan, pemikir, organisator, dinamisator, koordinator, pemegang amanah, pengawas, penengah, pemersatu, pendidik, pembimbing, dan pelapor. Selanjutnya Al Muchtar mengungkapkan bahwa untuk dapat menjalankan fungsifungsi tersebut, pemimpin haruslah memiliki tiga keterampilan, yaitu: 1) technical skills (penguasaan organisasi mulai dari prosedur kerja sampai evaluasi hasil karya); 2) conceptual skills (merumuskan gagasan atau menjelaskan keadaan rumit ke dalam bentuk yang mudah dipahami oleh anggota kelompoknya), 3 human skills (hubungan sosial dan bekerja sama, dan lain-lai.). Pemimpin dalam melaksakan fungsi kepemimpinannya itu memiliki gayagaya tertentu. Gaya-gaya tersebut biasanya khas dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga, yaitu: otoriter, demokratis, dan laissez faire. Gaya kepemimpinan 3

otoriter adalah suatu gaya kepemimpinan dimana pemimpin merupakan penentu segala aktivitas dalam kelompok termasuk standar-standarnya. Para anggota tidak diajak untuk berpartisipasi dalam proses penentuan/pengambil keputusan tentang segala sesuatu dalam organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis menghendaki adanya partisipasi aktif dari anggota-anggotanya dalam organisasi termasuk dalam penentuan kebijakan yang diambil dalam organisasi. Sedangkan kepemimpinan laissez faire bersifat pasif. Pemimpin menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu dalam organisasi pada para anggotanya termasuk dalam hal-hal yang bersifat strategi seperti penentuan arah organisasi. Profesionalisme Guru Surya (2003: 141) mendefinisikan guru yang profesional sebagai guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan. Yang dimaksud dengan memiliki keahlian adalah memiliki kompetensi yang layak untuk menjadi guru. Kompetensi di sini diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang dalam kaitan dengan tugas seorang guru. Berkenaan dengan tanggung jawab, guru dalam menjalankan segala aktivitasnya terutama aktivitas profesionalnya haruslah disertai rasa tanggung jawab terhadap Allah SWT, bangsa dan negara, lembaga tempat mengabdi, organisasi profesi, dan kode etik jabatannya. Adapun yang dimaksud dengan rasa kesejawatan adalah satu perwujudan solidaritas kebersamaan sesama guru sebagai sumber dinamika kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama. Surya juga menyebutkan lima unjuk kerja yang menjadi gambaran kualitas profesionalisme yang selayaknya dimiliki guru, yaitu: 1) keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal; 2) meningkatkan dan memelihara citra profesi; 3) keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya; 4) mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi; dan 5) memiliki kebanggaan terhadap profesinya. 4

Menjadi Pemimpin di Kelas Tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara sering menyebut-nyebut pepatah tradisional yang menggambarkan tugas seorang pemimpin dalam hal ini guru (Soekanto, 2003: 292), yaitu: Ing ngarsa sung tulada Ing madya mangun karsa Tut wuri handayani Yang jika di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira seperti berikut ini: Di muka memberi teladan Di tengah-tengah membangun semangat Dari belakang memberikan pengaruh. Pepatah ini sudah tidak asing lagi bagi orang-orang di dunia pendidikan karena sering diucapkan, dibahas, dan bahkan yang ketiga tut wuri handayani dijadikan slogan resmi pendidikan. Dari ketiga baris pepatah tersebut sudah sangat jelas bahwa menjadi seorang pemimpin apalagi di dalam kelas tidak perlu menunjukkan kekuasaan secara berlebihan kepada para siswa dalam upaya mengarahkan mereka untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan secara cepat dan efisien dengan mengabaikan efektivitasnya. Pemimpin di kelas hendaklah memberi teladan, membangun semangat dan menanamkan pengaruh yang baik supaya anak memiliki perilaku yang baik seperti yang ditetapkan dalam tujuantujuan pendidikan. Adapun bila yang terjadi di dalam kelas anak-anak mengobrol di belakang ketika guru menerangkan di depan, tidak berarti bahwa anak-anak tersebut salah seratus persen. Terdapat beberapa kemungkinan yang harus diperbaiki dalam performa mengajar kita, misalnya: kontak mata tidak menyeluruh, gaya mengajarnya tidak menarik, atau beberapa hal lain yang bersifat teknis maupun non teknis. Oleh karenanya guru seyogyanya melakukan refleksi/introspeksi atas apa yang sudah dilakukan di dalam kelas sambil berupaya memberikan perbaikan atau peningkatan. 5

Untuk dapat tampil dengan penuh percaya diri, guru hendaklah melakukan perencanaan-perencanaan yang matang untuk pelaksanaan KBM yang diselenggarakannya termasuk evaluasinya. Ketika perencanaan ini juga, seorang guru dapat membayangkan kira-kira metode apa atau gaya kepemimpinan bagaimana yang tepat diterapkan pada situasi dan kondisi kelasnya. Bersikap ramah ketika mengajar di dalam kelas dapat menciptakan rasa aman di kalangan murid-murid. Jika murid merasa aman dan tenang, pembelajaran dapat dilaksanakan secara ringan, mudah dan menyenangkan. Dalam kondisi seperti ini sangat dimungkinkan sikap positif anak baik terhadap guru maupun pelajarannya dapat timbul. Kondisi ini pada gilirannya dapat mendorong anak untuk belajar lebih baik lagi. Di samping itu, guru pun dapat mengidentifikasi keadaan siswa ketika mengajar. Berikan contoh/teladan yang baik, bangunlah semangat anak untuk belajar, serta tanamkan pengaruh-pengaruh yang baik pada anak supaya selanjutnya mereka dapat melakukan segala sesuatu dengan baik dan benar pula. Kesimpulan Kemampuan guru untuk mempengaruhi para siswa supaya melakukan pembelajaran dengan baik adalah suatu keharusan. Oleh karenanya, guru profesional hendaklah selalu berupaya untuk meningkatkan kepemimpinannya dengan mengetahui tugas-tugas utama yang dilakukan pemimpin, fungsinya, dan keterampilan-keterampilan apa yang harus dimiliki untuk menjadi pemimpin yang baik. Dengan penguasaan hal-hal tersebut, diharapkan guru profesional dapat benar-benar memimpin siswa mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Menjadi pemimpin tidak hanya harus selalu berada di depan (front leader), bisa saja di tengah (social leader) maupun di belakang (rear leader). Daftar Rujukan Al Muchtar, S. (2001). Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri. 6

DePorter, B. dan Hernacki, M. (2003. Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa. Gerungan, W.A. (2002). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Kiyosaki, R.T. (2002). Business School: For People Who Like Helping People. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Soekanto, S. (2003). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada Surya, M.. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya. 7